Berita Sulut
Pekerja asal Cina Bisa Transit Lagi di Sulut, Wajib Karantina 5 Hari
Para pekerja yang terbang dari Cina akan transit di Sulut, kemudian lanjut akan menuju Peovinsi Sulewesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Provinsi Sulut kembali membuka pintu bagi pekerja asal Cina untuk keperluan transit di Bandara Sam Ratulangi.
Para pekerja yang terbang dari Cina akan transit di Sulut, kemudian lanjut akan menuju Peovinsi Sulewesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.
Sesuai rencana pintu transit di Bandara Sam Ratulangi ini dibuka kembali usai perayaan Idulfitri, setelah sempat ditutup menyesuaikan dengan kebijakan larangan mudik yang diberlakukan pemerintah.
dr Steaven Dandel, Juru Bicara Satgas Covid 19 Sulut mengungkapkan, Sulut menjadi tempat transit para pekerja Cina untuk menunjang Proyek Strategis Nasional di beberapa daerah di Indonesia
"Sulawesi Utara dijadikan tempat transit dengan melaksanakan protokol kekarantinaan kesehatan yang juga dipantau langsung oleh Kedutaan Besar Tiongkok," ungkap Dandel.
Sebenarnya kedatangan Para Pekerja Cina sudah rutin tiap Minggu
"Rutin akan datang tiap minggu sekali sesuai kapasitas pesawat sekitar 186 orang," ungkapnya.
Kedatangan pra pekerja asal Cina ini menjadi isu hangat di tengah Pandemi Covid 19. Jika di daerah lain, para pekerja cina yang transit ini ramai disorot, di Sulut cukup adem ayem
"Sulawesi Utara dipilih karena tidak berpotensi heboh - heboh seperti di Jawa," ungkapnya.
Apalagi kedatangan para pekerja cina untuk keperluan transit ini dilakukan dengan protokol kesehatan ketat
"Jadi mereka ini selama karantina diperiksa Swab PCR 2 kali, setiba dan pas akan keluar. Karantina selama 5 hari sesuai protap pusat," ujarnya
Para pekerja tidak bisa keluar kamar selama masa karantina.
"Kalau kedapatan keluar akan didenda jutaan rupiah secara individu dan pemerintah Cina akan mendenda juga perusahaan pemasok," ungkapnya.
Justru Pemerintah China yang sangat ketat dalam protokol ini.
"Karena pemerintah Cina tidak mau warganya tertular selama di luar Cina," ungkap dia.