Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Populer Nasional

Cerita Bu Tien & Pak Harto Dijodohkan, Awalnya Soeharto Minder Lalu Jadi Nyonya Cendana Satu-satunya

Kisah Cinta Bu Tien dan Soeharto yang dijodohkan. Soeharto minder dan tak ingin ada orang ketiga yang akan memancing pemberontakan dalam rumah tangga.

Editor: Frandi Piring
Instagram @titiksoeharto
Ibu Tien dan Seoharto semasa muda. Menikah karena dijodohkan. Soeharto sempat tak percaya diri awalnya. Akhirnya jadi pasangan 'Semanis Tebu yang Menyentuh Kalbu'. 

Setelah lulus sekolah, Soeharto melanjutkan ke PETA dan terjun ke dunia ketentaraan. Sementara Hartinah aktif di Laswi dan PMI.

Di Yogyakarta, 1947. Suatu hari Soeharto berkunjung ke kediaman keluarga Prawirowiardjo yang telah lama mengasuhnya.

Keluarga bibi dan pamannya itu belum lama pindah dari Wuryantoro, Wonogiri ke Yogyakarta.

"Harto," kata Bu Prawiro, yang merupakan adik Pak Karto (ayahanda Soeharto).

"Sekalipun engkau bukan anakku sendiri, aku sudah mengasuhmu sejak ayahmu mempercayakan engkau pada kami.

Aku pikir, sebaiknya segera mencarikan istri untukmu."

O.G. Roeder menulis dalam bukunya 'Soeharto--Dari Pradjurit Sampai Presiden', mengisahkan bahwa Soeharto sempat menolak secara halus tawaran bibinya.

Dia beralasan masih ingin berkonsentrasi di dunia militer. Tapi setelah dibujuk terus menerus, akhirnya Soeharto menurut juga.

Soeharto bertanya, siapa kiranya yang akan dijodohkan dengan dirinya.

Bu Prawiro tersenyum. Dia berkata pelan bahwa Soeharto sebenarnya sudah kenal dengan gadis tersebut.

“Masih ingatkah kamu dengan Siti Hartinah,” kata Bu Prawiro seperti dikisahkan di buku 'Falsafah Cinta Sejati Ibu Tien dan Pak Harto'.

Soeharto mana mungkin lupa dengan adik kelas manis yang suka mengolok-olok sepupunya sebagai adik ipar.

Tapi, mendadak nyali Soeharto menciut.

Hartinah berasal dari keluarga ningrat. Putri RM Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmati Hatmohoedojo, wedana dari Kraton Mangkunegaran, Surakarta.

Mana mungkin pria dari kelas bawah macam dirinya, bisa bersanding dengan putri ningrat ? Begitu pikir Soeharto.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved