Update Kasus Covid
Identitas WNA Korea Selatan yang Ditemukan Tak Bernyawa di Jakarta Selatan, Positif Covid-19
Tadi pagi dilaporkan ada satu orang meninggal dunia di dalam aparteman di Jakarta Selatan. Seorang warga negara asing (WNA) asal Korea Selatan.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tadi pagi dilaporkan ada satu orang meninggal dunia di dalam apartemen di Jakarta Selatan.
Yang meninggal dunia adalah seorang warga negara asing (WNA) asal Korea Selatan.
Dia ditemukan meninggal dunia di Apartemen Prapanca, Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (19/7/2021) sekitar pukul 07.00 WIB.
Baca juga: Hujan Sepanjang Hari di Daerah Ini, Info BMKG Cuaca Selasa 20 Juli 2021 untuk 33 Kota di Indonesia
Baca juga: Gambar dan Ucapan Selamat Idul Adha 2021, Bagikan ke Media Sosial Hari Ini dan Besok
Baca juga: Doa Sesudah Sholat Maghrib: Sempurnakanlah Apa yang Kami Lakukan Selama Shalat Ya Allah
Update Kasus Covid 19 di Indonesia hingga hari ini Senin 19 Juli 2021. (Tribun Manado)
Camat Kebayoran Baru Tommy Fudihartono mengatakan, jenazah WNA tersebut bernama Im Sook Hee (89).
WNA asal Korea Selatan tersebut meninggal dunia karena terpapar Covid-19.
"Hasil swabnya positif (Covid-19)," kata Tommy saat dikonfirmasi TribunJakarta.com.
Menurut Tommy, korban tidak tinggal sendiri di Apartemen Prapanca, melainkan bersama anaknya.
"Ada keluarganya, anaknya di sini. Ya namanya penyakit kita kan nggak tahu," ujar dia.
ilustrasi meninggal dunia. (TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas)
Im Sook Hee diketahui sedang menjalani isolasi mandiri di apartemen tersebut.
"Dia lagi isolasi mandiri sih kayanya. Mungkin lagi berkunjung," ungkap Tommy.
Petugas medis yang mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap telah mengevakuasi jenazah Im Sook Hee. Jenazah korban akan dikremasi. (*)
Info Kasus Covid 19 di Indonesia Senin 19 Juli 2021
Pertambahan kasus Covid-19 di Indonesia tercatat mengalami penurunan dibanding dengan hari sebelumnya menjelang berakhirnya PPKM Darurat besok (20/7/2021).
Kasus positif Covid-19 di Indonesia hari ini, Senin (19/7/2021), bertambah 34.257, sehingga totalnya menjadi 2.911.733.
Penambahan tersebut menurun dari penambahan kasus harian beberapa hari sebelumnya yang mencapai rekor lebih dari 50 ribu kasus per hari.
Sementara itu, jumlah pasien sembuh juga menunjukkan peningkatan. Hari ini terdapat penambahan 32.217 pasien sembuh, sehingga totalnya menjadi 2.293.875.
Hanya saja, rekor terjadi di kasus pasien meninggal dunia. Per hari ini, terdapat penambahan 1.338 orang pasien meninggal, sehingga totalnya menjadi 74.920.
Jumlah ini merupakan rekor tertinggi dalam kasus kematian Covid-19 dalam sehari.
Kabareskrim: Sudah Banyak Korban Meninggal Covid-19, Kok Masih Percaya Hoaks
Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Andrianto menyayangkan masih adanya masyarakat yang tidak percaya dengan Covid-19.
Padahal, sudah banyak korban jiwa yang telah berjatuhan akibat terpapar virus tersebut.
"Sudah banyak yang menjadi korban meninggal karena Covid kok masih percaya hoaks," kata Agus dalam keterangannya, Senin (19/7/2021).
Ia juga menyayangkan masyarakat yang menolak vaksin dengan alasan tidak percaya Covid-19.
Menurutnya, pemerintah telah menyiapkan fasilitas vaksin kepada masyarakat dengan gratis berkelanjutan.
"Pilihannya kan kepada masyarakat sendiri. Yang punya komorbid tentu dengan pertimbangan dokter bisa diberikan atau tidak. Harapannya yang lain berpartisipasi untuk mencapai imunitas komunal," ungkap dia.
Lebih lanjut, Agus menuturkan vaksin sejatinya bertujuan untuk mencegah penularan Covid-19.
Kalau pun masih terpapar, dampaknya terhadap kesehatan tidak signifikan.
"Allah tidak akan mengubah nasib setiap kaum, dengan apa yang kita kerjakan. Mau vaksin ya kalau terpapar virus Coronanya gak terlalu parah karena punya daya tangkal," pungkasnya.
Epidemiolog Tak Setuju Jika PPKM Darurat Disebut Gagal
Selama masa PPKM Darurat ini, angka penambahan kasus Covid-19 pun masih melonjak, sampai di atas 50 ribu kasus positif.
Kebijakan PPKM Darurat pun menuai pertanyaan pada sejumlah pihak tentang keefektifannya dalam menangani pandemi Covid-19.
Terkait hal ini, Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman tak setuju jika ada yang menilai PPKM Darurat ini gagal, hanya saja belum efektif.
Menurutnya, dengan adanya PPKM Darurat, pergerakan mobilitas masyarakat berhasil diturunkan.
Di samping itu, penambahan kasus positif juga terjadi di angka yang stabil.
"Kalau dikatakan PPKM ini gagal, saya tidak setuju karena ini belum efektif. Ada angka reproduksi yang relatif stabil."
"Stabilnya angka reproduksi ini menunjukkan ada efektivitas dari PPKM Darurat," kata Dicky, dikutip dari tayangan Kompas TV Sapa Indonesia Pagi, Senin (19/7/2021).
Meskipun begitu, Dicky mengingatkan angka tambahan kasus ini tetap harus segera diturunkan.
Dicky melanjutkan, menekan laju pernambahan kasus perlu dilakukan dengan berbasis sains.
Yakni, dengan lebih menerapkan 3 T (Tes, Tracing, Treatment) dan protokel kesehatan (prokes) 5M.
Menurutnya, saat ini, kapasitas 3T di Indonesia belum maksimal dilakukan.
"Dua minggu ini tingkatkan 3T, sehingga kita putuskan (misalnya) dilonggarkan (PPKM Darurat), 3T terus ditingkatkan."
"Ini yang harus dijadikan strategi utama. Ini berhasil di beberapa negara lain, termasuk di Sidney."
"Enggak perlu lockdown-lockdown lagi. Tapi, sekali lagi kuncinya ada di 3T," jelas Dicky.
WHO Antisipasi Munculnya Varian Baru
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di beberapa negara saat ini berpotensi memunculkan varian corona baru.
"Pandemi belum selesai," kata Profesor Didier Houssin, ketua Komite Darurat COVID-19 WHO pada Kamis (15/7/2021), dikutip dari ABC News.
Lonjakan infeksi dan kematian Covid-19 secara global menyoroti tantangan lebih lanjut dari pandemi.
Di Afrika, kasus baru melampaui puncak gelombang kedua selama tujuh hari yang berakhir pada 4 Juli dan jumlah kematian minggu ini naik 40%, menurut WHO.
Di awal pandemi, hanya ada satu varian virus corona yakni SARS-CoV-2.
Namun setelah virus ini menyebar ke seluruh dunia, muncul mutasi-mutasi baru.
Bahkan beberapa mutasi lebih menular daripada virus aslinya.
Saat ini ada empat varian Covid-19 yang menjadi perhatian WHO yakni Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.
Varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India, telah menyumbang hampir 60% dari semua kasus infeksi Covid-19 di AS.
Bahkan varian ini telah tersebar di lebih dari 100 negara di dunia, termasuk Indonesia.
"Kami perkirakan itu menjadi strain dominan yang beredar di seluruh dunia, jika belum," kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Lebih lanjut WHO memperingatkan bahwa varian virus baru yang lebih sulit dikendalikan mungkin akan muncul seiring dengan situasi pandemi saat ini
Berita Terkait Update Kasus Covid
SUMBER: