Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisruh Partai Demokrat

Darmizal Menangis, KLB Partai Demokrat Kubu Moeldoko Tak Bisa Didaftarkan di Kemenkumham

Ada sejumlah kebutuhan administrasi yang tidak bisa dipenuhi hasil KLB yang menetapkan Moeldoko sebagai ketua umum, sehingga tidak bisa mendaftar

Editor: Finneke Wolajan
Tribunnews/Herudin
Inisiator Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang, Darmizal (tengah) menangis saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Selasa (9/3/2021). Dalam konferensi pers tersebut, Partai Demokrat versi KLB menyatakan bahwa KLB yang mereka adakan sah dan sesuai dengan AD/ART partai. Tribunnews/Herudin 

"Hari ini saya kepada seluruh DPC seluruh DPD Partai Demokrat minta maaf, saya menyesal, saya enggak tahu kalau akan lahir rezim diktator ini," ujarnya.

Aksi menangis Darmizal membuat kader yang lain seperti Razman Nasution hingga Tri Yulianto memintanya berhenti menangis dan bersabar.

"Sungguh saya enggak tahu akan ada PO (peraturan organisasi) yang memberatkan kalian menyetor setiap bulan."

"Malu saya, saya malu," ucapnya.

Darmizal mengungkapkan latar belakang KLB.

KLB digelar salah satunya dilatari kekecewaan para kader di DPD dan DPC atas pemberlakuan Peraturan Organisasi (PO) Partai Demokrat Nomor 01/2019.

PO 01/2019 tersebut, kata Damrizal, mewajibkan fraksi tingkat I Provinsi dan tingkat II kabupaten/kota untuk menyetor uang tiap bulan kepada DPP.

"Yaitu PO yang mewajibkan fraksi tingkat 1 provinsi, fraksi tingkat 2 kabupaten/kota, menyetor setiap bulan ke DPP Partai Demokrat," beber Damrizal.

PO 01/2019, lanjut Damrizal, dilahirkan Ketua Umum Partai Demokrat sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Menurut pikiran saya, secara hukum ini tidak baik."

"Namun sesuai moral, etika dalam berpolitik, jauh lebih tidak baik lagi."

"Atau bisa dikatakan ini adalah buruk sekali dalam mengelola kader-kader," tutur Damrizal.

Damrizal lantas mengungkapkan penyesalannya pernah membantu SBY menjadi pucuk pimpinan Partai Demokrat pada tahun 2015 silam.

Keputusan itu, lanjut dia, adalah salah satu keputusan paling fatal yang pernah dia buat dalam hidup.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved