Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ilmuwan Temukan Spesies Baru Katak Labu, Bisa Bersinar di dalam Gelap tapi Beracun

Pelepasan cahaya itu membuat benda glow in the dark bisa menyala dalam gelap yang memberikan sedikit penerangan di ruangan yang gelap.

(Edelcio Muscat/Jurnal PLOS One)
Spesies baru katak labu yang dinamai Brachycephalus rotenbergae. Amfibi berwarna terang ukurannya kurang dari satu inci, beracun, dan berpendar di bawah sinar UV. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Beberapa benda bisa menyala dalam gelap, seperti hiasan dinding yang biasa disebut benda glow in the dark.

Benda-benda ini bisa menyala dalam gelap karena saat membuat, bahan utamanya dicampur dengan zat fosfor.

Cara kerja benda glow in the dark adalah menyimpan energi, yaitu cahaya alami seperti cahaya dari lampu atau cahaya matahari yang menyinari benda tadi. Kemudian cahaya yang disimpan tadi dilepaskan saat benda glow in the dark berada dalam keadaan gelap.

Spesies baru katak labu yang dinamai Brachycephalus rotenbergae. Amfibi berwarna terang ukurannya kurang dari satu inci, beracun, dan berpendar di bawah sinar UV.

Pelepasan cahaya itu membuat benda glow in the dark bisa menyala dalam gelap yang memberikan sedikit penerangan di ruangan yang gelap.

Nah, selain hiasan dinding yang bisa menyala dalam gelap, ilmuwan baru saja menemukan katak yang sama seperti hiasan dinding di kamar, teman-teman.

Para ilmuwan baru saja mengidentifikasi katak spesies baru yang beracun di pegunungan Brasil.

Amfibi ini berukuran kurang dari satu inci dan merupakan bagian dari genus katak labu, kumpulan katak kecil berwarna cerah.

Dilansir Gizmodo, Kamis (29/4/2021), selain ukurannya yang kecil, katak ini memiliki kulit dan tulang berwarna cerah.

Daftar Resep Kue Semprit Berbagai Macam Rasa, Nikmat dan Gurih, Cocok untuk Disajikan Lebaran Nanti

Katak yang pertama kali ditemukan pada 2016 di pegunungan Mantiqueira di Brasil ini juga bisa berpendar di bawah sinar UV, sebuah ciri yang masih misterius bagi peneliti.

Penulis studi Ivan Sergio Nunes Silva Filho, seorang ahli zoologi di São Paulo State University, dan rekan-rekannya telah mempelajari keanekaragaman hayati Amazon Brasil selama beberapa waktu.

Sebagian dari pekerjaan ini melibatkan penguraian genus amfibi yang dikenal sebagai Brachycephalus.

Tidak semua kodok dan katak dalam genus terlihat sama, tetapi semuanya berukuran kecil. Spesies terkecil yang pernah diketahui, ukurannya tidak lebih dari 1 sentimeter - diukur dari depan ke belakang.

Banyak juga yang memiliki kulit oranye yang sangat mirip labu dan terkadang beracun. Ini kenapa kelompok kodok ini dijuluki kodok labu. Kodok yang lebih kecoklatan disebut kodok kutu.

Ada lebih dari 30 spesies Brachycephalus yang diketahui, termasuk 15 spesies baru yang mungkin telah diidentifikasi oleh para ilmuwan dalam lima tahun terakhir.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved