Bacaan Alkitab
Bacaan Alkitab Selasa 30 Maret 2021 : Lukas 23:28 : Tangisi Dirimu Sendiri
Prilaku prajurit Romawi dan orang-orang yang terhasut oleh tua-tua agama, imam-imam kepala dan orang Farisi, sangat tidak manusiawi.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kondisi kemanusiaan Yesus saat melewati jalan sengsara, sangat memprihatinkan.
Perilaku prajurit Romawi dan orang-orang yang terhasut oleh tua-tua agama, imam-imam kepala dan orang Farisi, sangat tidak manusiawi.
Inilah yang membuat orang-orang, terutama kaum perempuan sedih dan prihatin. Mereka kasihan dengan kondisi Yesus.
Kaum perempuan ini pun menangis. Mereka tak tahan dan tidak tega melihat Yesus yang mereka yakini sebagai Tuhan, mengalami penderitaan seperih ini.
Mereka turut berempati dengan Yesus dan menangisi-Nya dengan sedihnya.
Bukannya menjadi sedih, Yesus justeru balik menghibur dan menguatkan bahkan sekaligus menegur perempuan-perempuan yang disebut-Nya sebagai puteri-puteri Yerusalem.
Dia minta mereka berhenti menangisi-Nya. Justeru Yesus meminta mereka menangisi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka. Sebab, Yesus tidak butuh dikasihani. Kita dan anak-anak kitalah yang harus dikasihani.

Demikian firman Tuhan.
Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! (ayat 28)
Dalam keadaan demikian, bukan berarti Yesus tidak mampu mengalahkan mereka. Karena Dia selain sebagai Manusia juga sebagai Tuhan. Maka tidak ada kata tidak bisa bagi Yesus. Segalanya dapat Dia lakukan.
Tetapi, Dia tersiksa, teraniaya, diludahi, dicerca, ditinju, diejek, ditendang, dicambuk sampai tercabik-cabik daging hingga tulang-Nya, ditikam dengan tombak menembus lambung, kehabisan cairan hingga mati tergantung di kayu salib, Dia terima karena kita.
Dia melakukan semuanya itu untuk kita. Dia direndahkan serendah dan sehina itu, karena menyelamatkan kita manusia. Jadi, yang kasian bukan Yesus, tapi kita.
Kitalah yang perlu dikasihani. Bukan Yesus. Yang perlu ditangisi itu, diri kita sendiri dan anak-anak kita. Bukan Yesus.
Anak-anak di sini menunjukan diri kita dan keluarga serta keberlangsungan hidup kita. Jadi Yesus tidak butuh pengasihan manusia, kitalah yang butuh pengasihan-Nya.
Dan Yesus telah berbelas kasihan bagi kita dan keluarga serta keturunan kita, lewat pengorbanan-Nya yang tiada terperi itu.
Jangan kita menganggap sebagai pahlawan kesiangan untuk Tuhan. Menganggap diri kita paling benar dan kita telah "menyelamatkan" Yesus dengan perbuatan kita.
Kita merasa benar dengan apa yang kita lakukan. Pelayanan kita seakan-akan telah "menolong" Tuhan Yesus.
Kita merasa diri sebagai "pembela" Kristus karena merasa benar dan paling berkenan kepada Yesus, sehingga segala sesuatu terutama pelayanan, tidak bisa dilakukan kalau tidak ada kita! Kalau bukan kita, pelayanan tidak akan jalan.
Dalam praktik hidup terkadang kita merendahkan Tuhan, seakan pelayanan kepada Tuhan dapat "dibeli." Artinya kita menganggap bahwa hanya dengan uang kita, pelayanan bisa jalan.
Kita menganggap diri telah berbelas kasihan kepada Tuhan. Jadi, uang adalah segalanya dalam pelayanan. Bukan Tuhan.
Allah tidak butuh hartamu. Allah tidak butuh kehebatanmu. Sebab apapun yang kita punya semata-mata pemberian atau berasal dari dia. Allah butuh hati kita. Hati yang hamble, yang mengasihi sesama dan Tuhan tanpa batas.
Karena itu, tangisilah diri kita yang berdosa dan tak layak ini. Mohon ampunlah dan menangislah mohon belas kasihan-Nya. Dia pasti kan menolong-Mu.
Kita yang butuh pertolongan, bukan Tuhan. Maka jangan merasa hebat di depan sesama, sebab Tuhan melihat secara telanjang kehidupan kita.
Tuhan Yesus menegur dengan firman-Nya hari ini, jangan menganggap dirimu benar dan baik, serta paling diperlukan dalam pelayanan.
Tengoklah diri kita, sesungguhnya diri kita perlu ditangisi. Sebab, ketika kita merasa benar, itulah yang harus kita tangisi.
Menangisi diri sendiri berarti introspeksi diri, mawas diri dan merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Sebab sesungguhnya kita ini tak ada yang layak di hadapan Tuhan. Maka kita harus menangisi diri kita masing-masing.
Sebaliknya, rendahkanlah hati kita dalam segala hal. Keluarga Kristen harus introspeksi diri dan menangisi diri sendiri, serta hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
Dengan demikian, kita akan mendapat belas kasihan dari Tuhan Yesus dan dilimpahi-Nya berkat, rahmat dan anugerah yang tiada berhingga. Amin
Doa: Tuhan Yesus, ampuni kami yang menganggap diri benar, sebab sesungguhnya kami tidak layak di hadapan-Mu. Kasihanilah dan berkatilah kami. Amin (Jackried Maluenseng).