Soeharto Mundur
Soeharto Lengser ''Demi Persatuan dan Kesatuan Bangsa Agar Presiden Sebaiknya Mengundurkan Diri''
Soeharto mengundurkan diri 21 Mei 1998 setelah desakan dan permintaan MPR/DPR RI mundur dari jabatan Presiden RI.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Desakan agar Presiden Soeharto mundur dari jabatannya semakin terdengar kencang pada 18 Mei 1998 silam.
Tepat pada hari Kamis 21 Mei 1998, 23 tahun lalu Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden Republik Indonesia.
Seoharto sebelumnya diminta agar mundur dari jabatan demi keutuhan NKRI yang kala itu hampir terpecah belah karena krisis yang melanda tanah air.
Ketua MPR/DPR RI kala itu, mewakili bangsa Indonesia H Harmoko meminta Soeharto mundur dari jabatan presiden.
"Demi persatuan dan kesatuan bangsa, agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri," kata Harmoko saat meminta Seoharto mundur dari jabatan Presiden RI pada tahun 1998.
(Foto: Cerita Harmoko desak Soeharto mundur dari jabatan Presiden 1998. Pak Harto akhirnya mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. (Kolase Foto: Maya Vidon/Getty Images/Reuters)
Kala itu, aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa semakin membesar dan mulai bergerak masuk ke Gedung DPR.
Ribuan mahasiswa semakin lantang minta Soeharto mundur setelah terjadi penembakan di Universitas Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa kampus itu.
Selain itu, situasi politik pun semakin pelik dengan adanya kerusuhan pada pertengahan Mei 1998.
Terlebih lagi, kerusuhan itu disertai kekerasan berbasis prasangka rasial yang menimbulkan korban tewas dengan jumlah tidak sedikit.
Dikutip dari arsip Kompas yang terbit pada 19 Mei 1998, pimpinan DPR/MPR pun kemudian meminta Presiden Soeharto untuk mundur.
Permintaan itu disampaikan Ketua DPR/MPR Harmoko yang didampingi pimpinan lain,
yaitu Ismail Hasan Metareum, Abdul Gafur, Fatimah Achmad, dan Syarwan Hamid, pada 18 Mei 1998.
"Dalam menanggapi situasi seperti tersebut di atas, pimpinan Dewan, baik ketua maupun wakil-wakil ketua,