Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Internasional

Perempuan WNI Ini Badannya Penuh Tato dan Rambut Berwarna, Tapi Jadi Guru TK, Bagaimana Siswanya?

pakaiannya macam-macam ada yang pakai rok dan sepatu tinggi, ada yang bertato sedikit, dan bahkan pakai anting di hidung

Editor: Alpen Martinus
DOK ANDRA STEFANOWSKI via DW INDONESIA
Andra Stefanowski, WNI guru TK di Jerman yang bertato. 

Anak kecil dari usia satu tahun sudah bisa diterima di TK tersebut. Dalam "Open Concept” tidak ada pengelompokan umur, semuanya dicampur.

Andra menjelaskan, “Jadi anak-anak kecil saling belajar untuk saling membantu.

Yang kecil belajar sama yang besar. Yang besar saling menolong.”

Hal penting yang ditanamkan dalam “Open Concept” itu adalah bagaimana anak dapat berpartisipasi,

bisa mengeluarkan pendapat, dan mengetahui kebutuhan mereka.

Sejauh ini belum pernah Andra menerima keluhan dari orang tua murid atas penampilannya yang bertato

dan sering berganti warna rambut, atau potongan rambutnya yang sangat pendek

“Kalau di Jerman, aku bisa menjadi diri aku sendiri, karena yang dilihat di sini adalah kualitas aku bagaimana bekerja sama dengan anak-anak.

Dan yang penting menurut aku karena kita bebas berekspresi, dan bebas pakai baju apa,

dalam artian baju layak untuk bekerja, dan menunjukkan karakter kita masing-masing,“ tutur Andra.

Dengan kata lain, guru juga menunjukkan kepada anak-anak kecil bahwa mereka pun bisa menjadi diri mereka sendiri, bangga menjadi diri sendiri, dan cinta dirinya sendiri.

“Bagaimana bisa mengajar anak-anak kecil, bahwa kamu harus mencintai diri sendiri,

harus bangga dengan tampilan kamu seperti apa, jika kitanya sendiri tertutup, tidak bisa mengeksplorasi, mengekspresikan diri.

Itulah mengapa aku senang di Jerman, dengan gaya aku seperti ini,“ tegas Andra.

Peran orang tua

Melihat sistem pengajaran yang cukup unik di Jerman, Siti Asiyah tidak merasa keberatan sama sekali

dengan penampilan guru ketiga putranya. Ia menceritakan di sekolah anak-anaknya belajar mandiri.

"Awalnya susah kami terima karena anak kelihatanya jadi kurang disiplin dan malas

karena kami menilai guru anak-anak kami sepertinya kurang tegas dalam mendidik anak-anak di sekolahan.

"Lebih membiarkan anak semaunya sendiri, asal tidak mengganggu pembelajaran di kelas, orang lain dan di sekolahannya."

"Hal ini awalnya terasa jadi beban orang tua untuk mendidik anak agar lebih disiplin,

agar mempunyai nilai yang baik dan bisa mengikuti pelajaran yang ada.

Jadi peran orang tua sangat penting sekali untuk mengawal dan membantu anak-anak dengan sistem seperti ini."

"Contohnya dengan sering kita harus sering mengobrol usai makan bersama, untuk menanamkan disiplin,

atau menerangkan pentingnya sekolah untuk mereka, pentingnya disiplin diri walau di sekolahan tidak selalu ditekankan untuk itu."

"Namun di luar itu, anak-anak saya jadi mandiri,“ tutur Siti yang senang anaknya terkadang membantunya bekerja di bidang sosial maupun di rumah.

Soal pendidikan moral dan akhlak menurut ibu tiga anak ini adalah tanggung jawab orang tua masing-masing.

Ia pun tidak takut anak-anak jadi berpenampilan berbeda-beda.

Baginya anak-anak bebas untuk berekspresi, sejauh tidak merugikan atau menyakiti orang lain.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Andra, WNI Bertato dan Bertindik yang Jadi Guru TK di Jerman"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved