Nasional
Tragedi Covid-19 di Depok: RS Penuh, Nakes Kelelahan, Warga Isolasi Mandiri Wafat di Rumah
Petugas kesehatan sampai harus bekerja keras memerangi pandemi Covid-19 yang melanda hingga ikut terpapar.
Bisa juga karena mutasi dari virus ini yang mungkin lebih hebat dampaknya, bisa juga begitu," kata dia.
"Apa mungkin karena kondisi masyarakat yang daya tahan tubuhnya rendah sehingga banyak yang terjadi perburukan," lanjut Novarita
" Ini yang kayaknya perlu dianalisis, mengapa ya, cepat sekali terjadi perburukan," ujarnya lagi.
Jumlah kematian akibat Covid-19 di Depok juga melonjak drastis pada sebulan terakhir dibandingkan bulan lalu.
Tak tanggung-tanggung, lonjakannya mencapai 10 kali lipat.
Pada periode 15 Juni-14 Juli 2021, sudah terdapat 333 warga Depok meninggal dunia akibat Covid-19 berbanding 47 kematian akibat Covid-19 pada 15 Mei-14 Juni 2021.
Jika dirata-rata, selama sebulan terakhir, 10 warga Depok meninggal setiap hari akibat Covid-19.
Itu pun belum menghitung jumlah kematian pasien suspek/probabel yang kemungkinan terpapar Covid-19 namun meninggal tanpa konfirmasi tes PCR.
Data ini tidak dipublikasikan Pemerintah Kota Depok sejak 19 Juli 2020.
Tak punya data
Dinas Kesehatan maupun Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok disebut tak memiliki data spesifik jumlah pasien Covid-19 yang teridentifikasi meninggal saat isolasi mandiri.
Menurut Novarita, data yang masuk ke dalam Pusat Informasi Corona Depok (Picodep), adalah data kematian total saja.
"Data yang meninggal saat isolasi mandiri mungkin bisa dilihat di pemakaman ya, kan dia bisa tahu,
berapa banyak dia melayani orang-orang yang meninggal di rumah," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok, Denny Romulo, menyampaikan bahwa para relawan pemulasaraan jenazah yang ia naungi bisa memakamkan lebih dari 20 orang per hari dengan protap Covid-19.