Konflik Afghanistan
Dulu Dilatih Amerika Serikat Hingga Tak Terkalahkan, Nasib Pasukan Elite Afghanistan Ditinggal AS
Dilatih oleh Amerika Serikat (AS) dan dilengkapi dengan peralatan canggih, pasukan elite Afghanistan adalah senjata garis depan melawan Taliban
Para pelatih mereka dari Amerika memujinya sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan, yang pada akhirnya dapat membantu Pemerintah Afghanistan memberantas Taliban dan mempercepat keluarnya AS.
"Operasi khusus di Afghanistan diciptakan secara unik menurut citra kami sendiri," kata Todd Helmus, analis RAND Corporation yang berbaur dengan tentara di lapangan pada 2013, kepada AFP.
"Mereka sangat bagus. Mereka sangat terlatih. Mereka tahu cara menembak, bergerak, dan berkomunikasi."
Di negara di mana pelatihan untuk tentara lokal sering kali belum sempurna, latihan untuk pasukan khusus sangat intensif, yaitu 14 minggu latihan menembak, taktik regu, serangan udara, dan latihan tembakan langsung.
Kontraktor swasta berperan menghimpun personel pasukan khusus Afghanistan.
Seorang tentara Afghanistan memegang granat berpeluncur roket (RPG) di pusat pelatihan intelijen di Kabul. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut (18/12/2017).(AFP PHOTO/SHAH MARAI)
Sebuah iklan pekerjaan online dari raksasa pertahanan AS Raytheon yang sekarang sudah kedaluwarsa berbunyi, mereka mencari kandidat untuk Ktah Khas (KKA), salah satu divisi pasukan khusus paling elite yang terdiri dari tentara, polisi, dan intelijen unit agensi.
Dalam 10 tahun, jumlah mereka bertambah banyak, walau tidak diketahui angka pastinya.
Namun, dua sumber keamanan mengatakan kepada AFP, ada sekitar 56.000 personel pasukan khusus yang terdiri dari tentara, polisi, dan dinas intelijen.
"Tentara pemberani ini tidak pernah kalah perang, dan mereka tidak akan pernah kalah," kata komandan pasukan AS di negara itu, Jenderal John Nicholson, pada 2017.
Pada tahun yang sama, pasukan elite Afghanistan menjadi memukau publik karena perannya dalam membunuh Abdul Hasib, ketua ISIS di Afghanistan.
Namun, sementara Mayor Jenderal Alizai mengatakan kepada AFP bahwa mereka sekarang dilatih oleh warga Afghanistan lainnya, analis berpendapat bahwa pasukan khusus selalu terlalu bergantung pada bantuan asing, mulai dari pengumpulan intelijen hingga logistik, yang membuat mereka pada dasarnya bisa jadi lemah setelah penarikan AS dan NATO.
"Kami melihat kegagalan kebijakan itu, sekarang ada pengakuan natural bahwa jelas kami perlu melatih unit-unit ini untuk bertarung sendiri, sehingga mereka tidak membutuhkan kami lagi," kata Helmus dari RAND.
Petugas keamanan Afghanistan berjaga-jaga di dekat lokasi serangan di dekat markas akademi militer Marsekal Fahim di Kabul, pada Senin (29/1/2018). (AFP PHOTO/WAKIL KOHSAR)
Rentan jika ditinggalkan