Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Peristiwa G30S PKI

Pengakuan Sukitman, Polisi yang Selamat dari Lubang Buaya G30S PKI 1965, Saksi Pembunuhan 6 Jenderal

Pengakuan Sukitman, selamat dari Lubang Buaya saat pembantaian Dewan Jenderal G30S PKI 1965. Hanya pasrah dan berdoa.

Editor: Frandi Piring
Istimewa
Pengakuan Sukitman, selamat dari Lubang Buaya saat pembantaian Dewan Jenderal G30S PKI 1965. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebuah pengakuan cerita sejarah peristiwa kekejaman G30S/PKI 1965.

Tragedi G30S PKI meninggalkan coretan hitam dalam sejarah bangsa Indonesia.

Sukitman, seorang anggota Polisi yang menjadi saksi sejarah peristiwa mengungkapkan pengalamnnya ketika ia hampir ikut menjadi korban kebiadaban pemberontak kala itu.

Pengakuan <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/sukitman' title='Sukitman'>Sukitman</a>, selamat dari <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/lubang-buaya' title='Lubang Buaya'>Lubang Buaya</a> saat pembantaian Dewan Jenderal <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/g30s' title='G30S'>G30S</a> <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/pki' title='PKI'>PKI</a> 1965.

(Foto: Pengakuan Sukitman, selamat dari Lubang Buaya saat pembantaian Dewan Jenderal G30S PKI 1965. (Instagram Fadli Zon)

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1992, dengan judul asli Yang Lolos dari Lubang Buaya.

Malam baru saja lewat, sementara matahari pagi pun belum terjaga dari peraduannya, karena waktu itu memang baru pukul 03.00.

Tanggal terakhir pada bulan September baru berganti dengan tanggal 1 Oktober 1965. Jakarta dan penduduknya masih terhanyut dalam sepenggal mimpinya.

Tapi, Sukitman (49) yang waktu itu berpangkat Agen Polisi Dua tidak ikut terhanyut dalam buaian mimpi.

Sukitman harus menjalankan tugasnya di Seksi Vm Kebayoran Baru (sekarang Kores 704) yang berlokasi di Wisma AURI di Jl. Iskandarsyah, Jakarta, bersama Sutarso yang berpangkat sama.

“Angkat tangan”

"Waktu itu polisi naik sepeda. Sedangkan untuk melakukan patroli, kadang-kadang kami cukup dengan berjalan kaki saja, karena radius yang harus dikuasai adalah sekitar 200 m,” katanya mengengang masa awal tugasnya.

Tiba-tiba ia dikejutkan oleh bunyi rentetan tembakan, yang rasanya tidak jauh dari posnya.

Karena tembakan itu berasal dari bawah dan dekat situ ada Gedung MABAK yang tinggi, suara tembakan itu memantul.

Rasa tanggung jawab membuat Sukitman bergegas mengendarai sepedanya dengan cara melawan arah mencari sumber tembakan itu.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved