Sosok Tokoh
Jenderal Andika Perkasa, Perwira Tinggi AD yang Miliki 5 Gelar Akademik, Calon Kuat Panglima TNI
Andika merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1987. Andika menjadi jenderal TNI yang memiliki gelar akademik sangat panjang
Penulis: Gryfid Talumedun | Editor: Gryfid Talumedun
TRIBUNMANADO.CO.ID - Berikut ini sosok Jenderal TNI Andika Perkasa, S.E., M.A., M.Sc., M.Phil., Ph.D.
Nama Jenderal Andika Perkasa santer disebut-sebut paling berpeluang menjadi Panglima TNI
Alasan kenapa Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) itu disebut paling berpeluang menduduki jabatan Panglima TNI adalah karena telah sukses melakukan terobosan di tubuh TNI AD selama menjabat KASAD.
Demikian diungkap Pengamat militer Aris Santoso dalam tayangan di Kompas TV.
Menurut Aris, Jenderal Andika Perkasa paling berpeluang menjadi Panglima TNI selanjutnya, terutama karena kepopulerannya di media.
Selain itu, Jenderal Andika Perkasa dianggap berhasil melakukan berbagai terobosan.
Tentara Nasional Indonesia adalah nama untuk angkatan bersenjata dari negara Indonesia.
Pada awal dibentuk, lembaga ini bernama Tentara Keamanan Rakyat kemudian berganti nama menjadi Tentara Republik Indonesia sebelum diubah lagi namanya menjadi Tentara Nasional Indonesia hingga saat ini.
• Potret Jenderal Andika Perkasa Calon Kuat Panglima TNI saat Persiapkan Rumah Dinas Bagi Anak Buahnya
Di TNI selain Panglima TNI, ada sosok lainnya yang begitu jadi sorotan.
Salah satunya yakni Kepala Staf Angkatan Darat, KSAD Jenderal Andika Perkasa.
Ya mungkin ada di antara kita yang belum mengenal lebih jauh dengan sosok KSAD Jenderal Andika Perkasa.
Diketahui sebelum menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, KSAD Jenderal Andika Perkasa sebelumnya menjabat sebagai Panglima Komando Strategis TNI Angkatan Darat.
Andika Perkasa juga sebelumnya pernah menjabat Dankodiklatad, Panglima Kodam XII/Tanjungpura pada 2016.
Pria kelahiran Bandung ini lulus dari Akademi Militer pada 1987 silam.
Semenjak lulus, Andika pun mengawali kariernya sebagai perwira pertama infanteri di jajaran Kopassus selama 12 tahun hingga 2000 lalu.
Setelah itu ia menduduki jabatan sebagai Kepala Seksi Kajian Strategi Hankam Departemen Pertahanan.
Hingga pada 2013 Andika menjabat Kadispen TNI AD.
Karier Andika Perkasa semakin melesat sejak Joko Widodo menjadi Presiden.
Ia diangkat menjadi Komando Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) dengan pangkat Mayor Jenderal pada 2014, dua hari setelah Jokowi dilantik menjadi Presiden RI.
Andika menggantikan posisi Mayjen TNI Doni Monardo yang saat itu dipindahtugaskan menjadi Komandan Jenderal Kopassus menggantikan Mayjen TNI Agus Sutomo.
Diangkatnya Andika sebagai Danpaspampres ini sempat menimbulkan polemik.
Pasalnya banyak yang menduga promosi jabatan bintang dua Andika merupakan rekomendasi dari Jenderal AM Hendropriyono.
Seperti yang diketahui, Andika Perkasa adalah menantu dari mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono.
Awal 2018 lalu, Andika menjabat sebagai Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan (Dankodiklat) TNI AD.
Selain kariernya, pendidikan dan prestasi Andika Perkasa juga menjadi sorotan.
Pria berusia 53 tahun ini memiliki banyak gelar di belakang namanya.
Ya gelarnya Jenderal TNI Andika Perkasa adalah, S.E., M.A., M.Sc., M.Phil., Ph.D
Diketahui Andika mengenyam pendidikan S1 Ekonomi di universitas dalam negeri dan meraih tiga gelar S2 serta satu gelar S3 dari berbagai perguruan tinggi di Amerika Serikat.
Jenderal Andika Perkasa pernah mengecap pendidikan militer di Akademi Militer (Akmil) kecabangan Infanteri (1987) dan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) (Lulusan Terbaik Susreg XXXVII 1999/2000)
Sedangkan Pendidikan Umum yakni The Military College of Vermont, Norwich University (Northfield, Vermont, USA), National War College, National Defense University (Washington D.C., USA), Harvard University (Massachusetts, USA) dan The Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration, The George Washington University (Washington D.C., USA)
• Sosok Laksamana Yudo Margono, Calon Panglima TNI, Punya Perhatian Lebih Kepada Relawan Tenaga Medis
Berikut Profil Letjen Andika Perkasa:
Andika lahir di Bandung, Jawa Barat, 21 Desember 1964.
