Berita Nasional
Sosok Pasukan Gagak Hitam, Penumpas PKI, Bersenjatakan Keris dengan Pakaian Serba Hitam
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 / G30S 1965 menyisakan luka yang mendalam bagi mereka yang terlibat baik sebagai pelaku maupun korban.
Operasi Gagak Hitam: Balas Dendam Anggota NU dan PNI
Gagak Hitam adalah sebuah pasukan yang dibentuk untuk menumpas anggota dan simpatisan PKI di Banyuwangi, Jawa Timur.
Gagak Hitam bukan merupakan pasukan Angkatan Bersenjata, melainkan berisi anggota Nadhlatul Ulama (NU), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan organisasi onderbouw keduanya yang berada di Banyuwangi, Jawa Timur.
Tugas pasukan Gagak Hitam adalah melakukan penumpasan terhadap orang-orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI) di daerah Banyuwangi.
Nama Gagak Hitam karena atribut yang dipakai yaitu, serba hitam dari mulai celana, baju, hingga ikat kepala.
Dilansir oleh Tempo, pasukan Gagak Hitam dibentuk karena kemarahan anggota NU karena sejumlah 62 anggota Ansor dihabisi oleh anggota PKI di Dusun Cemethuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, Jawa Timur.
Pada mulanya, anggota Ansor yang telah bersenjatakan celurit, pedang samurai, keris, dan bambu runcing mempunyai tujuan untuk membantai orang-orang PKI.
Namun demikian, anggota Ansor ini justru dihadang di ujung desa dan disekap bersama orang-orang PNI oleh orang-orang PKI untuk kemudian dihabisi.
Para pemuda memburu kaum komunis di lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah. (Repro: Olle Tornquist, Marxistisk barlast, 1982, h. 223)
Peristiwa ini selanjutnya diabadikan dalam Monumen Pancasila Jaya atau yang dikenal dengan Lubang Buaya, di Cemethuk, Jawa Timur.
Seorang anggota Gagak Hitam, bernama Baidawi diwawancarai Tempo mengaku membantah bahwa dirinya terlibat pembunuhan terhadap orang PKI.
"Kalau ada yang bilang saya tukang bunuh orang PKI, tidak usah didengarkan. Itu salah. Saya hanya melihat, "katanya.
Dituturkan oleh Baidawi bahwa ia menjadi anggota Gagak Hitam karena menganggap komunisme membahayakan negara.
"Tapi sekarang saya tak perlu mengingatnya lagi, asalkan PKI tidak bangkit lagi di Indonesia" ujar Baidawi.
Baidawi mengaku bahwa kegiatan penumpasan orang-orang komunis dilakukan dengan cara diumumkan oleh seorang pegawai kecamatan setempat.