Suku Baduy
Sejarah Suku Baduy, Kelompok yang Pegang Teguh Tradisi, Tolak Membangun Sekolah Modern
Suku Baduy a merupakan kelompok etnis masyarakat adat suku Sunda di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
Untuk itu diperintahkanlah sepasukan tentara kerajaan yang sangat terlatih untuk menjaga dan mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut.
Keberadaan pasukan dengan tugasnya yang khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang masih mendiami wilayah hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng tersebut (Adimihardja, 2000).
Perbedaan pendapat tersebut membawa kepada dugaan bahwa pada masa yang lalu, identitas dan kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang mungkin adalah untuk melindungi komunitas Kanekes sendiri dari serangan musuh-musuh Pajajaran.
Warga Baduy dikenal dengan kelompok yang masih memegang teguh tradisi. Salah satunya adalah upacara adat kawalu.
Kawalu merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan pertanian yang diwujudkan dengan berpuasa.
Upacara adat ini merupakan salah satu cara mereka menjaga pikukuh karuhun.
Dalam tulisannya, Seba, Puncak Ritual Masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak Provinsi Banten, Nandang Rusnandar, yang mengutip Kurnia, menyampaikan bahwa pikukuh karuhun ialah doktrin yang mewajibkan mereka melakukan berbagai hal sebagai amanat leluhurnya.
Dilaksanakan tiga kali setahun
Masyarakat Baduy melaksanakan kawalu sebanyak tiga kali dalam setahun, yakni pada bulan Kasa, Karo, dan Katiga.
Makna dari puasa ini adalah untuk membersihkan diri dari hawa nafsu yang buruk.
Di bulan Kasa, mereka melakukan kawalu tembey atau kawalu awal. Pada tanggal 16, seluruh masyarakat Baduy akan berpuasa. Puasa ini dilakukan sehari semalam hingga tanggal 17.
Di tanggal tersebut, mereka bakal berganti pakaian dengan yang baru dan bersih. Lalu sederet ritual dilakukan, seperti membuat saji (khusus wanita), mandi di sungai, pembacaan mantera oleh puun (ketua adat Baduy), dan diakhiri dengan makan saji (buka puasa).
Puasa di bulan Karo disebut kawalu tengah, sedangkan di bulan Katiga dinamakan kawalu tutug.
Ritual ngalaksa
Di kawalu tutug, warga Baduy, baik tungtu (Baduy Dalam) dan panamping (Baduy Luar), menggelar ritual ngalaksa atau membuat makanan khas laksa. Prosesi ini dilakukan oleh ibu-ibu.