Riwayat Pendidikan
Pendidikan umum:
- The Military College of Vermont, Norwich University (Northfield, Vermont, USA),
- National War College, National Defense University (Washington DC, USA),
- Harvard University (Massachusetts, USA),
- The Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration, The George Washington University (Washington DC, USA).
Pendidikan militer:
- Akademi Militer (Akmil) kecabangan Infanteri (1987),
- Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) (Lulusan Terbaik Susreg XXXVII 1999/2000).
Riwayat Jabatan
- Letnan dua hingga letnan satu:
- Komandan Peleton Grup 2/Para Komando, Kopassus (1987),
- Komandan Unit 3, Grup 2/Para Komando, Kopassus (1987),
- omandan Subtim 2, Sat Gultor 81, Kopassus (1991).
Kapten:
- Komandan Tim 3, Sat Gultor 81, Kopassus (1995),
- Komandan Resimen 62, Yon 21 Grup 2/Para Komando, Kopassus (1997),
- Pama Kopassus (1998).
Mayor:
- Pamen Kopassus (1999),
- Kepala Seksi Kajian Strategi Hankam, Subdit Jaklak, Ditjakstra, Ditjen Strahan, Departemen Pertahanan (2000),
- Kepala Seksi Penyusunan, Subdit Jaklak, Ditjakstra, Ditjen Strahan, Departemen Pertahanan (2001),
- Pamen Mabes TNI-AD (2001).
Letnan kolonel:
- Komandan Batalyon (Danyon) 32/Apta Sandhi Prayuda Utama, Grup 3/Sandhi Yudha, Kopassus (2002),
- Kepala Seksi Intelijen, Korem 051/Wijayakarta, Kodam Jaya/Jayakarta (2002)
- Pabandya A-33, Direktorat A, Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI (2002),
- Pabandya IV/Fasdik, Spaban Opsdik, Sdirdik, Kodiklat TNI-AD (2008),
- Kepala Bagian Perencanaan, Sdirum, Kodiklat TNI-AD (2009),
Kolonel:
- Sekretaris Pribadi (Sespri) Kepala Staf Umum (Kasum) TNI (2010),
- Komandan Resimen Induk (Danrindam) Kodam Jaya/Jayakarta (2011),
- Komandan Resor Militer (Danrem) 023/Kawal Samudera, Kodam I/Bukit Barisan (2012),
Brigadir Jenderal
- Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI-AD (2013).
Mayor Jenderal:
- Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) (2014),
- Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XII/Tanjungpura (2016).
Letnan Jenderal:
- Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan (Dankodiklat) TNI-AD (2018),
- Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat TNI AD (2018).
- Kepala Staf Angkatan Darat (2018).
Tangkap Letnan Al-Qaeda
Andika menjadi jenderal TNI yang memiliki gelar akademik sangat panjang.
Di belakang namanya tercantum titel S.E., M.A., M.Sc., M.Phil., Ph.D.
Dikutip dari wikipedia, Andika adalah lulusan The Military College of Vermont, Norwich University (Northfield, Vermont, USA), National War College, National Defense University (Washington D.C., USA).
Dia juga lulus dari kampus ternama lainnya, Harvard University (Massachusetts, USA) dan The Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration, The George Washington University (Washington D.C., USA).
Selain pendidikan umum, Andika yang lulus Akademi Militer tahun 1987 ini mengikuti Sesarcab Infanteri, Pendidikan Komando
Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) (Lulusan Terbaik Susreg XXXVII 1999/2000), Sesko TNI hingga Lemhannas RI
Andika Perkasa ialah perwira TNI dengan segudang prestasi.
Dikutip dari Tribunnews (grup Surya.co.id), Kamis (22/11/2018) rekam jejak militernya dimulai ketika lulus Akademi Militer (Akmil) tahun 1987.
Setelahnya Andika menjalani pendidikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) (Lulusan Terbaik Susreg XXXVII 1999/2000).
Andika kemudian bergabung dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Karirnya di Korps Baret Merah sangat cemerlang.
Ia pernah menjabat sebagai Komandan Peleton (Danton) Grup 2/Para Komando Kopassus (1987), Komandan Unit 3 Grup 2/Para Komando Kopassus (1987) hingga Komandan Tim 3 Sat Gultor 81 (1995).
Karir militer Andika sangat panjang dan cemerlang hingga terakhir dirinya menjabat sebagai Pangkostrad.
