Berita Minahasa Utara
Minahasa Utara Masih Dihantui Kasus Stunting, Penanganan Dimulai dari Kalangan Remaja Perempuan
Intervensi ini dilakukan karena remaja puteri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra.
Penulis: maximus conterius | Editor: maximus conterius
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Stunting menjadi persoalan utama di Kabupaten Minahasa Utara.
Prevalensi kasus stunting di daerah ini tergolong tinggi, bahkan pernah mencapai 35 persen pada 2018.
Pada triwulan pertama tahun 2021, ada 379 kasus stunting yang tersebar di 18 desa se-Minut, paling banyak di Kecamatan Wori.
Persoalan ini menjadi bahasan dalam webinar atau seminar daring yang digelar Manengkel Solidaritas bekerja sama dengan PT Tirta Investama Airmadidi dan Dinas Kesehatan Minahasa Utara, Rabu (18/8/2021).
Kegiatan dengan fokus pada penyuluhan pencegahan anemia pada remaja putri ini mengangkat tema “Menangani Stunting Dimulai dari Hulu”.
Dalam rilis kepada Tribun Manado, Kamis (19/8/2021), disebutkan bahwa selain melalui aplikasi Zoom, kegiatan juga diikuti melalui siaran langsung Youtube Media Manengkel Solidaritas.
Webinar dibuka oleh Kepala SR-CSR PT Tirta Investama Airmadidi Imanuel Adoeng.
Dalam sambutannya, Imanuel Adoeng mengatakan bahwa kegiatan webinar ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan workshop “Kick Off Pencegahan Stunting” yang dilaksanakan pada akhir Juni 2021 lalu.
Kata dia, bersama dengan Manengkel Solidaritas sebagai mitra CSR, kegiatan ini merupakan kolaborasi dalam mendukung implementasi Peraturan Bupati Minahasa Utara Nomor 173 Tahun 2020 terkait penanggulangan dan penanganan stunting di Minahasa Utara.
Mewakili perusahaan, Imanuel Adoeng berharap ada manfaat baik yang dapat dipetik dari webinar ini.
Selain itu, peserta webinar diharapkan menjadi mitra dalam melanjutkan penyebaran informasi tentang upaya penanggulangan kasus stunting di Minahasa Utara yang masih cukup tinggi.

Adapun materi webinar disampaikan oleh Sam Patoro Larobu, Tenaga Ahli Regional V Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri.
Ia mengatakan, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan terkait percepatan penurunan stunting melalui Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2021.
Merujuk pada perpres tersebut, kata dia, penanganan stunting harus dimulai dari hulu, yakni kelompok sasaran remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-59 bulan.
Ia menjelaskan, stuntingmerupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya.
“Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir, tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 tahun,” ujar Larobu.

Kepala Dinas Kesehatan Minahasa Utara Youce RB Togas turut membawakan materi dalam webinar ini.
Ia mengangkat tema “Kualitas Remaja Menjadi Kunci Cegah Stunting”.
Togas memaparkan beberapa program pencegahan dan penanggulangan stunting yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara.
Kepada ibu hamil dilakukan intervensi berupa pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK dan ibu hamil kurang mampu, pemberian suplementasi tablet tambah darah, serta pemeriksaan kehamilan.
Untuk ibu menyusui dan balita 0-23 bulan, intervensi dilakukan dengan pelaksanaan promosi dan konseling menyusui, pelaksanaan promosi dan konseling PMBA.
Juga dilakukan pemberian makanan tambahan pemulihan bagi balita kurus, pemantauan dan pertumbuhan balita, pemberian kapsul vitamin A dan zinc untuk pengobatan diare, pencegahan kecacingan, dan tata laksana gizi buruk.
Untuk remaja putri, intervensi dilakukan dengan pemberian tablet tambah darah.
Intervensi ini dilakukan karena remaja puteri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra.
Hal ini karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulan dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak.
Togas menekankan bahwa stunting adalah permasalahan yang tidak bisa selesai dengan satu cara.
Butuh penyelesaian dan peran dari segala tingkatan, terutama dengan meningkatkan kualitas remaja puteri yang kelak akan melahirkan generasi selanjutnya.
Ia pun mengungkapkan pentingnya peran remaja sebagai kunci pencegahan stunting.
“Selain menjaga pola hidup, mengonsumsi makanan sehat, vitamin dan zat besi, peran remaja dalam pencegahan stunting juga berfokus pada tiga hal, yakni edukasi, inovasi, dan implementasi,” kata dia.
Adapun penyebaran informasi melalui webinar ini telah menjangkau 245 orang, baik melalui media Zoom maupun Youtube.
Siaran diikuti para pelajar dan guru dari 13 sekolah SMP dan SMA di Kecamatan Airmadidi serta masyarakat umum. (*)
Baca juga: Sosok Wardak Zarifa Ghafar Wali Kota Wanita Termuda Afghanistan Siap Mati Bila Dibunuh Taliban
Baca juga: Dua Pencuri Bingung Perhiasan yang Dirampok Tak Bisa Dijual, Alasannya Terungkap
Baca juga: Pasien Covid-19 Isoman di Rumah Wajib Hindari 5 Jenis Makanan Ini Demi Hindari Risiko Turunnya Imun