Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pdt Stephen Tong

Pesan Pdt Stephen Tong Untuk Milenial Manado: Stop, Eksporlah Hamba Tuhan

Manado adalah tempat yang kerap dikunjungi Stephen Tong. Dalam setiap khotbahnya di Manado, Tong kerap mengatakan hal ini. 

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Istimewa.
Pdt Stephen Tong. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Siapa umat Kristen Indonesia tak kenal Stephen Tong?

Stephen Tong adalah tokoh teologi Kristen Reformed dunia.

Khotbahnya telah menjangkau seluruh dunia. Pemikirannya tajam membela teologi Alkitabiah Calvinisme dan mengkritik teologi kemakmuran. 

Manado adalah tempat yang kerap dikunjungi Stephen Tong. Dalam setiap khotbahnya di Manado, Tong kerap mengatakan hal ini. 

"Saya minta anak muda Manado. Jangan mau dikirim ke luar daerah jadi pelacur. Stop ekspor pelacur. Eksporlah hamba Tuhan," kata dia. 

Tong berharap Manado dapat memproduksi hamba Tuhan yang dikirim ke seluruh Indonesia untuk mengajarkan injil.

Stephen Tong adalah seorang pendeta Kristen yang dilahirkan di Xiamen, provinsi Fujian.

Ia kemudian menjadi warga negara Indonesia dan saat ini tinggal di Jakarta dan sejak usia 17 tahun telah dipanggil untuk menjadi penginjil.

Ia adalah salah satu tokoh teologi Reformed terkemuka di dunia.

Ia sering mengadakan seminar-seminar di seluruh dunia secara teratur setiap tahun.

 Ia juga mendirikan Stephen Tong Evangelistic Ministries International (STEMI) dan anggota International Consultants of the Lausanne Committee of World Evangelization.

Selain seorang pendeta, ia juga seorang komposer, konduktor, seniman, dan arsitek.

Pdt. Stephen Tong selama 25 tahun mengajar teologi dan filosofi di Seminari Alkitab Asia Tenggara di Malang dan saat ini mengajar di Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Internasional (STTRII) di Jakarta yang ia dirikan.

Ia telah menulis lebih dari 75 buku.

Pada tahun 1990 ia mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII), termasuk sebuah seminari, Institut Reformed, Jakarta Oratorio Society, departemen literatur, dan pusat penerjemahan teologi, serta pusat aktivitas-aktivitas evangelistik, seminar, dan konseling.

Pada tahun 1996 Pdt. Tong mendirikan Reformed Institute for Christianity and 21st Century di Washington D.C., Amerika Serikat.

Ia dikenal sebagai pengritik keras gerakan Karismatik, New Age Movement, Postmodernisme, Seni kontemporer, psikologi, budaya Barat, budaya Timur, filosofi, dan Teologi Kemakmuran.

Sebagai pendeta, ia memiliki pengetahuan luas di bidang seni, musik, filsafat, sejarah, dan arsitektur.

Ia telah menulis banyak lagu gereja, menulis banyak buku rohani dan merancang beberapa bangunan gereja.

Seminar-seminarnya diadakan di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya; dan di kota-kota mancanegara seperti di Cambridge (Massachusetts Institute of Technology), Hong Kong (China Graduate School of Theology), Taiwan (China Evangelical Seminary), 

Singapura (Trinity Theological College), Westminster Theological Seminary, Regent College, Columbia University, University of California at Berkeley, Stanford University, University of Maryland, dan Cornell University. Ia menyampaikan kotbah dalam bahasa Indonesia, Mandarin, dialek Fujian, dan Inggris.

 Pendidikan

Stephen Tong memperoleh gelar Bachelor Degree in Theology  dari Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) di Malang, Indonesia, di mana ia kemudian melayani di fakultas dan mengajar teologi dan filsafat selama 25 tahun.

Pada tahun 1985, Stephen Tong dianugerahi gelar doktor kehormatan dalam kepemimpinan dalam penginjilan Kristen dari La Madrid International Academy of Leadership di Manila, Filipina.

Pada bulan Mei 2008, ia menerima gelar kehormatan Doctor of Divinity dari Westminster Theological Seminary, Philadelphia, USA.

Karier musik

Selain sebagai pendeta, Dr. Tong juga dikenal sebagai salah satu konduktor musik.

Sejak kecil, ia memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terhadap segala bentuk seni, termasuk musik, lukisan, arsitektur, dan seni pahat.
Ia mengamati dan mempelajari seni-seni tersebut sejak kecilnya secara otodidak.

Ia telah menciptakan musik sejak usia 16 tahun dan memimpin oratorio sejak umur 17.

Sejak saat itu, ia telah memimpin oratorio dan musik gerejawi baik di Seminari Alkitab Asia Tenggara maupun gereja-gereja yang ia layani.

 Pada tahun 1986 ia mendirikan Jakarta Oratorio Society yang melakukan penampilan di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya di Indonesia, Singapura, Kuala Lumpur, Hong Kong, Taiwan, dan Malaysia. Konser-konser tersebut dihadiri oleh ribuan orang dan mendapatkan sambutan yang positif.

Ia memecahkan rekor pada 1985 dengan menarik 27.000 pengunjung pada konser di tujuh kota (Malang, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Solo, Bandung, dan Jakarta) untuk memperingati seratus tahun J.S. Bach dan G.F. Handel. Konser tur tersebut menuai banyak pujian dari berbagai kritikus dan pecinta seni.

Salah satu mimpinya yang baru terwujud adalah pendirian Katedral Mesias di Jakarta pada tahun 2008, tepatnya di gedung Gereja Reformed Injili Indonesia pusat.

Penyelesaian gedung tersebut diliput secara khusus oleh jurnalis mancanegara, termasuk dari Reuters dan Wall Street Journal.

Pada bulan Desember 2008, Dr. Tong kembali membuat rekor dengan menarik 9.000 pengunjung ke pagelaran musik lengkap Messiah oleh Handel di Katedral Mesias. Ini adalah rekor penampilan musik klasik terbesar di Indonesia.

Dalam acara tersebut Dr. Tong memimpin 200 orang lebih anggota koor dan orkestra Jakarta Oratorio Society. (art) 

Wali Kota Minut Joune Ganda Terima Penghargaan REI Sulut Awards

Ingat Jessica Anastasya Pemeran Sinetron Eneng dan Kaos Kaki Ajaib? Kini Punya Profesi Mentereng

Euro 2020, Bupati Evangelian Sasingen Jagokan Jerman, Sekda Herry Bogar Pilih Italia

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved