Virus Corona di Indonesia
Ahli Ungkap Dua Penyebab Varian Baru Corona di Indonesia Terus Bertambah, Penting untuk Diketahui
Peneliti Mikrobiologi menyebut dua hal yang diduga menjadi penyebab munculnya varian baru Covid-19.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Ahli Mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra menjelaskan penyebab varian Virus corona di Indonesia terus bertambah.
Sugiyono Saputra menyebut dua hal yang diduga menjadi penyebab munculnya varian baru Covid-19.

Ada dua hal yang jadi penyebab munculnya varian Covid-19 jenis baru,
yaitu kemampuan virus untuk bertransmisi dan tingkat kekebalan dari individu atau kelompok yang berbeda.
"Diduga yang menjadi salah satu penyebab munculnya varian-varian baru adalah proses transmisi atau penularan virus yang terus berlangsung,
yang memungkinkan terjadinya mutasi-mutasi yang dapat membentuk varian baru," kata Sugiyono, Rabu (28/7/2021).
Sugiyono menjelaskan, dalam perspektif evolusi, virus yang hidup akan terus berupaya melakukan mutasi agar dapat beradaptasi.
Dalam hal ini, tempat hidup atau inangnya adalah manusia,
sehingga virus akan sebisa mungkin menginfeksi manusia, sementara kekebalan tubuh kelompok berbeda.
Salah satu tempat hidup yang dipilih virus dengan jenis baru adalah manusia dengan kekebalan tubuh atau inang yang rentan.
Oleh karena itu, kekebalan tubuh secara komunal sangat dianjurkan untuk meminimalisir munculnya mutasi atau virus varian baru.
Menurut Sugiyono, ketika masih banyak kelompok rentan dalam hal ini kelompok masyarakat yang belum divaksinasi serta tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik.
Artinya, kekebalan kelompok belum terbentuk.
Sehingga hal itulah yang menjadi sumber transmisi dan kemunculan mutasi virus dengan varian baru.
"Mutasi atau varian baru terbentuk ketika virus ini bereplikasi dan 'berpindah' dari satu orang ke orang lain
dan salah satu cara untuk menghindarinya adalah dengan memperlambat atau menghentikan proses transmisi ini," tambahnya.

Penting diketahui untuk mengidentifikasi adanya virus varian baru yang bermutasi,
perlu dilakukan uji sampel dengan metode pengurutan genom atau Whole Genom Sequencing (WGS).
Antibodi Tubuh Menurun setelah 6 Bukan Disuntik Vaksin Sinovac
Antibodi dalam tubuh yang dihasilkan vaksin Covid-19 Sinovac menurun setelah 6 bulan menerima vaksin dosis kedua.
Vaksinasi untuk dosis ketiga Klinis Nasional Vaksin Covid-19 Kusnandi Rusmil.
"Benar," ujar Kusnandi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (29/7/202).
Meski begitu, menurut Kusnandi, setiap orang yang sudah melakukan vaksin Covid-19 Sinovac dua dosis sudah memiliki antibodi yang tinggi untuk melawan virus corona.
"Tapi setiap orang yang sudah divaksin akan membentuk antibodi yang tinggi bila kontak dengan virus Covid," katanya.
Selain itu, menurut Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi efikasi vaksin Covid-19 Sinovac juga masih cukup untuk penanganan virus corona.
"Iya menurun bisa saja seperti vaksin Influenza.
Tetapi ini masih cukup efikasinya untuk penanganan virus Covid-19," kata Nadia.
Sehingga, baik menurut Nadia maupun Kusnandi masyarakat umum belum memerlukan booster atau vaksin Covid-19 dosis ketiga.
Booster, kata Kusnandi, cukup diberikan kepada tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dalam penanganan Covid-19.
"Untuk masyarakat belum perlu booster.
Nakes saja, karena perlu cepat untuk penyuntikan vaksin ke masyarakat," jelas Kusnandi.
(Kompas TV/Kompas.com)
Tautan:
https://www.kompas.tv/article/196840/penyebab-varian-covid-19-di-indonesia-terus-bertambah-ini-kata-ahli-mikrobiologi
https://nasional.kompas.com/read/2021/07/29/19483901/antibodi-vaksin-sinovac-memang-turun-setelah-6-bulan-tapi-masih-cukup-lawan