Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Konflik Afghanistan

Sosok Ben Slater Mantan Tentara Inggris yang Bawa 400 Warga Afghanistan Lari dari Wilayah Taliban

Meninggalkan Afghanistan lewat darat hampir mustahil dicapai, karena perbatasan yang ditutup dan harus melewati pemeriksaan Taliban

Editor: Finneke Wolajan
Daily Mail via Kompas.com
Sosok Ben Slater Mantan Tentara Inggris yang Buat Rute Pelarian untuk 400 Orang di Wilayah Taliban 

Banyak dari mereka ingin melarikan diri agar terhindar dari maslaah di negaranya. Sebagian juga ada yang ingin tetap tinggal di Afghainistan meski dengan kondisi ekonomi makin parah. 

Mereka yang ketakutan akan krisis ekonomi milih melarikan diri dari Afghanistan menggunakan angkutan udara seperti yang terjadi selama dua minggu terakhir.

“Saya harus melarikan diri agar bisa memberi makan keluarga saya,” kata Mustafa, seorang pelayan di tempat makanan cepat saji terdekat yang datang ke restoran piza untuk minum teh dan mengobrol dengan teman-teman di antara staf kepada AP.

Mustafa, yang harus menafkahi 11 orang keluarganya, mengaku mulai berpikir mencari pekerjaan di negara tetangga Iran.

Masalahnya, gajinya telah dipotong 75 persen menjadi kurang dari 50 dollar AS (Rp 716.372) per bulan, sejak Taliban menyerbu Kabul dan bisnis mengering.

Pemilik restoran piza Mohammad Yaseen mengatakan, penjualan harian telah anjlok dalam waktu yang sangat cepat.

Dia pun mengaku bahkan tidak akan mampu membayar sewa. Yaseen mengaku mulai memilah-milah e-mail lama.

Dia berusaha mencari kenalan asing yang mungkin membantunya pindah ke luar negeri.

"Bukan untuk saya, saya ingin pergi, tetapi demi anak-anak saya," katanya.

Meski begitu, masih ada keyakinan akan kembalinya bisnis kondisi seperti biasa di sebagian besar ibu kota Afghanistan, yang berpenduduk lebih dari 5 juta orang.

Kondisinya sangat kontras dengan pemandangan mengerikan di bandara Kabul, di mana ribuan orang bergegas menuju gerbang selama berhari-hari, berharap mendapat kesempatan untuk meninggalkan negara itu.

AP melaporkan pada Selasa (31/8/2021), lalu lintas di sebagian besar Kabul yang biasanya kacau kembali dan pasar telah dibuka.

Di halte dan jalanan, polisi yang sama yang bertugas di pemerintahan Presiden Ashraf Ghani yang bersekutu dengan Washington masih melambaikan tangan mereka, sebagai upaya yang sering kali sia-sia untuk mengendalikan kekacauan.

Sementara itu, pasukan Taliban mengambil posisi di depan sebagian besar kementerian pemerintah.

Beberapa mengenakan seragam kamuflase, sedangkan yang lain mengenakan pakaian tradisional Afghanistan berupa celana baggy dan tunik panjang.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved