Kabar Israel
Kisah Samah Jaradat, Wanita Palestina Ditangkap Israel Usai Lulus Kuliah, Lihat Langsung Penyiksaan
Kepedihan meliputi gadis-gadis Palestina ketika tentara Israel menyerbu rumah mereka di dekat Ramallah saat dini hari.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Situasi saling serang antara Israel dan Palestina bukan terjadi hanya saat ini.
Bukan sedikit orang yang menjadi korban atas peristiwa ini.
Pada tahun 2019, Kepedihan meliputi gadis-gadis Palestina ketika tentara Israel menyerbu rumah mereka di dekat Ramallah dini hari.
Mereka diborgol dan ditutup matanya di depan anggota keluarga mereka sebelum dimasukkan ke dalam mobil. Samah Jaradat, 22 tahun, dibawa ke penjara hanya tiga hari setelah lulus dari Universitas Birziet di Tepi Barat.
Sembilan hari sebelumnya, teman kuliahnya, Mays Abu Gosh, dijemput dari rumahnya dan dibawa ke pusat interogasi Moskobiyeh.
Mereka dituduh berpartisipasi dalam kegiatan himpunan mahasiswa di universitas.
Jaradat dipaksa keluar dari rumahnya dan dibawa ke fasilitas militer.
“Tentara membawa saya ke lokasi yang tidak diketahui, membuat saya bingung. Setelah banyak tindakan berbahaya, para interogator memberi tahu saya bahwa saya berada di pusat interogasi Moskobiyeh,” kata Jaradat, menggambarkan detik-detik penangkapannya pada 7 September 2019.
Gadis Palestina itu mengatakan dia langsung dibawa ke sel kurungan isolasi dan di sana, dia tidak mendapatkan kebutuhan dasar yang cukup.
Berbicara kepada Anadolu Agency, Jaradat mengatakan bahwa temannya Abu Gosh, yang ditangkap dari kamp Qalandia dekat Ramallah masih memiliki bekas penyiksaan di tubuhnya.
“Mereka merantainya dengan kursi kecil dengan kaki menyatu, lengan terulur ke atas, pusar ditarik ke arah tulang belakang. Saya mendengar dia berteriak berkali-kali. Mereka bermaksud mengintimidasi saya dengan ini," ujar dia.
Jaradat dijatuhi hukuman sembilan bulan penjara. Dia dibebaskan pada 4 Juni.
Sementara itu, Abu Gosh dijatuhi hukuman 16 bulan. Dia masih menjalani masa hukumannya di Penjara Damon dekat Haifa.
Mengenang hari-harinya di pusat interogasi Moskobiyeh, Jaradat mengatakan dia ditempatkan di sel kecil dengan beton kasar berwarna abu-abu gelap, tanpa jendela.
“Lampu terus dinyalakan sepanjang waktu. Makanannya sangat tidak enak, dan para interogator tidak mengizinkan saya untuk mandi," tutur dia.
Sel bau di bawah tanah
Satu-satunya perabot di dalam sel adalah kasur cokelat gelap yang kotor tanpa alas atau bantal.
“Toilet dan kamar mandi ada di dalam sel. Air yang terkontaminasi membanjiri seluruh sel, membuatnya berbau tidak sedap," kata Jaradat.
Waktunya selama 22 hari di pusat interogasi Moskobiyeh dihabiskan dengan bermalas-malasan di sel dan menghadapi sesi interogasi yang panjang.
“Mereka mengancam bahwa saya akan tinggal di sel selamanya. Saya mendengarkan teriakan teman-teman saya yang menjadi sasaran penyiksaan fisik. Mereka ditampar, dipukuli, dan kepala mereka dibanting ke dinding oleh para interogator,” ungkap dia.
Jaradat mengatakan dia merasa seperti berada di kuburan. Sel-sel itu berada di bawah tanah, sepenuhnya terisolasi tanpa ada orang di sekitar.
“Para advokat dan organisasi kemanusiaan tidak diizinkan mengunjungi saya selama periode ini. Saya hadir di pengadilan beberapa kali tanpa kuasa hukum,” ujar dia.
Menurut Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan, 42 perempuan Palestina saat ini ditahan di penjara-penjara Israel, tiga dari mereka berada di pusat interogasi Moskobiyeh dan menjalani interogasi yang kasar dan kurungan isolasi.
Palestina Dapat Bantuan dari Iran, Kembangkan Persenjataan Hamas Untuk Serang Israel
Konflik perang udara antara Israel dan Palestina terus memanas.
Dikabarkan Palestina mendapat bantuan dari Iran.
Iran membantu Hamas, yang merupakan kelompok militan Palestina.
Iran disebut membantu Hamas mengembangkan rudal mematikan.
Rudal tersebut akan dipakai untuk menyerang sasaran jarak jauh ke Israel.
Menurut pejabat intelijen Barat, Iran telah memainkan peran kunci dalam konflik Palestina dan Israel dengan membantu mengembangkan senjata Hamas, kelompok militan Palestina.
Para pejabat percaya bahwa bantuan teknologi Iran telah menghasilkan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan senjata Hamas untuk menyerang sasaran yang berjarak jauh ke wilayah Israel.
Senjata Hamas tersebut diperkirakan dibuat di Gaza dengan rancangan Iran, seperti yang dilansir dari The Sun pada Sabtu (15/5/2021).
Hamas secara historis mengandalkan roket Qassam jarak pendek, yang memiliki jangkauan sekitar 6 mil (9,6 km) untuk menyerang Israel.
Namun dalam serangan ke Israel terbaru, Hamas telah menggunakan roket jarak menengah dengan jangkauan 25 mil, serta roket M-75 dan J-80 dengan jangkauan yang lebih jauh, yaitu antara 50-60 mil (80,5 km - 96,5 km).
Komandan senior dari kelompok Hamas diyakini telah melakukan kunjungan rutin ke Iran, di mana mereka telah menjalani pelatihan dalam produksi dan pengoperasian sistem senjata canggih.
Kunjungan tersebut diyakini juga meliputi pemeriksaan fasilitas produksi roket yang dikendalikan oleh Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC).
Berita tentang bantuan Iran untuk senjata Hamas muncul hanya sehari setelah pasukan Israel mengubur hidup-hidup pasukan militan Palestina tersebut, dengan menipu mereka menuju lokasi bawah tanah. Kemudian, membombardir jaringan terowongan itu.
Israel men-tweet melalui akun Israel Defense Forces (IDF) bahwa serangan di Jalur Gaza sedang berlangsung.
Pasukan Hamas buru-buru untuk mengambil senjata tersembunyi untuk mempersiapkan serangan pasukan Israel berdasarkan petunjuk tweet tersebut.
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL: