Berita Nasional
Sosok Pasukan Gagak Hitam, Penumpas PKI, Bersenjatakan Keris dengan Pakaian Serba Hitam
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 / G30S 1965 menyisakan luka yang mendalam bagi mereka yang terlibat baik sebagai pelaku maupun korban.
"Sambil bawa pengeras suara, dia (pegawai kecamatan) mengumumkan bahwa orang-orang PKI harus dihabisi", kata Baidawi.
Mereka (pasukan Gagak Hitam) datang ke rumah anggota PKI dan organisasi dibawahnya.
Setelah bertemu dengan target, mereka menghabisinya dengan parang.
Jasad orang-orang PKI kemudian dibuang ke sungai atau jurang.
Tak hanya itu, rumah orang PKI juga turut dibakar.
"Saat itu seperti kiamat", kata Baidawi.
Baidawi juga mengungkapkan bahwa pembantaian selain dilakukan oleh warga, juga dilakukan oleh tentara.
Ia menceritakan pada suatu waktu, tentara kalah jumlah anggota dengan orang-orang yang akan dihabisi.
Karena hal itu, eksekusi diserahkan kepada warga desa.
Baidawi menuturkan bahwa desanya pernah mendapat limpahan orang-orang komunis, yang terdiri dari empat pria dan satu wanita.
Ia mengungkapkan bahwa kelima orang PKI tersebut dieksekusi di lapangan yang saat ini telah menjadi pemakaman desa setempat.
Eksekusi dihadiri oleh ratusan warga yang semuanya membawa parang, termasuk Baidawi sendiri.
Baidawi mengisahkan, kelima orang PKI tersebut diikat tangannya kemudian dibantai beramai-ramai dengan parang dan dikubur dalam satu lubang.
Seorang warga bernama Andang Chatif Yusuf yang merupakan Sekretaris Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) Banyuwangi menuturkan kepada Tempo, bahwa jumlah korban dari pihak PKI diperkirakan mencapai ribuan.
Andang menuturkan bahwa dirinya pernah dipenjara oleh tentara selama dua tahun.