Ada satu prestasi operasi militer amat cemerlang yang dilakukan oleh Andika.
Dikutip Surya.co.id dari bbc.co.uk, pada tahun 2002 salah satu letnan Al-Qaeda yang merupakan tangan kanan Osama bin Laden, Omar al-Faruq merencanakan pemboman kedutaan Amerika Serikat (AS) di berbagai negara.
Faruq yang sudah dilatih menjadi teroris sejak tahun 1990 di Afghanistan dan menjadi orang kepercayaan Osama bin Laden menyatakan akan memerangi AS dimanapun, kapanpun.
"Saya katakan kepada Amerika ... kami akan memerangi mereka ... di Irak dan di negara mereka," katanya.
"Mereka tidak akan mampu menghentikan pawai jihad ... dengan pos-pos pemeriksaan, pasukan, mesin, peralatan canggih.
Tidak peduli seberapa kuat atau lengkapnya mereka, mereka tidak akan mengalahkan Yang Mahakuasa," teriak Omar al-Faruq.
Sasaran al-Faruq ialah mengebom kedutaan AS di Asia Tenggara.
Sialnya, Kedutaan AS di Indonesia dipilihnya sebagai debut teror al-Faruq.
Entah dengan cara apa Omar al-Faruq berhasil masuk ke Tanah Air dan sudah merancang serangan ke kedutaan AS di Jakarta.
Untung aparat keamanan Indonesia termasuk TNI berhasil mencium kegiatan teroris ini.
TNI segera merespons cepat dan berhasil mengetahui keberadaan Omar Al Faruq.
Dibentuklah tim Buru Sergap yang dipimpin oleh Andika mengingat dirinya pernah jadi Komandan Tim 3 Sat Gultor 81.
Operasi penangkapan segera dilakukan sebelum semuanya terlambat.
Tim buru sergap TNI ini bergerak cepat ke tempat persembunyian Omar al-Faruq di Bogor.
Tanpa kesulitan berarti, tim berhasil meringkus al-Faruq di Masjid Jami' Bogor pada 5 Juni 2002.
Usai diamankan, al-Farouq diserahkan ke pihak AS dan dikirim ke fasilitas penahanan Bagram di Irak.
Namun al-Faruq berhasil kabur dari Bagram pada Juli 2005.
Hingga akhirnya pada 25 September 2005, 200 personel pasukan komando Inggris menyatroni persembunyian al-Faruq di al-Tuninnah Basra, Irak.
Sempat terjadi baku tembak hingga akhirnya al-Faruq tewas setelah tersambar peluru
Sosok Ayah Mertua KSAD Jenderal Andika Perkasa
Mungkin ada dari kita yang belum tahu jika ayah mertua KSAD Jenderal Andika Perkasa bukan orang sembarangan.
Ya ayah mertua KSAD Jenderal Andika Perkasa juga merupakan seorang jenderal.
Ia adalah Jenderal TNI (purn) AM Hendropriyono.
Jenderal AM Hendropriyono pun sangat terkenal pada masanya.
Nah lama tak tersorot media setelah pensiun, kabar terbaru datang dari AM Hendropriyono.
Ayah mertua KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa itu dilaporkan oleh Pangeran Sri Negara Kesultanan Pontianak, Kalimantan Barat, Syarif Mahmud, ke Polda Kalbar, Sabtu (13/6/2020) malam.
Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono dilaporkan ke polisi oleh pangeran Kalimantan.
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu dianggap telah mencemarkan nama baik terhadap raja atau sultan di Pontianak, Kalimantan Barat.
Video AM Hendropriyono yang beredar menyebut Sultan Hamid II pengkhianat sehingga tak layak disebut pahlawan .
Sebagaimana diketahui, pada intinya, dalam rekaman itu, Hendropriyono menyebutkan alasan mengapa Sultan Hamid II tidak layak dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Menurut Hendropriyono, Sultan Hamid II tidak masuk kategori tersebut.
Dalam kesempatan itu, Hendropriyono menyebut Sultan Hamid II tidak senang ketika rakyat tidak menginginkan Indonesia menjadi negara kesatuan.
PROFIL AM Hendropriyono
AM Hendropriyono bukan hanya pernah menjabat Kepala Badan Intelijen Negara.
Dia merupakan ayah mertua dari KSAD, Jenderal TNI Andika Perkasa.
Hendropriyono merupakan "master of intelligence", profesor intelijen pertama di dunia.
Menelusuri jejak AM Hendropriyono sangat menarik, karena ternyata dulunya anggota Puspassus, cikal bakal Kopassus.
Jenderal TNI AM Hendropriyono dan Jenderal TNI Andika Perkasa
Pria bernama lengkap Makhmud Hendropriyono ini memiliki jejak menarik sebelum menjadi seorang jenderal.
Pada masanya, AM Hendropriyono menjadi ujung tombak pertempuran pasukan elite Kopassandha.
Selama berkarier di dunia militer, AM Hendropriyono terlibat sejumlah operasi yang membesarkan namanya.
AM Hendropriyono dikenal sebagai penuntas insiden bersejarah, Peristiwa Talangsari 1989.
Kala itu, AM Hendropriyono berhasil menindak potensi radikalisme dari Kelompok Warsidi di Talangsari, Lampung.
Pertempuran antara tim Kopassus yang dipimpin AM Hendropriyono pun menumbangkan Kelompok Warsidi itu.
Sebelum Peristiwa Talangsari 1989, AM Hendropriyono pernah melakukan aksi heroik bertempur dengan Pasukan Gerilya Rakya Sarawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku).
Awalnya, pemerintah Soekarno sengaja membentuk pasukan gerilya saat konfrontasi Indonesia-Malaysia, pada 1963-1966.
Kedua pasukan itu dilatih secara khusus oleh TNI di Surabaya, Bandung, dan Bogor.
Namun, ketika kekuasaan Indonesia berpindah tangan pada Soeharto, anak asuh TNI itu justru berbalik menjadi musuh.
Soeharto memutuskan berdamai dengan Malaysia.
Kemudian, pasukan gerilya itu diminta untuk menurunkan senjata.
Namun, PGRS dan Paraku rupanya mengabaikan permintaan itu.
Mau tak mau, pihak TNI pun harus menertibkan aksi para gerilyawan itu.
Akhirnya, AM Hendropiyono bersama timnya bernama Sandi Yudha turun tangan bertempur di hutan rimba kawasan Kalimantan.
Sandi Yudha ini merupakan satuan intelijen tempur milik pasukan elite yang kini bernama Kopassus.
Awalnya, AM Hendropriyono berusaha keras untuk mengambil hati lawan tanpa tindakan keras.
Tim Sandi Yudha ini beberapa kali berhasil mencuri simpati mereka.
Satu di antaranya, dengan Wong Kee Chok, komandan PGRS.
Namun, tak semua bisa diselesaikan secara baik-baik.
Pada akhirnya, pilihan terakhir pun dilakukan tim Sandi Yudha, yakni menggunakan tindakan keras.
Mulai dari penculikan dan interogasi, hingga melakukan perlawanan.
Perlawanan yang membekas diingatan AM Hendropriyono, yakni berduel dengan Hassan, yang juga komandan PGRS.
Kala itu, ia bersama tim kecil sebanyak delapan orang harus mengintai gubuk Hassan semalaman.
Secara hati-hati, satu di antara timnya kemudian membunuh penjaga gubuk yang memegang senjata api menggunakan sangkur.
Kemudian, Hendropriyono pun harus menembak Hassan untuk melumpuhkan lawannya itu.
Ia bahkan membanting tubuh Hassan menggunakan jurus bela dirinya.
Duel sengit satu lawan satu itu dilakukan AM Hendropriyono untuk menumbangkan lawan.
Paha dan jari-jarinya terluka parah karena terkena sangkur Hassan.
Serangan Hassan itu bahkan nyanris mengenai dada AM Hendropriyono.
Sebelumnya, saat melakukan misi di Kalimantan itu, AM Hendropriyono yang saat itu masih berpangkat kapten harus merayap sejauh 4,5 kilometer.
Saat merayap menuju markas musuh itulah, anggota Kopassus itu melewati sarang ular Kobra.
Karena sudah terlatih menjinakkan ular, pasukan elite ini melewati dengan mudah.
Pertempurannya di Kalimantan ia tulis dalam buku berjudul Operasi Sandi Yudha: Menumpas Gerakan Klandestin
Keandalannya dalam berbagai operasi pertempuran membuat AM Hendropriyono dipercaya sebagai Kepala BIN.
Tidak hanya mengurus bawahannya di BIN, ia pun membetuk regenerasi melalui pendirian Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN).
Selain sekolah, AM Hendropriyono pun menggagas Sumpah Intelijen, Mars Intelijen, hingga logonya.
Dalam pendidikan, AM Hendropriyono bahkan menerangkan intelijen sebagai ilmu.
Sepak terjangnya ini menjadikan AM Hendropriyono menjadi tokoh militer dan intelijen ternama.
Ia bahkan dinobatkan sebagai guru besar intelijen pada 2014.
Hal itu membuat AM Hendropriyono menjadi profesor intelijen pertama di dunia.
Itulah jejak Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono dan Jenderal TNI Andika Perkasa.
(Tribunmanado.co.id/Gryfid Joysman)