TRIBUN BAKU DAPA
Perdagangan Manusia Wujud Perbudakan Modern, Ini Kata Pdt Marhaeni dan Suster Regina
Perdagangan manusia (human trafficking) yaitu semua bentuk transaksi jual beli terhadap manusia.
Penulis: Aswin_Lumintang | Editor: Aswin_Lumintang
MANADO, TRIBUNMANADO.CO.ID - Perdagangan manusia (human trafficking) yaitu semua bentuk transaksi jual beli terhadap manusia.
Perdagangan ini dimulai dari perekrutan, pengiriman, pemindahtanganan dan penampungan atau penerimaan orang yang diikuti dengan ancaman dan penggunaan dan penggunaan kekuatan serta bentuk-bentuk pemaksaan lainnya.
Hal ini diutarakan Pdt Dr Marhaeni Mawuntu, Aktifis Gerakan Perempuan Sulut (GPS) dan Ketua Telu dan Sr Regina Fofid DSY, Aktifis GPS dan Ketua JPIC-DSY, saat bincang-bincang di Tribun Baku Dapa yang dipandu Aswin Lumintang, Jurnalis Tribun Manado dan disiarkan secara live melalui facebook Tribun Manado, Youtube TribunManadOficcial, Kamis (1/7/2021).

Pdt Marhaeni mengatakan, perdagangan manusia terjadi dalam beberapa bentuk. Misalnya ada yang awalnya berupa penculikan, muslihat atau tipu daya, penyalahgunaan kekuasaan dan penyalahgunaan posisi rawan.
Pdt Marhaeni menambahkan, menggunakan pemberian atau penerimaan pembayaran (keuntungan) sehingga diperoleh persetujuan secara sadar (consent) dari orang yang memegang kontrol atas orang lainnya dengan tujuan eksploitasi.
Suster Regina menambahkan, eksploitasi memenuhi beberapa hal. Antara lain; pelacuran atau eksploitasi prostitusi terhadap orang lain yang lebih lemah. Kemudian layanan paksa, pebudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, perhambaan atau pengambilan organ tubuh.
Regina juga mengatakan, semua orang berpotensi menjadi korban perdagangan manusia. Namun, yang paling rentan adalah perempuan dan anak-anak.
Marhaeni dan Regina sepakat bahwa pola hidup termasuk di dalamnya pola makan mempengaruhi seseorang terjebak perdagangan manusia. ''Artinya faktor ekonomi satu di antara yang memicu human trafficking, '' ujarnya.
Regina mengatakan, faktor lainnya yang menyebabkan seseorang terjebak perdagangan manusia adalah cinta diri yang berlebihan. ''Media sosial merupakan satu di antara yang dipakai untuk menjerat korban, '' ujarnya.
Marhaeni mengatakan, penggunaan online atau media sosial sebagai sarana untuk menjebak calon korban sudah dilakukan sebelum adanya pandemi Covid-19. ''Intinya banyak cara dan bentuk yang dilakukan sekelompok pelaku untuk merekrut korban, '' ujarnya.
Langkah pencegahan melalui sosialisasi, edukasi terkait bahaya perdagangan manusia. ''Kongkritnya kami membuat satu komunitas, melibatkan semua elemen masyarakat, '' ujarnya.