FKPT Sulut
Respons Teror Bom, FKPT Sulut Ingatkan Doktrin Terorisme Masuk ke Milenial Lewat Medsos
Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulut terus menggelar giat pencegahan penyebaran paham terorisme
MANADO, TRIBUNMANADO.CO.ID - Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulut terus menggelar giat pencegahan penyebaran paham terorisme di masyarakat dengan berbagai cara. Di antaranya dengan mensosialisasikan bahaya paham radikalisme dan terorisme ke kalangan milenial melalui media sosial.
Ketua FKPT Sulut, Max Togas SH, saat ditemui di sela-sela rapat FKPT Sulut di Regina Cafe Manado, Kamis (1/4/2021), mengatakan, aksi bom bunuh diri di Katedral Makassar dan teror di Mabes Polri menunjukkan sel-sel penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Indonesia terus berjalan.

'' Ini memberi tanda awas bagi kita bahwa seluruh elemen bangsa jangan pernah berhenti melawan terorisme dengan terus mensosialisasikan ke masyarakat bahaya paham ini, '' ujar Togas.
Dia menjelaskan, masuknya doktrin radikalisme dan terorisme ke kaum milenial harus secepatnya dicegat sehingga tidak merembet ke lainnya. ''Jangan sampai muncul lagi surat wasiat berikutnya, karena jaringan teroris ini siap dengan aksi mandiri (lone wolf). Ajaran ini tidak mereka dapatkan melalui pertemuan langsung. Misalnya ibadah maupun rumah doa melainkan masuk melalui media sosial secara bebas, termasuk media online yang berafiliasi ke jaringan paham radikalisme. Jadi ajaran ini cepat dan mudah masuk melalui online dan membuat banyak kaum milenial tersesat, '' ujarnya.
Togas pun mengutip hasil pengamatan tim peneliti berdasar surat wasiat dari kedua teroris di Katedral Makassar dan Mabes Polri Jakartta.
Terungakp beberapa poin yang mirip antara lain;
1. Sedari mula memang ingin mati;
2. Anti Perbankan dan menganggap segala sesuatu yang berhubungan dengan bank dan kredit modern adalah riba;
3. Beranggapan negara ini adalah negarathogut (negara sesat yang tidak berlandaskan ''syariat Islam'';
4. Beranggapan aksi mereka adalah jalan jihad yang pasti mendapatkan surga karena membela agama;
5. Beranggapan aksi bunuh diri mereka adalah aksi pengorbanan untuk mendapatkan syafaat bagi keluarganya di akhirat kelak;
6. Menekankan keluarganya agar selalu beribadah;
7. Sentimen terhadap non muslim;
8. Minta maaf dan berpamitan kepada keluarganya karena sudah siap mati;.
Melihat hal ini tentu menjadi tanya bagi kita apakah dengan adanya kemiripan surat wasiat berarti teror bom bunuh diri di Katedral Makassar dan Mabes Polri Jakarta, berada di kelompok atau jaringan yang sama?