TRIBUN BAKU DAPA
Direktur Eksekutif ICC Ungkap Potensi Kelapa di Sulut, Rp 30 Triliun Nilai Eksport Kelapa Indonesia
Potensi Sulawesi Utara (Sulut) untuk pengembangan kelapa secara geografis dan infrastruktur cukup baik.
Penulis: Aswin_Lumintang | Editor: Aswin_Lumintang
MANADO, TRIBUNMANADO.CO.ID - Potensi Sulawesi Utara (Sulut) untuk pengembangan kelapa secara geografis dan infrastruktur cukup baik. Secara nasional pengembangan kelapa di daerah nyiur melambai menempati nomor urut dua, setelah Provinsi Riau.
Hal ini diutarakan Ir Jelfina C Alouw, M.Sc, PhD, Direktur Eksekutif International Coconut Community (ICC) dalam Talk Show Tribun Baku Dapa bersama Merdy Rumintjap, M.Si yang dipandu Aswin Lumintang, Jurnalis Tribun Manado, Jumat (11/06/2021).
Jelfina mengatakan, sentra kelapa di Sulawesi Utara terdapat di Minahasa Selatan, Minahasa Utara dan Sangihe serta beberapa wilayah lainnya. '' Banyak instansi, lembaga yang konsen melakukan pengembangan kelapa. Misalnya Balitka Palma, PTPT Sulut, Baristan, Unsrat, Dinas Perkebunan, ICC dan lainnya, '' ujarnya.
Dia juga bersyukur karena pemerintah dibawa kepemimpinan Gubernur Sulut, Olly Dondokambey terus mendorong dan secara aktif melakukan pengembangan komoditi kelapa. ''Kelapa berkontribusi besar. Tahun 2020 sekitar 20 sampai 30 triliun nilai eksport produk kelapa dari Indonesia, '' ujarnya.
Direktur Eksekutif ICC ini mengingatkan bahwa kelapa bisa hidup seratus tahun bahkan lebih. ''Tetapi kelapa kalau usianya sudah 60 tahun, produksinya sudah menurun, '' ujarnya.
Karena itu, peremajaan kelapa harus dilakukan. ''Secara nasional 450.000 ha kelapa yang harus diremajakan saat ini, '' ujarnya.
Dia pun mendorong UMKM dan lembaga yang konsen untuk pengembangan kelapa untuk memulai peremajaan dan pengembangan kelapa dari saat ini.
Diakuinya banyak kendala dari segi tehnologi dan teknis. ''Tetapi kita harus optimistis dalam mengembangkan komoditi ini, '' ujarnya.

Satu di antara yang mendesak dilakukan adalah peningkatan kemampuan petani. ''Ini bukan hanya di Sulut melainkan secara nasional. Bahkan di beberapa negara mengalami persoalan ini, '' ujarnya.
Jelfina juga mengatakan 99 persen kelapa dimiliki oleh small holder farmers. ''Jadi setiap petani rata-rata hanya memiliki ya sekitar 2 hektar, '' ujarnya.
Dia juga menyarankan agar kelapa jangan hanya dijadikan kopra. Melainkan menjadi kopra putih dan lainnya. ''Di Srilanka dan Filipina petani kelapa di daftar, sehingga pemerintah bisa mengetahui jumlah petani kelapa, '' ujarnya.
Keberadaan ponsel yang semakin canggih saat ini sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk membentuk kelompok petani yang tujuannya sebagai tempat membagi informasi dan pengetahuan.
Terpilih Direktur Eksekutif ICC
Ir Jelfina C Alouw M.Sc, PhD mengatakan dia bersyukur terpilih sebagai Direktur Eksekutif International Coconut Community (ICC). ''Saya bersyukur dipercayakan memimpin wadah ini, '' ujarnya.
Dia mengatakan, anggota ICC terdiri dari 20 negara yang berada di kawasan Asia Pacifik.
Selain itu dia mengatakan, saat ini masih aktif sebagai peneliti di Puslitbang dan beberapa aktifitas lainnya.