Gempa Bumi Terkini
Gempa Terkini Pagi Ini Rabu (11/8/2021) Jawa Timur Diguncang, Berikut Info Magnitudo dan Lokasi
Info gempa bumi BMKG terjadi pada hari ini Rabu pagi, gempa tersebut mengguncang wilayah di Jawa Timur pada pukul 06:26 WIB.
Penulis: Glendi Manengal | Editor: Glendi Manengal
TRIBUNMANADO.CO.ID - Info gempa bumi BMKG terjadi pada hari ini Rabu pagi.
Gempa tersebut mengguncang wilayah di Jawa Timur pada pukul 06:26 WIB.
Berikut informasi BMKG dari twitter Stageof Sleman @bmkgjogja terkait gempa yang terjadi di wilayah Jawa Timur.
Baca juga: Olivia Zalianty Bagikan Kabar Pernikahan Lewat Pesan Singkat, Ini Sosok Suaminya
Baca juga: Kecelakaan Maut, 2 Orang Pemotor Tewas, Tabrakan Motor MX King dengan Motor Vega
Baca juga: Lionel Messi Resmi Main Bersama Neymar, Mbappe, Donnarumma, Luar Biasa Duit PSG Bayar Pemain

Berdasarkan informasi dari twitter Stageof Sleman gempa bumi ini terjadi di Pacitan, Jawa Timur pukul 06:26 WIB, Rabu (11/8/2021).
Informasinya gempa bumi terkini berkekuatan magnitudo 3.2 SR.
BMKG menambahkan lokasi gempa bumi berada dititik Koordinat: 8.646 LS,110.74519 BT.
Pusat gempa berada di laut 65 km BaratDaya PACITAN-JATIM.
Diketahui gempa bumi ini berada di kedalaman 84 kilometer.
"Info Gempa Mag:3.2 SR, 11-Aug-21 06:26:50 WIB, Lok:8.646 LS,110.74519 BT (65 km BaratDaya PACITAN-JATIM), Kedlmn:84 Km ::BMKG-PGR VII" tulis akun twitter Stageof Sleman.
Prediksi BMKG wilayah Jawa Timur Pacitan potensi dilanda Tsunami.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta jajaran Kementerian Sosial (Kemensos) menyiapkan langkah strategis terkait potensi gempa dan tsunami di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, yang diprakirakan bisa mencapai 25-28 meter.
Langkah strategis diperlukan untuk meminimalisasi dampak terburuk dari terjadinya potensi gempa dan tsunami tersebut.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, potensi tsunami tinggi di Kabupaten Pacitan lantaran dalam peta wilayah itu dekat dengan teluk yang mengumpulkan tenaga gelombang tinggi dan relatif dekat dengan letak episentrum gempa, sehingga dapat dikatakan menjadi zona merah.
“Misalnya peta daerah Pacitan, Jawa Timur, warna merah menunjukkan gelombang tinggi 10-14 meter, semakin merah semakin tinggi pula gelombang, warna kuning gelombang 2-3 meter, serta warna hijau gelombang setengah meter,” papar Dwikorita saat Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan arahan atas kesiapsiagaan bencana secara daring di Jakarta, Rabu (21/7/2021).
Dwikorita menyebutkan ada 10 kajian ilmiah terkait prediksi bencana yang dijabarkan dalam sebuah peta untuk memudahkan memahami dengan tiga warna yakni merah, kuning dan hijau.
Pada kasus Kabupaten Pacitan, akses zona merah menuju zona hijau kemungkinan tercepat melalui sungai yang mengalir.
Namun, jika terjadi tsunami, sungai tersebut menurut Dwikorita berpotensi menambah dampak kerusakan wilayah.
Sehingga, diperlukan jalur yang dapat mengintegrasikan penduduk di zona merah agar dapat mengevakuasi diri ke jalur hijau.
Dwikorita meminta agar seluruh jajaran di daerah dapat membangun infrastruktur tahan gempa sebagai jalur evakuasi warga.
Dwikorita mengingatkan agar jangan sampai infrastruktur evakuasi tidak kuat menghadapi bencana seperti yang terjadi di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Dia mengatakan infrastruktur evakuasi warga di Palu sebenarnya sudah dipersiapkan sejak 2009-2015 dan semua elemen masyarakat bersiap menghadapi situasi bencana alam, mulai dari Wali kota, Bapeda, Dinas Tata Ruang, pihak sekolah dan pihak-pihak terkait lainnya.
Namun lantaran tidak kuat menahan guncangan gempa, sehingga infrastruktur seperti jembatan, roboh.
Akibatnya, banyak di antara anak-anak dan dewasa yang telah mempelajari cara evakuasi diri menjadi korban, karena tak tahu harus berbuat apa di kala infrastruktur evakuasi rusak parah.
Oleh karenanya, menurut Dwikorita, empat langkah strategis kesiapsiagaan bencana yang dipaparkan Menteri Sosial Tri Rismaharini perlu diterapkan sesegera mungkin.

Empat langkah tersebut adalah mempelajari kearifan lokal penduduk untuk mempermudah evakuasi, menggandeng pihak terkait komunikasi publik di saat putus komunikasi, tidak meremehkan prakiraan BMKG, dan agar jajaran Kementerian Sosial dan Dinas Sosial memahami kebutuhan warga setempat yang riskan terhadap dampak bencana untuk mengurangi korban anak-anak, lansia, hingga penyandang disabilitas.
“Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh Bu Mensos terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana yang begitu strategis, serta juga perlu mempersiapkan bangunan yang dirancang tahan guncangan gempa hingga magnitudo 8,7,” kata dia.
(Tribunmanado.co.id)