Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Harkitnas 2021

DERETAN Ucapan Hari Kebangkitan Nasional 2021, Lengkap Asal Muasal Diperingati Harkitnas

Hari Kebangkitan Nasional merupakan peringatan peristiwa kebangkitan bangsa Indonesia.

SHUTTERSTOCK
Hari Kebangkitan Nasional 

Sebelum Boedi Oetomo, sejarah pergerakan di Indonesia sebenarnya diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo.

Serikat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Tionghoa pada waktu itu.

Sarekat Dagang Islam kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.

Setelah itu, berbagai pergerakan pribumi mulai bermunculan di berbagai daerah.

Tiga Serangkai pendiri Indische Partij yakni Ki Hadjar Dewantara, Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo. ((Islami.co/Ist))
Pada tahun 1912, berdirilah partai politik pertama di Indonesia (Hindia Belanda), Indische Partij.

Indische Partij atau Partai Hindia merupakan organisasi di Indonesia yang pertama secara tegas menyatakan berpolitik.

Partai ini didirikan oleh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara.

Indische Partij bersifat politik murni dengan semangat nasionalisme modern terhadap bangsa Indonesia.

Cita-cita mereka di antaranya menyatukan semua golongan yang tersebar di Indonesia baik penduduk asli Indonesia maupun golongan lain seperti Indo, Cina, dan Arab.

Pada tahun itu juga, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta.

Setahun kemudian, Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang.

Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis "Als ik eens Nederlander was" ("Seandainya aku seorang Belanda"), pada tanggal 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda.

Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena "boleh memilih", keduanya dibuang ke Negeri Belanda.

Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.

Peringatan

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved