Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Gantung Diri

ASN Minsel Ditemukan Tewas Tergantung dengan Seragam, Terungkap Alasan Orang Ingin Bunuh Diri

Peristiwa bunuh diri yang diduga dilakukan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Minahasa Selatan Ruddy Tumiwa.

Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rhendi Umar
kolase foto tribun manado/istimewa
Rudi Tumiwa ASN Minsel yang Ditemukan Tewas Tergantung 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Provinsi Sulawesi Utara tepatnya di daerah Minahasa Selatan dihebohkan dengan peristiwa bunuh diri yang diduga dilakukan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Minahasa Selatan (Minsel) Ruddy Tumiwa.

Saat ditemukan Ruddy masih mengenakan seragam Aparatur Sipil Negara (ASN).

Amatan tribunmanado.co.id kemeja bagian dadanya terlihat basah oleh cairan.

Sementara, seutas tali masih melilit di lehernya.

Tali itu dikaitkan di kusen pintu kamar rumahnya.

Lokasi sudah ada petugas dari kepolisian.

Keluarga dan tetangga korban serta warga sekitar memenuhi rumah korban.

Lantas Apa Penyebab Orang Ingin Bunuh Diri

Dilansir dari halodoc, Pikiran untuk bunuh diri dapat dialami siapa saja, terlebih mereka yang mengalami stres berat atau tekanan batin, gangguan kesehatan, dan masalah kejiwaan.

Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk bunuh diri:

1. Gangguan bipolar

Orang dengan gangguan bipolar akan mengalami perubahan suasana hati yang sangat drastis. Misalnya, ia bisa mendadak sedih atau tidak bersemangat, padahal sebelumnya merasa gembira dan sangat antusias.

Jika dibiarkan tanpa pengobatan, penderita gangguan bipolar berisiko tinggi untuk mencoba bunuh diri.

2. Depresi berat

Orang yang mengalami depresi berat juga berisiko tinggi untuk bunuh diri. Kondisi ini umumnya ditandai dengan rasa putus asa, suasana hati yang buruk, tidak semangat menjalani aktivitas sehari-hari, atau kehilangan minat dan motivasi hidup. Gejala tersebut bahkan bisa muncul tanpa adanya sebab yang jelas.

Rudy Tumiwa (kiri) semasa hidup, dan warga berkerumum di rumah duka (kanan)
Rudy Tumiwa (kiri) semasa hidup, dan warga berkerumum di rumah duka (kanan) (Kolase / Tribun manado / Rul Mantik / Andrew Pattymahu)

3. Anoreksia nervosa

Penderita anoreksia nervosa selalu merasa dirinya gemuk sehingga melakukan berbagai upaya untuk menurunkan berat badan, termasuk konsumsi obat-obatan secara berlebihan hingga berisiko mengalami overdosis.

Angka kematian karena bunuh diri cukup tinggi pada pada penderita gangguan makan ini, terutama pada remaja wanita.

4. Borderline personality disorder (BPD)

Penderita borderline personality disorder (BPD) memiliki emosi yang tidak stabil dan terkadang sulit bersosialisasi. Penderita gangguan ini umumnya memiliki riwayat pelecehan seksual pada masa kecilnya dan memiliki risiko lebih tinggi untuk bunuh diri.

5. Skizofrenia

Ciri orang dengan skizofrenia adalah sering berhalusinasi, paranoid atau sulit percaya dengan orang lain, berperilaku aneh, dan memiliki paham atau percaya pada hal-hal yang belum tentu nyata.

Diperkirakan sekitar 5% penderita gangguan kejiwaan ini mengakhiri nyawanya dengan cara bunuh diri.

6. Gangguan adiksi

Gangguan adiksi adalah gangguan perilaku yang membuat seseorang menjadi sangat ketergantungan atau kecanduan dengan hal tertentu, seperti rokok, minuman beralkohol, atau narkoba.

Selain itu, gangguan adiksi juga bisa berupa kecanduan terhadap aktivitas tertentu, seperti kecanduan belanja, bermain game, seks, atau berjudi. Orang yang mengalami gangguan adiksi diketahui memiliki risiko lebih tinggi untuk bunuh diri.

Berkaitan dengan Kondisi Otak

Ada beragam alasan yang melatarbelakangi keputusan bunuh diri seseorang.

Namun tahukah kamu, ternyata keputusan untuk mengakhiri hidup berkaitan dengan kondisi otak.

Manusia disebut memiliki dua jaringan otak yang bisa memicu dan meningkatkan keinginan untuk bunuh diri.

Hal ini terungkap melalui sebuah penelitian jangka panjang yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Cambridge. 

Jaringan Otak yang Memicu Keinginan Bunuh Diri

Sebuah penelitian dilakukan oleh dr Anne Laura Van Harmelen bersama timnya dari Universitas Cambridge, terkait keinginan bunuh diri pada seseorang.

Dalam penelitian tersebut, tim mengamati perubahan struktur dan fungsi otak dari 12.000 orang peserta yang dilibatkan.

Peneliti kemudian menemukan bahwa manusia memiliki dua jaringan otak yang bisa meningkatkan keinginan untuk bunuh diri

Jaringan pertama disebut dengan prefrontal cortex ventral dan lateral. Jaringan ini menghubungkan area otak frontal atau bagian depan serta bertugas dalam mengatur emosi.

Ada beragam faktor yang bisa menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan tersebut. Saat terjadi perubahan, akan tercipta pikiran negatif yang berlebihan.

Sementara jaringan kedua memiliki fungsi menghubungkan korteks prefrontal dorsal dan sistem gyrus frontal inferior. Jaringan ini berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan serta mengendalikan perilaku seseorang.

Perubahan yang terjadi pada bagian ini, terutama yang bersifat negatif bisa meningkatkan atau memicu keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri

Saat ada perubahan pada kedua jaringan ini, seseorang menjadi rentan berpikiran negatif dan berujung pada bunuh diri.

Disclaimer:

InFormasi ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa.

Bila Anda yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL:

Berita Lainnya Tentang Bunuh Diri

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved