Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

RA Kartini

MAKNAI Hari Kartini 21 April, Berikut Sejarah dan 20 Kutipan Inspiratif

Raden Ajeng Kartini atau dikenal sebagai RA Kartini adalah tokoh pahlawan nasional yang gigih memperjuangkan emansipasi wanita.

Editor: Fistel Mukuan
RA Kartini (www.aquila-style.com)
RA Kartini 

17. Seorang guru bukan hanya sebagai pengasah pikiran saja, melainkan juga sebagai pendidik budi pekerti.

18. Dalam tangan anaklah terletak masa depan dan dalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan masa depan itu.

19. Praktek teori "menderita dahulu baru bahagia" sangatlah berat penanggungannya!

20. Bagaimanapun jalannya, sekali-kali jangan lelah untuk berusaha gigih membela semua yang baik.

Baca juga: Menjelang Waktu Buka Puasa Tiba-tiba Dapat Haid, Bagaimana Hukum Puasanya si Wanita, Batal Atau Sah?

Baca juga: Gempa Bumi Selasa (20/04/21) Tadi Dini Hari, Info Terbaru BMKG, Ini Magnitudo & Lokasinya

Baca juga: Kantor UPP Kelas III Melonguane Resmi Menutup Pelayaran Rute Talaud-Manado

Sejarah Ditetapkannya Hari Kartini 21 April

Dikutip dari kemdikbud.go.id, wafatnya RA Kartini tidak serta-merta mengakhiri perjuangan RA Kartini semasa hidupnya.

Salah satu temannya di Belanda, Mr. J.H. Abendanon yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda, mengumpulkan surat-surat yang dulu pernah dikirimkan oleh Kartini kepada teman-temannya di Eropa.

Abendon kemudian membukukan seluruh surat itu dan diberi nama Door Duisternis tot Licht yang jika diartikan secara harfiah berarti Dari Kegelapan Menuju Cahaya.

Buku tersebut diterbitkan pada 1911 dan cetakan terakhir ditambahkan surat “baru” dari Kartini.

Tetapi, pemikiran-pemikiran Kartini dalam surat-suratnya tidak pernah bisa dibaca oleh beberapa orang pribumi yang tidak dapat berbahasa Belanda.

Baru pada 1922, Balai Pustaka menerbitkan versi translasi buku dari Abendanon dengan bahasa Melayu yang diberi judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Buah Pikiran.

Setelah itu, pada 1938, salah satu sastrawan bernama Armijn Pane yang masuk dalam golongan Pujangga Baru menerbitkan versi translasinya sendiri dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Versi milik Pane membagi buku ini dalam lima bab untuk menunjukkan cara berpikir Kartini yang terus berubah.

Beberapa translasi dalam bahasa lain juga mulai muncul, dan semua ini dilakukan agar tidak ada yang melupakan sejarah perjuangan RA Kartini semasa hidupnya.

Pemikiran Kartini banyak mengubah pola pikir masyarakat Belanda terhadap wanita pribumi ketika itu.

Sumber: TribunStyle.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved