Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Welyar Kauntu

KISAH Welyar Kauntu, Pendeta dan Pencipta Lagu Rohani, Pujian dan Penyembahan jadi Gaya Hidupnya

Welyar Kauntu merupakan pencipta lagu rohani yang cukup produktif, di samping menjalankan tugasnya sebagai pemimpin pujian

Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
ISTIMEWA
KISAH Welyar Kauntu, Pendeta dan Pencipta Lagu Rohani, Pujian dan Penyembahan jadi Gaya Hidupnya 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Welyar Kauntu adalah rohaniwan berkebangsaan Indonesia.

Namanya dikenal melalui karya penggembalaannya di Gereja Bethel Indonesia.

Welyar merupakan pencipta lagu rohani yang cukup produktif, di samping menjalankan tugasnya sebagai pemimpin pujian (worship leader).

Sebelum menjadi pemimpin di Gereja Bethel Indonesia Plaza Indonesia (Outbox Ministry), Welyar Kauntu mengawali kariernya sebagai pemimpin pujian untuk acara ibadah raya, dekade 1990-an.

Selain itu, dia juga produktif menciptakan ratusan lagu yang akhirnya dijadikan lagu liturgi di berbagai gereja kharismatik di Indonesia.

Welyar Kauntu juga menjadi produser berbagai album rekaman rohani praise and worship.

Welyar Kauntu dan Istri
Welyar Kauntu dan Istri (ISTIMEWA)

Dia mendirikan Proskuneo School of Prayer and Worship di Bandung (1994).

Bersama istrinya, Mauline Kauntu, Pdt. Welyar telah melayani bangsa-bangsa dalam pelayanan pujian dan penyembahan, baik melalui ibadah raya maupun kebaktian kebangunan rohani.

Beri Kesaksian Saat Sedang Pimpin Pujian

Kala itu dirinya menceritakan sedang memimpin pujian penyembahan di sebuah panti asuhan.

Saat dia sedang memetik gitar dan menyanyi dengan penuh percaya diri, tiba-tiba dia mendengar sebuah alunan nada yang tidak harmonis terdengar.

Ternyata itu adalah seorang anak kecil yang berdiri di pojok ruangan, menyanyi dengan keras mengikuti alunan musik.

Bicaranya gagu, ucapannya tidak jelas. Air mata membasahi wajah mungilnya.

“Di telinga-Ku, apa yang anak itu nyanyikan terdengar sangat merdu, jauh lebih merdu dari apa yang kalian semua nyanyikan,” tiba-tiba suara lembut itu mengetuk hati, menyebabkan air mata haru mulai membasahi pipiku,"jelasynya.

Bagi dia Penyembahan tidak harus sempurna di mata manusia, karena bagi Tuhan, hati adalah segalanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved