Berita Sitaro
Tantangan Peserta Ujian di SMP II Satap Sibarut, Sekolah di Kaki Gunung Karangetang Sitaro
Alfian dan 20 pelajar lainnya sedang menjalani ujian sekolah yang dilaksanakan secara serentak sejak awal pekan ini.
Penulis: Octavian Hermanses | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Menempuh jarak hampir dua kilometer dengan medan yang menanjak dan menurun tak membuat Alfian Lumandung, siswa SMP Negeri II Satu Atap (Satap) Siau Barat Utara (Sibarut) Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) Sulawesi Utara mengendorkan semangatnya dalam belajar.
Apalagi saat ini, Alfian dan 20 pelajar lainnya sedang menjalani ujian sekolah yang dilaksanakan secara serentak sejak awal pekan ini.
SMP Negeri II Satap Sibarsel sendiri terletak di Kampung Mini, tepat di kaki Gunung Api Karangetang.
Menurut pelajar yang tinggal di Kampung Winangun, Kecamatan Sibarut itu, jarak tempuh perjalanan merupakan salah satu tantangan baginya untuk bisa mengeyam pendidikan, termasuk ketika mengikuti ujian sekolah saat ini.
Dengan jarak tempuh yang lumayan jauh, Alfian mengaku harus menyiapkan diri lebih pagi saat akan berangkat ke sekolah, apalagi dalam situasi ujian yang kini sementara berlangsung.
"Paling tidak, jam enam pagi sudah berangkat ke sekolah," kata Alfian, saat berbincang-bincang, Selasa (27/04/2021).
Beruntung, lanjutnya, selama dua hari pelaksanaan ujian sekolah ini, cuaca di wilayah Siau dan sekitarnya dalam kondisi normal dan tidak diguyur hujan.
Pasalnya, guyuran hujan bakal menambah tantangannya untuk melangkah ke sekolah.
Hal ini dikarenakan kondisi jalan yang licin serta jalur yang harus dilaluinya melewati sebuah kali kering, yang kerap dialiri material dari Gunung Api Karangetang saat terjadi hujan.
"Kalau hujan deras dengan waktu yang lama, terpaksa saya tidak bisa ke sekolah," ungkap Alfian.
Selain bicara jarak tempuh, tantangan lain yang dihadapi adalah persoalan jaringan telekomunikasi, khususnya internet.
Di mana dalam persiapan ujian sekolah, seharusnya semua pelajar bisa memperoleh materi pembelajaran yang cukup sebagai bekal menghadapi jalannya ujian sekolah.
"Memang sempat ikut belajar daring, tapi tidak efektif karena sering gangguan jaringan. Tapi dalam beberapa kali kesempatan, ada guru yang datang ke rumah untuk belajar tatap muka," ungkap Alfian.
Pengakuan serupa juga dilontarkan, Gisela Jakobus, siswi Kelas IX SMP Negeri II Satap Sibarut yang juga menjadi peserta ujian sekolah.
Menurutnya, dibutuhkan waktu sekira 10 menit dari tempat tinggalnya di Kampung Kinali untuk bisa sampai ke sekolahnya.
"Tapi saya sudah terbiasa dengan medan yang menanjak dan menurun. Yang penting bisa bersekolah," beber Jacobus.
Sementara itu, Kepala SMP Negeri II Satap Sibarut, Neltje Areros yang diwawancarai menerangkan, 21 peserta ujian yang ada di sekolah tersebut berdomisili di empat Kampung di wilayah Sibarut, seperti Kampung Lehi, Kampung Mini, Kampung Kinali serta Kampung Winangun.
"Mayoritas mereka ke sekolah dengan berjalan kaki," ungkap Areros.
Untuk pelaksanaan ujian sekolah, ia menyebut pihaknya tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti menyediakan sarana penunjang berupa tempat mencuci tangan, sarung tangan, face shield dan hand sanitizer. Selain itu, pihak sekolah juga membagi tempat ujian sekolah menjadi dua ruangan agar bisa mengatur jarak antara satu peserta dengan peserta lainnya.
"Jumlah peserta ujian kita bagi di dua ruangan supaya bisa diatur jarak minimal satu setengah meter," kunci Areros.
Pelaksanaan ujian sekolah yang diawasi dua pengawas setiap ruangan ini bakal berlangsung hingga Jumat mendatang. (HER)
• Gempa Bumi Selasa (27/04/21) Tadi Pagi, BMKG: Tidak Sebabkan Tsunami, Ini Magnitudo dan Lokasinya
• Cari Oknum Polisi Penghujat Awak KRI Nanggala, Prajurit TNI AL Marah hingga Geruduk Markas Polisi
• Sambangi Bappenas RI, Pemkab Talaud Bakal Punya Rumah Sakit Internasional