G30SPKI
Sosok Catherine Panjaitan, Saksikan Ayahnya Dibunuh Antek PKI: Diseret dan Dilempar Seperti Binatang
DI Panjaitan merupakan satu dari tujuh perwira TNI AD yang menjadi korban kekejaman G30S PKI pada 1965.
"Ibu saya bilang 'Ya pakai pakaian dulu'," imbuh Chaterine.
Usai memakai seragam lengkap, DI Panjaitan turuh ke bawah dari lantai dua kediamannnya.
Sebelum turun, ia sempat memandang wajah sang buah hati.
Chaterine yang berusia 17 tahun saat itu mengungkapkan ingin menemani sang ayah ketika beranjak ke lantai bawah.
Meski demikian, keinginannya itu dilarang oleh DI Panjaitan.
"Menurut rekonstruksi, mereka menarik ayah saya secara paksa keluar," imbuhnya.
Seorang berseragam hijau dan topi baja berseru, "Siap. Beri hormat".
Namun, DI Panjaitan hanya mengambil topi dan mengapitnya di ketiak kiri.
Adanya aksi itu, si tentara memukul Panjaitan dengan gagang senapan dan kemudian jatuh.
"Saya naik ke balkon mau lihat apa kelanjutannya, saya lihat ayah saya disuruh hormat terhadap perwira. Ayah saya tidak mau dan langsung dipukul," sambungnya.
Chaterine menegaskan, DI Panjaitan jatuh ketika dipukul dan dirinya lari turun ke bawah untuk melihat kelanjutan peristiwa itu.
Namun, sesampainya di lantai bawah kediamannya, Chaterine mengatakan sosok DI Panjaitan sudah tak ada lagi.
"Ternyata ditembak di dahinya tapi pas saya turun udah enggak ada lagi. Ayah saya diseret dan dilempar lewat gerbang karena gerbang dikunci. Dilempar seperti binatang," jelasnya.
Jenazah DI Panjaitan itu dibuang ke dalam sumur di kawasan Lubang Buaya.
Lubang Buaya merupakan tempat di kawasan Pondok Gede, Jakarta yang menjadi tempat pembuangan para Korban G30S/PKI.