Paskah
Pemeran Yesus Kristus Bersaksi: 'Tuhan Yesus Memikul Salib Itu Bagi Saya Maka Saya akan Memikulnya'
Kesaksian pemeran Yesus Kristus, Jim Caviezel berkata: "Saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu."
Penulis: Frandi Piring | Editor: Frandi Piring
Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya,
saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu.
Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia.
Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa..
Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini.
Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia.
Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya..
Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib.
Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami.
Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan..
Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar.
Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau
dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini).
Dan sayapun tidak sadarkan diri.
Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya,
sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar.!” (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir
yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi disini).
“Apa yang telah terjadi.?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu,
sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King.
Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.
Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya,
“Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat.? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan.?"
Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan.
Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.
Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus.
"Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata..
Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada di situ, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri."
Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali.
Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan..
Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi.
Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor.
Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.
Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya.
Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda.
(*)