Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

G30S PKI

Kesaksian Dokter Forensik Usai Otopsi Mayat Jenderal Korban G30S, Hasilnya Tak Seperti yang Beredar

Dari pengakuan dokter forensik, kondisi mayat (jenazah) para jenderal tak seperti yang beradar dan diberitakan di media massa.

Editor: Frandi Piring
via IndoCropCircles.wordpress.com
Kesaksian Dokter Forensik Usai Otopsi Mayat Jenderal Korban G30S, Hasilnya Tak Seperti yang Beredar. Hasil Otopsi Mayat Jenderal Korban G30S. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kesaksian dari dokter forensik yang mengotopsi jenazah para korban G30S/PKI sempat memberikan pengakuan.

Dari pengakuan dokter forensik, kondisi mayat (jenazah) para jenderal tak seperti yang beradar dan diberitakan di media massa.

Tragedi G30S PKI pecah pada tanggal 30 September 1965, atau sekitar 56 tahun lalu.

Peristiwa itu pun menjadi sejarah Bangsa Indonesia dan tak akan dilupakan.

Sebab, peristiwa itu telah memakan korban sejumlah jenderal TNI.

Para jenderal tersebut diculik dan menjadi korban saat meletusnya peristiwa tersebut.

Daftar 6 Jenderal TNI AD yang Korban dalam <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/g30s' title='G30S'>G30S</a> <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/pki' title='PKI'>PKI</a> 1965. Jenderal Ahmad Yani hingga Jenderal D.I Pandjaitan. Jenderal AH Nasution Selamat.

Para Dewan Jenderal AD kemudian dibawa ke sebuah daerah di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Di tempat itu, para jenderal tersebut mengalami siksaan hingga tewas.

Setelah meregang nyawa, jenazah mereka kemudian dimasukkan ke dalam sumur tua.

Dalam buku "Soeharto, Bagaimana Ia Bisa Melanggengkan Kekuasaan Selama 32 Tahun?" karangan Peter Kasenda disebutkan, beberapa jam setelah pengangkatan jenazah para korban G30S di Lubang Buaya, Soeharto mengeluarkan perintah pembentukan tim forensik.

Tim tersebut terdiri dari Brigjen dr Roebiono Kertopati, dan Kolonel dr Frans Pattiasina.

Selain itu, juga masih ada tiga ahli forensik sipil dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr Sutomo Tjokronegoro, dr Laiuw Yan Siang, dan dr Liem Joe Thay.

"Tim itu bekerja secara maraton sejak pukul 16.30 hingga 00.30 WIB di Ruang Otopsi RSPAD Gatot Soebroto," tulis Peter.

Ternyata hasil otopsi mereka berbeda jauh dengan pernyataan Soeharto.

"Tim forensik sama sekali tak menemukan bekas siksaan di tubuh korban sebelum mereka dibunuh," tulis Peter.

Namun, saat itu media sudah gencar memberitakan para korban disiksa.

Seorang dokter yang juga ikut dalam tim otopsi, Prof Dr Arif Budianto atau Liem Joe Thay mengatakan, kondisi jenazah para jenderal itu tidak seperti diberitakan oleh media massa.

"Kami memeriksa penis-penis korban dengan teliti. Jangankan terpotong, bahkan luka iris saja juga sama sekali tidak ada. Kami periksa benar itu, dan saya berani berkata itu benar. Itu faktanya," ujar Arif seperti yang dikutip dalam buku tersebut.

Proses Pengangkatan Jenazah Para Jenderal dan Perwira TNI pasca <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/g30s' title='G30S'>G30S</a> <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/pki' title='PKI'>PKI</a>.

Seorang akademisi, Benedict Anderson juga menemukan dokumen berisi laporan yang disusun oleh tim forensik.

Mereka telah memeriksa jenazah enam orang jenderal, dan seorang perwira muda.

"Ternyata laporan tersebut berseberangan dengan pernyataan Soeharto sendiri," tulis Anderson dalam buku Tentang Matinya Para Jenderal.

Selembar nota yang disebut Soekarno mencekam

Pasca peristiwa G30S/PKI, situasi politik, khususnya di Jakarta pun semakin memanas.

Para mahasiswa yang tergabung dalam KAMI pun melakukan aksi, dan mendesak pemerintahan Soekarno membubarkan PKI.

Dalam buku "Soeharto, Bagaimana Ia Bisa Melanggengkan Kekuasaan Selama 32 Tahun?", karangan Peter Kasenda, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden No 41/Kogam/1966 yang berisi pembubaran KAMI.

Namun, hal itu tak menyurutkan desakan para mahasiswa.

Oleh karena itu, Soekarno pun memaksa mengadakan sidang kabinet untuk membicarakan tuntutan mahasiswa, pada 11 Maret 1966.

Saat itu semua menteri datang, walaupun ada gangguan karena mahasiswa kembali demo, dan mengempiskan ban-ban mobil di sekitar istana.

"Yang secara mencolok adalah ketidakhadiran Soeharto yang dikatakan sakit tenggorokan ringan,"tulis Peter.

Peter melanjutkan, berdasarkan sebuah sumber, Soekarno sebenarnya telah diberitahu Duta Besar untuk Ethiopia yang baru saja pulang ke Jakarta, Brigjen Suadi semalam sebelumnya, bahwa pasukan-pasukan RPKAD berusaha menyergap istana.

Mendapatkan informasi itu, Soekarno pun menghubungi Panglima KKO Hartono yang mengulangi jaminannya, KKO siap menghadapi RPKAD.

Sementara saat Soekarno berpidato, satu di antara ajudannya menyela, dan menyerahkan selembar nota.

Setelah membacanya, Soekarno mengumumkan sesuatu yang amat penting telah mencekam dirinya, dan bermaksud meninggalkan tersebut sebentar.

Dua pejabat lainnya saat itu, Soebandrio dan Chaerul Saleh juga mengetahui isi nota itu.

Begitu tahu isi nota tersebut, mereka juga pergi meninggalkan sidang.

"Nota itu berisi informasi sekelompok pasukan tak dikenal yang menanggalkan segala tanda pengenal mereka sehingga identitasnya tak diketahui, telah menduduki posisi mengepung istana," tulis Peter.

Menurut Peter, awalnya nota itu ditujukan kepada Pangdam Jaya, Amir Machmud.

Lalu, ia mengatkan tak apa-apa.

Belakangan, diketahui Soekarno meninggalkan sidang kabinet, dan menuju Istana Bogor.

Di sana Soekarno bertemu sejumlah pejabat, hingga menghasilkan Surat Perintah 11 Maret, atau yang biasa dikenal Supersemar.

Baca juga: Potret Letkol Untung Dieksekusi Mati karena Pimpin G30S PKI, Mengira akan Diselamatkan Soeharto

Baca juga: Kesedihan Soekarno Seusai G30SPKI, Kehilangan Jenderal Kesayangan yang Terkubur Kaku di Lubang Buaya

Baca juga: Cerita Ibu Tien saat G30S PKI: Soeharto Pimpin Keamanan, Suara Tembakan Tak Henti, Tommy Masuk RS

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Pengakuan Sebenarnya Dokter yang Otopsi Jenazah Para Korban G30S/PKI, Tak Seperti yang Diberitakan, https://jatim.tribunnews.com/2021/09/30/pengakuan-sebenarnya-dokter-yang-otopsi-jenazah-para-korban-g30spki-tak-seperti-yang-diberitakan?page=all.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved