Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Talaud

Kisah Kapten Kapal yang Lolos dari Terjangan Badai Siklon Tropis Surigae di Perairan Talaud

Kapal yang dikendalikan oleh Wentrik Masala biasa melaut di Perairan Talaud hingga perbatasan NKRI dan Filipina.

Penulis: Ivent Mamentiwalo | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Ivent Mamentiwalo
Kontributor tribunmanado.co.id di Talaud, Ivent Mamentiwalo foto selfie bersama awak kapal KM Usaha Bahari. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Seorang Kapten Kapal mengemban tanggung jawab dan keputusan saat situasi sulit di tengah lautan bebas.

Hal itu pula yang dialami Wentrik Masala, warga Kota Bitung yang merupakan Kapten Kapal KM Usaha Bahari

Kapal yang dikendalikan oleh Wentrik Masala biasa melaut di Perairan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara hingga perbatasan NKRI dan Filipina.

"Kita harus segerah berlindung dan mencari tempat aman dari terjangan badai dan ombak setinggi 4 meter kalau tidak kita akan tenggelam," ujarnya saat diwawancarai Tribun Manado ( Senin 19/4/2021) . 

Dengan nafas terbata-bata Wentrik Masala bercerita kisah tragis yang nyaris mencelakakan sedikitnya 22 anak buah kapal KM Usaha Bahari pada tanggal 15 April 2021.

Ia menuturkan saat itu cuaca sedang dalam keadaan tidak begitu buruk. 

Atas inisiatif sang kapten, KM Usaha Bahari menunju wilayah laut perbatasan NKRI dengan Philipina. 

Kurang lebih 20 mil dari Kepulauan Talaud, tiba-tiba angin kencang serta gelombang setinggi 4 meter menghantam bagian depan Kapal, Kamis (15/4/2021) sekitar pukul 14.00 Wita.

Awalnya Wentrik mengira itu hanya ombak biasa. 

"Namun lama kelamaan sudah disertai angin kencang dan gemuruh petir serta ombak kian besar setinggi 4 meter," ujar Wentrik.

Atas keputusan bersama, akhirnya proses perjalanan menuju lokasi penangkapan ikan dibatalkan. 

Kapal KM Usaha Bahari pun balik kanan dengan berusaha keluar dari jebakan terjakan ombak yang kian menggila.

KM Usaha Bahari adalah kapal jaring yang bermuatan 40 GT dengan panjang kurang lebih 20 meter. 

Kapal yang bermuatan 22 ABK ini adalah satu dari sekian kapal ikan yang beroperasi di wilayah perbatasan NKRI dengan Filipina.

Belajar dari kejadian ini, Wentrik mengaku, untuk mengambil keputusan penting di waktu yang genting harus disrtai pikiran yang matang. 

"Tanpa bimbingan serta penyertaan Tuhan kita sebagai manusia berdosa tidak akan bisa berbuat apa-apa. Tuhan Maha Baik," ungkap Wentrik, seraya mengucap syukur karena dirinya telah lolos dari maut.\

Diketahui, KM Usaha Bahari dalam usahanya meloloskan diri dari incaran maut di laut lepas memilih berlabuh di Salibabu

Tak hanya KM Usaha Bahari yang memilih berlindung di Salibabu, ada juga 3 kapal lainnya masing-masing KM Alfata, KM Bahari Star dan KM Power Blok.

Kapal-kapal ini lagi menunggu cuaca membaik sebelum melanjutkan perjalanan. (Iv)

Genit dengan Pria Lain saat Telponan, Sang Istri Tewas Dibunuh Suaminya Ngaku Sudah Peringati Korban

UPDATE, Cek Daftar Penerima BLT UMKM Rp 1,2 Juta, Simak Cara Daftar dan Syaratnya

10 Artis Blasteran Indonesia yang Sering Dikira Non Muslim Padahal Jalani Puasa, Siapa Saja?

Berita tentang Talaud lainnya.  

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved