Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Soeharto

Fakta Hidup Soeharto, Presiden Terlama RI, Anak Petani, Jenderal Besar yang Hidup Broken Home

Sosok Soeharto, Presiden ke-2 Indonesia yang punya banyak cerita. lahir dari anak petani, hidup berpindah-pindah hingga jadi Presiden selama 32 tahun.

Editor: Frandi Piring
Internet
Soeharto, Presiden ke-2 RI. Lahir dari anak petani hingga hidup berpindah-pindah tempat dan akhirnya sukses jadi Jenderal TNI dan pimpin Indonesia selama 32 tahun. 

Soeharto resmi menjabat dan dilantik sebagai Presiden RI pada 27 Maret 1968.

Di masa pemerintahannya, Soeharto bertugas sebagai presiden dengan lama menjabat 32 tahun dengan enam kali terselenggaranya Pemilu.

Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 setelah mendapatkan desakan dari ribuan mahasiswa yang memadati gedung DPR/MPR.

Mundurnya Soeharto ini merupakan puncak dari kerusuhan dan aksi protes di berbagai daerah dalam beberapa bulan terakhir. 

Tak lama setelah lengser, Soeharto menderita suatu penyakit hingga harus dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan.

Setelah menjalani perawatan selama 24 hari, Soeharto meninggal dunia pada 27 Januari 2006 pukul 13.10 WIB dalam usia 87 tahun.

Penghargaan

Dilansir dari situs Museum Soeharto, disebutkan seluruh penghargaan yang diterim Soeharto semasa hidupnya. Berikut rinciannya:

Bintang RI Klas I

Bintang Mahaputra Klas I

Bintang Jasa Klas I

Bintang Dharma

Bintang Sakti

Bintang Gerilya

Bintang Sewindu APRI

Bintang Kartika Eka Paksi Klas I

Bintang Jalasena Klas I

Bintang Garuda

Bintang Swa Buana Paksi Klas I

Bintang Bhayangkara Klas I

Satya Lencana Teladan

Satya Lencana Kesetiaan

Satya Lencana Perang Kemerdekaan I

Satya Lencana Perang Kemerdekaan II

G.O.M. I

G.O.M. II

G.O.M. III

G.O.M. IV

Satya Lencana Satya Dharma

Satya Lencana Wira Dharma

Satya Lencana Penegak

Bintang Yuda Dharma Klas I

The Raja of The Order of Sikatuna (Filipina)

Grand Collier of The Order of Sheba (Ethiopia)

Grand Collier de L’Order National de L’independence (Kamboja)

The Most Auspicious Order of The Rajamitrabhorn (Thailand)

Darjah Utama Seri Mahkota Negara (DMN) (Malaysia)

Order Van de Nederlandse Leeuw (Belanda)

Sounderstute des Grosskreuzes (Special order of the Grand Cross), Jerman

Grand Cordone (Italia)

Grand Gordon Order de Leopold (Belgia)

Grand Croiix de Legion 1 honneur (Prancis)

Groos Stern des Ehren Zeichens Feur Verdienste um die Republik Qesterreich (Austria)

Tanda penghargaan Yugoslavia

Satya Lencana Pahlavi (Iran)

Grand Cordon of the Supreme Order of the Chrysanthemum (Jepang)

Bapak Pembangunan RI

Bintang Kehormatan Moogunghwa dari gerakan kepanduan Korea Selatan (1 Juli 1986)

Penghargaan Medali Emas FAO (21 Juli 1986)

Penghargaan Kependudukan PBB (United Nations Population Award – UNPA) (8 Juni 1989)

Medali emas Uniesco Avicenna (Pendidikan) (19 Juni 1993).

Kisah Soeharto Hidup Berpindah-pindah karena Perpisahan Kedua Orangtuanya

Masa lalu kehidupan Soeharto tampak kelam dengan perpisahan keduanya orangtuanya, yakni sang ayah, Kertosedjo atau Kertosudiro dan ibunya yang bernama Sukirah.

Cerita Sukirah, ibu Soeharto. Menikah hingga bercerai dengan Kertosudiro, ayah Soeharto.
Cerita Sukirah, ibu Soeharto. Menikah hingga bercerai dengan Kertosudiro, ayah Soeharto. (Foto Wikiwand)

Soeharto hidup dalam ketidaknyaman ( Broken Home ) karena sang ibu Sukirah, hidup dalam kemalangan setelah menikah dengan sang ayah, Kertosudiro.

Cerita kehidupan dari Sukirah, ibunda Presiden Soeharto, dijodohkan hingga berakhir dengan perceraian.

Kemalangan bahkan menerpa Sukirah semasa hidup bersama ayah Soeharto.

Hingga Soeharto harus hidup berpindah-pindah karena masa lalu orangtuanya.

Perjuangan Sukirah, ibunda Soeharto kala mengandung hingga melahirkan Soeharto menghadirkan pilu.

Hidup bersama sang suami yang penuh kepiluan bahkan sudah tak diterima lagi saat pulang ke orangtuanya,

Sukirah bertahan hidup demi sang buah hati, Soeharto.

Sampai pada masa Soeharto hidup nyaman tak berpindah-pindah.

Sepercik Kehidupan Soeharto, masa kecil yang tak menetap hingga beranjak remaja

dan dewasa sampai bertemu Bu Tien dan akhirnya menjadi Presiden.

Bagaimana kisah selengkapnya perjalanan hidup Sukirah?

Kala itu, tanggal 8 Juni 1921, seorang perempuan bernama Sukirah terbaring lemah di sebuah rumah di Desa Kemusuk.

Sosok perempuan yang baru melahirkan itu terlihat sangat kesakitan. Tenaga yang tersisa sangat minim, hingga tak mampu untuk menopang tubuhnya.

Bahkan, untuk sekadar menyusui bayi yang menangis kencang di sampingnya.

Air mata Sukirah meleleh.

Antara bahagia bercampur sedih, memikirkan masa depan anaknya .

karena pernikahan Sukirah dengan suaminya berada di ambang kehancuran!

Sukirah menikah dengan Kertoredjo, seorang duda beranak dua, karena perjodohan.

Berstatus wanita desa, usia Sukirah yang menginjak 16 tahun dipandang sudah lebih dari cukup untuk menikah.

Karenanya, ketika Kertoredjo naksir Sukirah, orangtua Sukirah tidak berpikir panjang lagi untuk segera menikahkan anak gadisnya.

Dalam rentang waktu yang singkat setelah Kertoredjo bertemu dengan Sukirah, ijab kabul pun terlaksana.

Berdasarkan tradisi Jawa Tengah di mana seorang laki-laki lumrah mengganti namanya saat menikah, resmi jadi suami Sukirah, Kertoredjo lalu berganti nama menjadi Kertosudiro.

Perkawinan yang awalnya diharapkan akan membawa bahagia oleh Sukirah ternyata justru membawa petaka.

Kertosudiro yang berprofesi sebagai petugas irigasi desa atau ulu-ulu, bukanlah tipe lelaki yang cukup bertanggung jawab.

Karena tidak ada hiburan (listrik belum masuk desa, hingga radio dan televisi belum ada), Kertosudiro jadi lebih banyak bermalas-malasan sambil berjudi dan merokok.

Semua uang dan harta yang dimiliki pasangan ini tersedot untuk modal judi Kertosudiro.

Bahkan, perhiasan pribadi Sukirah yang dibawanya sejak gadis juga ludes tak berbekas.

Merasa frustrasi, dalam keadaan hamil tua Sukirah memutuskan kembali ke orangtuanya.

Sayang, Sukirah tidak diterima dengan tangan terbuka di rumahnya! Sebab, tradisi Jawa pada masa itu memandang rendah istri yang meninggalkan suaminya.

Tertekan dengan perilaku Kertosudiro dan ketidakramahan keluarganya, Sukirah sering bersembunyi dari satu kamar ke kamar lain, sambil melakukan puasa selama berhari-hari, yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan sebutan ngebleng).

Kesehatan Sukirah sontak anjlok! Dalam kondisi sangat drop, Sukirah melahirkan anak pertamanya yang diberi nama Soeharto (Soe = lebih baik, Harto = harta).

Khawatir dengan kesehatannya yang semakin hari makin buruk, Soeharto yang baru berumur 40 hari diserahkan Sukirah pada Mbah Kromodiryo, bidan yang membantunya melahirkan, sekaligus adik perempuan nenek Soeharto dari pihak ayah.

Sementara Soeharto diurus Mbah Kromodiryo, Sukirah mengurus perceraiannya dengan Kertosudiro.

Dan, seperti kasus perceraian umumnya, perebutan hak asuh juga terjadi.

Sesuai ketentuan hukum, hak asuh Soeharto jatuh ke tangan Sukirah.

Namun, dengan berbagai pertimbangan akhirnya Sukirah sendiri justru kemudian menyerahkan hak asuh Soeharto kepada Kertosudiro.

Hanya aja, meski hak asuh sudah berpindah tangan, Soeharto tetap ikut Mbah Kromodiryo!

Sering berganti pengasuh

Setelah bercerai, tidak lama kemudian Kertosudiro menikah kembali dan memiliki empat orang anak.

Sukirah? Sama! Dia menikah lagi dengan laki-laki bernama Atmoprawiro, lalu punya tujuh orang anak yang salah satunya bernama Probosutedjo.

Jadi suami Sukirah, Atmoprawiro pun menyayangi Soeharto layaknya anak kandung.

Maka dari itu, dia meminta Sukirah untuk mengambil Soeharto dari Mbah Kromodiryo.

Singkat cerita, usaha Sukirah dan Atmoprawiro berhasil. Umur empat tahun, Soeharto kembali ke pelukan Sukirah.

Tapi, kebahagiaan yang dirasakan Soeharto dekat dengan ibunya tidak berlangsung lama.

Umur delapan tahun, Kertosudiro "menculik" Soeharto. Dia menyerahkan Soeharto pada adik perempuannya yang tinggal di Wuryantoro.

Kertosudiro menganggap Soeharto akan terawat lebih baik jika tinggal di sana.

Sebab, suami adiknya, Prawirowihardjo, adalah seorang mantri tani alias petugas tanah, yang mapan secara finansial serta berpendidikan tinggi.

Setahun berlalu, Soeharto yang sedang libur sekolah dibawa pulang oleh Atmoprawiro.

Hingga liburan berakhir, Sukirah dan Atmoprawiro ternyata tetap tidak mau melepaskan Soeharto.

Terdorong rasa sayang yang besar, Ibu Prawirowihardjo menjemput dan memohon agar Soeharto diperbolehkan kembali ke rumahnya.

Ibu Prawirowihardjo cemas akan pendidikan Soeharto jika tidak diperbolehkan kembali ke rumahnya!

Melihat kesungguhan ibu sembilan orang anak (salah satunya bernama Sudwikatmono) tersebut dalam berniat mengurus dan mendidik Soeharto seperti anaknya sendiri, Sukirah dan Atmoprawiro rela juga memberikan Soeharto.

Sejak saat itulah Soeharto baru punya "keluarga tetap".

Dia tinggal dengan tenang dan nyaman di rumah bulik-nya tersebut, sampai usai masa remaja dan mulai bekerja.

(Artikel ini pernah dimuat di Majalah Hai edisi 11 Februari 2008. Ditulis oleh Ayu berdasarkan buku Soeharto: The Life And Legacy Of Indonesia's Second President karya Retnowati Abdulgani-Knapp)

(Kompas.com/Bangka Pos)

Berita Terkait Soeharto:

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved