Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Trilogi Pembangunan Jemaat

BACAAN ALKITAB : Kisah Para Rasul 5:1-11 - “Kebenaran Versus Dusta”

Tak dapat kita pungkiri dua terminologi kebenaran dan dusta memiliki keterkaitan, bagaikan dua sisi yang sangat bertentangan

Editor: Aswin_Lumintang
Istimewa
Renungan Harian Kristen' 

Mendustai Roh kudus adalah dosa yang tidak diampuni. Hukuman terhadap Ananias tampak keras, namun diyakini inilah keadilan Allah, bagi orang yang tidak adil dimana hukuman ini dimaksudkan untuk, memelihara kehormatan Roh Kudus yang saat itu belum lama dicurahkan dan untuk mencegah orang lain agar tidak melakukan kesombongan yang sama. Berita kematian Ananias tidak begitu cepat sampai kepada Safira, sebab ia berada jauh dari tempat itu, dan tidak mengetahui apa yang terjadi.

Berharap mendapatkan ucapan terima kasih dari semua orang atas kedatangannya, sebagai seorang dermawan. Tetapi karena terbukti bersalah dan melaku-kan dosa yang sama dengan suaminya dan bersepakat menyampaikan cerita yang sama pula maka ia harus ambil bagian dalam hukuman suaminya.“Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?”. Petrus menunjukkan kesalahan mereka, yaitu mencobai Roh Tuhan, sama seperti Israel mencobai Allah dipadang gurun (Keluaran 17:2). Mereka mencobai Allah, seolah-olah Dia sama seperti diri mereka sendiri.

Ayat 11, Peristiwa yang menimpa Ananias dan Safira, menimbulkan kesan pada orang banyak, dimana persekutuan jemaat, semakin menghormati Roh Kudus, takut dan kagum terhadap Allah dan penghakiman-Nya, sekaligus mengajarkan kepada mereka untuk bersungguh-sungguh dengan Roh Kudus. Pemurnian kehidupan jemaat mula-mula melalui peristiwa Ananias dan Safira melahirkan ketaatan dan pertama kali istilah atau kata jemaat digunakan. Kisah yang diambil dari kehidupan jemaat perdana ini merupakan realita bahwa dibalik kehidupan jemaat yang rukun dan melakukan kebersamaan ternyata juga memiliki sisi gelap.

Makna dan Implikasi Firman
 Hidup dalam kebenaran tidaklah mudah. Kitab Kisah Para Rasul 5:1-11 mau mengingatkan setiap orang percaya bahwa betapa pentingnya melakukan kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan atau apa adanya. Tindakan kebenaran adalah respon iman dan merupakan wujud ketaatan pada Tuhan. Walaupun di satu sisi, tak dapat kita pungkiri budaya kita sekarang ini telah beralih pada sikap kepuasan diri sendiri yang mana banyak kesalahan-kesalahan yang tak hanya di toleransi tetapi juga disarankan sebagai hal yang benar. Akibatnya, banyak dari kita yang merasa nyaman jika kita berdusta atau tidak berterus terang kepada orang lain.

 Kisah Ananias dan Safira memberi pelajaran bagi kita, bahwa Tuhan memberlakukan penghukuman-Nya, bukan karena mereka menahan sebagian dari hasil penjualannya, tapi hukuman itu diberlakukan karena Ananias dan Safira bersepakat untuk berdusta dan tidak jujur dengan pemberiannya, berarti mereka tidak komitmen. Mereka mendustai Roh Kudus, karena iblis sudah ada dalam hati mereka. Konsekuensi dari perbuatan itu, mereka berdua mati secara tragis. Peristiwa ini menjadi pembelajaran bagi kita bahwa Allah kita adalah Allah yang adil dalam bertindak.

Keadilan Tuhan tidak bisa disamakan dengan keadilan manusia. Keadilan Tuhan adalah sempurna, utuh dan tak bercacat, dimana semua yang Tuhan rencanakan, putuskan dan kerjakan selalu didasarkan pada keadilan. Tuhan mengasihi orang yang hidup dalam kebenaran dan memberikan penghargaan atas setiap perbuatan baik yang kita lakukan, tapi Tuhan sangat menentang segala bentuk kefasikan. Karena itu, ia akan menjatuhkan hukuman atas setiap pelanggaran dan dosa. Inilah bukti bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang adil dan tidak bisa dipermainkan dengan cara apapun seperti yang dilakukan oleh Ananias dan Safira.

 Bagian Alkitab ini hendak pula memberikan pelajaran iman yang amat penting, untuk menggunakan kekayaan dan harta yang adalah berkat Tuhan yang harus disyukuri. Tuhan menghendaki kita memberi dengan rela dan sukacita sebagai buah iman kita kepada Tuhan. Dan bukan menjadi ajang untuk pencitraan dan mencari popularitas, memberi tetapi dengan ambisi untuk kepentingan mencari nama, apalagi demi kepentingan tertentu, kita memberi diri untuk ada dalam kesepakatan melakukan hal-hal yang tidak baik.

 Gereja terpanggil untuk terus memperlengkapi anggotanya untuk hidup dalam kebenaran dan meninggalkan dusta, menyerahkan diri sepenuhnya dalam tuntunan Roh Kudus untuk membentengi diri dari godaan iblis. Agar kita jangan seperti Ananias dan Safira yang mendapatkan hukuman setelah mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved