News
Kisah Mega, Gadis yang Kini Menghidupi Ketiga Adiknya, Orangtua Meninggal Jadi Korban Tabrak Lari
Orangtua jadi korban tabrak lari, Mega Nainggolan pun harus menyambung hidup dan menghidupi ketiga adiknya. Mereka kini telah berstatus yatim piatu.
Nyawanya tak tertolong lantaran luka yang dialaminya cukup parah.
Sementara itu, Untung Nainggolan meninggal sehari setelah kejadian. Tepat pada hari Selasa, ia mengalami koma sebelum dinyatakan meninggal oleh dokter.
Seminggu usai kepergian kedua orang tuanya, anak sulung almarhum, Mega Sari Nainggolan terpaksa banting tulang untuk membiayai pendidikan
dan kehidupan ketiga adiknya yaitu, Dinavalent Nainggolan (17), kelas 2 SMK, Nova Sintiya Nainggolan SMP kelas 3 serta adik bungsunya Anda Satrio Nainggolan kelas 1 SMP.
Mega berencana meneruskan usaha kedua orangtuanya, yaitu berjualan cabai dan sayur-sayuran di Pasar.
Sama seperti orang tuanya sebelum meninggal, ia akan bangun pagi-pagi buta sekitar pukul 03:30 WIB untuk berbelanja barang dagangan ke agen sebelum dijual secara eceran di Pasar Brayan, Medan.
Hal itu dilakukan agar dapat membiayai biaya pendidikannya dan ketiga adiknya yang masih bersekolah.
"Jualan. Pagi-pagi bangun, nanti ada kawan almarhum mamak yang jemput pakai becak belanja, trus habis itu ke pajak jualannya," katanya saat ditemui di rumahnya yang berada di Jalan Kawat 3 Gang Padi, Tanjung Mulia, Medan pada Selasa (6/4/2021).
(Foto: Kisah Mega Nainggolan, gadis 19 tahun yang kini harus bekerja keras menghidupi adik-adiknya setelah kedua orangtuanya meninggal dunia, menjadi korban tabrak lari. (tribun medan/fredy santoso)
Saat ini Mega Sari Nainggolan sedang menempuh pendidikan Program Diploma IV Akuntansi Perguruan tinggi di Politeknik Medan.
Untuk biaya kuliahnya pun ia masih bingung harus ke mana mencarinya.
Sebab biaya per semesternya cukup besar. Apalagi kini dia harus mencari uang sendiri semenjak orang tuanya tiada.
Saat ini mereka tinggal bersama nenek dan kakek dari almarhum ibunya.
Mereka tinggal di area pinggiran Jalan Tol, berbatas dengan tembok pembatas jalan.