Peristiwa G30S PKI
Kisah Chambali saat Jadi Algojo Pembantaian PKI seusai Tragedi G30S: 'Semoga Allah Mengampuni Saya'
Cerita Chambali saat menjadi algojo antek PKI di Tuban, Jawa Timur seusai tragedi G30S 1965. Minta ampun kepada Tuhan sebelum mengeksekusi.
Chambali menuturkan bahwa dirinya saat itu ditunjuk sebagai Ketua Banser Rengel oleh Ketua Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama Tuban, Kiai Haji Murtadji.
Chambali menjelaskan pernyataan Kiai Murtadji, bahwa saat itu kondisi negara dalam keadaan genting.
Diperlukan orang yang tegas dan berani membunuh orang PKI.
Permintaan sang kiai tersebut langsung Chambali terima.
Chambali mengaku bahwa kemarahan kepada orang-orang PKI sudah di ubun-ubun.
Hal itu disebabkan karena beberapa kali mereka (orang-orang PKI) hendak membunuhnya.
Chambali juga menegaskan bahwa tidak suka dengan cara orang-orang PKI menistakan para ulama panutannya.
Tak hanya itu, Chambali juga merasa yakin bahwa dari sekian banyak pemuda di daerah Rengel, hanya dirinyalah yang berani jadi eksekutor, membantai orang PKI.
Chambali menganggap urusan dengan PKI bukan cuma perbedaan ideologi, melainkan mirip perang agama.
"Membunuh atau dibunuh. Kalau mereka tidak dibunuh sekarang, besok mereka yang akan membunuh kami. Merusak agama kami," katanya.
(Foto: Orang-orang PKI dan yang dianggap sebagai PKI ditangkap oleh tentara. Sebagian ada yang dieksekusi warga, sebagian melarikan diri. (Istimewa/Repro: Olle Tornquist, Marxistisk barlast, 1982, h.217)
Chambali mengaku membunuh anggota PKI bersama-sama dengan anggota organisasi pemuda lainnya, seperti Pemuda Muhammadiyah dan pemuda Barisan Rakyat (Banra), organisasi afiliasi Partai Nasional Indonesia.
Diceritakan olehnya, para pemuda tersebut selalu dipanggil setiap kali ada jadwal eksekusi.
Eksekusi dilakukan biasanya pada malam hari seusai waktu salat Isya.