Berita Manado
Akibat Pandemi Covid-19 Produksi Oleh-oleh Khas Manado Terkendala Modal
Ibu Ain merupakan pedagang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) oleh-oleh khas Manado di Jalan Ahmad Yani, Sario, Manado, Sulawesi Utara.
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Adanya pandemi virus corona (Covid-19) turut mempengaruhi perekonomian masyarakat, salah satunya Ibu Ain.
Ibu Ain merupakan pedagang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) oleh-oleh khas Manado di Jalan Ahmad Yani, Sario, Manado, Sulawesi Utara.
Sehari-hari Ibu Ain berjualan cakalang fufu, sambal roa, cakalng kupas, hingga abon cakalang.
Rata-rata produk tersebut dijual kisaran harga Rp 50 ribu-Rp 70 ribu.
Ia pun memproduksi barang dagangannya tersebut sendiri di Bitung.

"Kalau cakalang fufu sudah ada bosnya, yang lain saya produksi sendiri di Bitung," jelas Ibu Ain, Selasa (22/6/2021).
Ibu Ain mengungkapkan produksi saat ini masih terkendala modal.
Jika barang dagangannya tidak laku, maka ia tidak bisa memproduksi barang baru karena modal tidak kembali.
"Biasanya dari keuntungan penjualan buat bikin produk baru, jadi kalau tidak laku atau laku sedikit produksinya pun juga cuma bisa sedikit," terang Ibu Ain.

Sejak pandemi Covid-19, omzet Ibu Ain menurun drastis.
Sebelum pandemi Covid-19, ia bisa mengantongi Rp 500 ribu per hari.
Namun saat pandemi Covid-19, dalam satu hari belum tentu ada yang beli.
"Tapi 3 bulan terakhir penjualan sudah meningkat sedikit-sedikit," kata Ibu Ain.
Meski begitu, umur barang dagangan yang tidak lama pun memaksa Ibu Ain tetap berproduksi.
Barang dagangannya hanya bisa bertahan selama 2 minggu atau 14 hari.