Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kasus Covid

Pasien Covid-19 yang Jalani Isolasi Mandiri Banyak Meninggal Dunia, Ternyata Ini Penyebabnya

Diketahui Indonesia kini menjadi negara kedua terbanyak yang memakan korban jiwa akibat Covid-19.

Editor: Glendi Manengal
Kompas.com/Garry Lotulung
Potret Pemakaman Jenazah Covid-19. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kasus Covid-19 yang tengah melanda Indonesia saat ini makin meningkat.

Diketahui Indonesia kini menjadi negara kedua terbanyak yang memakan korban jiwa akibat Covid-19.

Terkait hal tersebut ternyata kasus kematian akibat Covid-19 kebanyakannyang menjalani isolasi mandiri.

Baca juga: PT Indofood Buka Lowongan Kerja, Cari Banyak Posisi, Terima Lulusan SMA, Ini Syarat dan Cara Daftar

Baca juga: Masih Ingat Pedangdut Kristina? Betah Menjanda Selama 12 Tahun, Kini Banjir Tawaran Jadi Istri Kedua

Pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri atau isoman terus bertambah setiap harinya.

Pasien tersebut meninggal meskipun tidak memiliki komorbid (penyakit penyerta).

Hal ini memunculkan pertanyaan publik terkait efektivitas perawatan sendiri di rumah, khususnya pada Orang Tanpa Gejala (OTG) dan pasien gejala ringan.

Banyak yang khawatir, penanganan yang dilakukan tidak tepat sehingga berakibat menghilangkan nyawa pasien.

Dokter Daeng M Faqih, SH, MH, Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan, pasien meninggal saat isoman umumnya disebabkan gejala pemburukan yang tidak mendapatkan pertolongan.

Kondisi tersebut menyebabkan kenaikan gradasi keparahan infeksi sehingga seharusnya mendapatkan perawatan lebih. Ia menguraikan, gradasi pasien Covid-19 terdiri dari lima tahapan yakni OTG, ringan, sedang, berat dan kritis.

Ketika mengalami pemburukan, pasien isoman otomatis naik menjadi level sedang dan harus dibawa ke rumah sakit.

"Mungkin memang agak berat faktanya, tapi kasus isoman meninggal itu karena seharusnya dibawa ke rumah sakit, bukan lagi isoman," jelasnya dalam diskusi media bertajuk Dukungan Good Doctor untuk Program Vaksinasi Nasional dan Penanganan COVID-19 di Indonesia secara virtual pada Kamis (22/07/2021).

Daeng mengatakan, seringkali keluarga tidak memahami gentingnya kondisi pasien isoman sehingga terlambat memberikan penanganan.

Hal yang cukup krusial untuk diperhatikan, tambahnya, adalah kadar saturasi oksigen pasien.

Oleh karena itu, ia mengatakan penting sekali bagi pasien isoman untuk selalu terhubung dengan dokter atau ahli kesehatan setempat, termasuk melalui layanan telemedisin.

Tujuannya agar tetap mendapatkan pendampingan dan menghindarkan diri dari gejala yang lebih berat. Pastikan untuk terus memantau kondisi pasien dan melaporkannya untuk mendapatkan arahan yang tepat dalam menanganinya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved