Kelompok Bersenjata di Papua
Puan Maharani Minta Nakes, Perempuan, Anak, Jurnalis Dilindungi, Desak TNI Tumpas KKB
Kelompok Kriminal Senjata (KKB) di Papua terus melakukan tindakan kekacauan, kekerasan yang menimbulkan korban jiwa.
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Kelompok Kriminal Senjata (KKB) di Papua terus melakukan tindakan kekacauan, kekerasan yang menimbulkan korban jiwa. Terakhir tenaga kesehatan menjadi sasaran pelecehan dan aksi kekerasan yang menewaskan seorang tenaga kesehatan.
Ketua DPR RI, Puan Maharani mengecam insiden penyerangan Kelompok Kriminal Senjata (KKB) di Papua, yang menewaskan seorang tenaga kesehatan bernama Gabriella Meilan.
Puan berharap tak ada lagi nakes yang menjadi korban kekerasan.

Ia pun meminta pemerintah daerah setempat untuk menarik para nakes dari daerah konflik KKB.
Selain itu, Puan juga berharap TNI segera menumpas tuntas aksi keji KKB tersebut.
"Aparat TNI terus menumpas habis para teroris KKB, supaya tidak ada Gabriela-Gabriela lain yang menjadi korban,” ucap Puan, dikutip dari laman dpr.go.id, Jumat (17/9/2021).
Baca juga: Kecelakaan Maut, Balita Tewas Ditabrak Mobil, Korban Tiba-tiba Menyeberang Jalan dari Sisi Kanan
Baca juga: Kabar Rachel Vennya, Kini Pamer Potret Mesra Bersama Salim Nauderer di Luar Negeri, Bikin Fans Baper
Puan mengaku sangat miris mengetahui nyawa Gabriella direnggut saat menjalani tugasnya sebagai nakes.
Bahkan, Gabriella sempat dianiaya dan dilecehkan oleh KKB.
Menurut Puan, seharusnya kalangan nakes, perempuan, anak, hingga jurnalis tak menjadi sasaran kekerasan dalam situasi konflik.
"Tapi Gabriela adalah seorang nakes dan seorang perempuan yang justru mendapat tindakan tidak manusiawi oleh teroris KKB."
"Bahkan pada saat dia menjalankan tugas-tugas kemanusiaannya. Ini kekerasan paling biadab," tegas ucap dia.
Untuk itu, Puan mengajak seluruh masyarakat berkabung untuk Gabriela Meilan tepat pada hari Palang Merah Indonesia (PMI) ke- 76 kemarin.
"Oleh karenanya, di Hari PMI ke-76 ini mari kita berkabung untuk mendiang Gabriela Melan, pejuang kemanusiaan yang gugur saat menjalankan tugas kemanusiaan di tanah Papua,” kata Puan.
Sebelumnya diberitakan, tenaga kesehatan bernama Gabriella Maelani (22) menjadi korban kekerasan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Gabriela akhirnya berhasi dievakuasi personel gabungan TNI-Polri, Jumat (17/9/2021).
Jenazah korban diangkat personel gabungan TNI-Polri dari dasar jurang.
Kondisi medan yang terjal dengan kemiringan 90 derajat dan kedalaman 300 meter membuat petugas mengalami kesulitan.
Namun, setelah kurang lebih dua jam, personel berhasil mengangkat jenazah suster Gabriella Maelani.
Proses evakuasi sempat mendapatkan gangguan tembakan dari KKB.
Dalam rilis yang diterima Tribun-Papua.com, gangguan tersebut dilakukan dari seberang jurang lokasi jenazah suster Gabriella ditemukan.
Baca juga: Komisi II DPR Berikan Apresiasi kepada Pemerintah Papua dan Papua Barat
Namun, gangguan tersebut dapat diatasi personel sehingga jenazah dapat diangkat dari dasar jurang dan disemayamkan di Koramil Kiwirok.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal mengatakan, rencananya evakuasi jenazah ke Jayapura akan dilanjutkan Sabtu (18/9/2021) hari ini.
Hal tersebut melihat kondisi cuaca dan keamanan di Distrik Kiwirok.
Untuk diketahui pula, helikopter TNI jenis Caracal juga telah berhasil mengevakuasi sembilan tenaga kesehatan dari Distrik Kiwirok ke Jayapura.
Kronologi Nakes Diserang KKB
Marselinus Ola Atanila, seorang mantri yang bertugas di Puskesmas Kiwirok, Pegunungan Bintang, Papua bercerita detik-detik KKBmelakukan aksi kekerasan yang menyebabkan meninggalnya tenaga kesehatan, Senin (13/9/2021).
Marselinus bersama tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas Kiwirok sudah mendengar ada ancaman dari KKB, Senin pagi.
Meskipun begitu, para tenaga kesehatan tetap bekerja memberikan pelayanan kepada masyarakat meskipun sudah tahu bila nyawa akan menjadi taruhannya.
Mereka berpikir, KKB tidak akan mengganggu tenaga kesehatan karena memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar.
Marselinus Ola Atanila mengaku mendapat kabar, akan ada penyerangan KKB ke pihak TNI-Polri hari itu sekira pukul 07.00 WIT.
Namun, demi kemanusiaan, Marselinus dan rekan-rekannya tetap bertahan di barak dan juga Puskesmas.
“Kami mengambil langkah bijak untuk tetap di dalam barak medis dan juga Puskesmas sehingga apabila penyerangan dan ada korban, kami sebagai nakes bisa melakukan pertolongan,” kata Marselinus mengisahkan kronologis penyerangan KKB terhadap dirinya dan nakes lainnya di Kiwirok, melansir Tribun Papua.
Sekitar pukul 09.00 WIT, terjadi letusan pertama kalinya di Pos Pamtas.
Ia bersama rekan-rekannya tidak menyangka bila KKB akan menyerang tenaga kesehatan.
“Kami tidak mengira akan terjadi penyerangan terhadap nakes. Pada pukul 09.05 WIT, KKB mulai menghancurkan Puskesmas dan menyiram bensin keliling gedung, membakarnya,” ujarnya.
Sekitar pukul 09.07 WIT, kata Marselinus, KKB mulai menuju ke barak dokter yang bersebrangan dengan Puskesmas.
Baca juga: Petolan KKB Pembakar Puskesmas di Papua Tewas Ditembak Aparat, Mayatnya Dibawa Lari Anak Buah
KKB melancarkan aksinya dengan menghancurkan kaca jendela kemudian menyiram bensin dan membakar.
Di dalam barak dokter tersebut terdapat lima orang nakes yaitu Dokter Restu Pamanggi, mantri Lukas Luji Parta, suster Siti Khodija, dan mantri Martinus Deni Satya.
Pada saat pukul 09.10 WIT, KKB semakin brutal dengan memasuki barak dokter dan menyerang nakes yang ada di dalamnya.
Merasa diserang, nakes tersebut lari berhamburan keluar dari barak secara terpisah.
“Dokter Restu sempat dihadang dan dipukul dengan besi, kemudian digiring ke jurang dan ditendang ke jurang,” ujar Marselus.
Sedetik kemudian, KKB menuju ke barak nakes yang kedua di mana terdapat dirinya bersama mantri Manuel Abi, mantri Lukas Luji Patra, suster Kristina Sampe Tonapa, suster Katriyanti Tandila, dan almarhum suster Gabriella Melani.
“Merasa terancam, saya dan rekan-rekan lain bersembunyi di dalam WC, namun keberadaan kami diketahui sehingga kami berusaha menyelamatkan diri dengan berlari sekuat tenaga,” ujarnya.
Namun, di segala pejuru sudah dikuasai pihak KKB dan KNPB sehingga dirinya dan rekan lainnya terpojok di pinggir jurang.
“Kami akhirnya bersepakat untuk melompat ke jurang. Saya sendiri tersangkut di akar pohon, sedangkan tiga suster lainnya tersangkut rerumputan. Melihat kami melompat, mereka (KKB) tetap mengejar kami hingga ke bawah,” ujarnya.
Dikatakan, hanya dirinya saja yang tidak ditemukan, sedangkan tiga suster lainnya ditemukan dan dibawa ke halaman oleh KKB.
Para suster tersebut dipaksa membuka seluruh pakaiannya.
Setelah dibuka, para nakes tersebut disiksa dengan benda tajam hingga pingsan.
Diketahui sudah tak berdaya, KKB pun membuang para nakes tersebut ke dalam jurang.
Sayangnya, suster Gabriella Melani siuman dari pingsannya, tapi sudah tak berdaya.
Melihat hal tersebut, kata Marselinus, KKB mulai membunuhnya dengan sejumlah tikaman menggunakan benda tajam ke tubuh suster tersebut dan mendorongnya jatuh lebih dalam ke jurang.
Kemudian, para nakes tersebut harus berjuang sendiri tanpa ada pertolongan.
Tiga hari berselang, para nakes tersebut ditemukan tim gabungan saat melakukan pembersihan dan pencarian atas kasus tersebut.
Tim gabung berhasil menyelamatkan para nakes yang masih hidup, sedangkan almarhum suster Gabriella Melani belum bisa dievakuasi karena posisi dari almarhum suster Gabriella cukup jauh.
“Kami akan berupaya untuk mengevakuasi almarhum hari ini dengan peralatan yang sudah dibawa tadi pagi ke Kiwirok."
"Kalau cuaca mendukung, mungkin bisa langsung diterbangkan ke Jayapura hari ini,” kata Kasdam XVII/Cenderawasih, Brigjen TNI Bambang Trisnohadi.
(Tribunnews.com/Shella Latifa)(Tribun Papua/Hendrik Rikarsyo/Roy Ratumakin)
Baca berita soal Kelompok Bersenjata di Papua
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Seorang Nakes Gugur Diserang KKB, Puan Minta TNI Tumpas KKB: Ini Kekerasan Paling Biadab, https://www.tribunnews.com/nasional/2021/09/18/seorang-nakes-gugur-diserang-kkb-puan-minta-tni-tumpas-kkb-ini-kekerasan-paling-biadab?page=all.
Penulis: Shella Latifa A
Editor: Sri Juliati