Myanmar
55 Klip Video Jadi Bukti Visual Militer Myanmar Gunakan Taktik Mematikan: Pembunuhan Besar-besaran
55 Klip video menunjukkan bukti visual dari "pembunuhan sistematis dan terencana" militer Myanmar.
Jakarta, TRIBUNMANADO.CO.ID - "Pembunuhan besar-besaran" terhadap para demonstran diduga telah dipersiapkan dengan matang oleh pihak militer Myanmar.
Unjuk rasa menuntut tegaknya demokrasi di Myanmar masih terus berlangsung.
Masa yang melakukan unjuk rasa damai turun ke jalan menentang kudeta 1 Februari.
Sayangnya, unjuk rasa damai mereka ternyata tidak mendapat respon yang seimbang dari pihak militer Myanmar.
Militer Myanmar menggunakan taktik mematikan untuk melakukan "pembunuhan besar-besaran"
Hal itu berdasarkan temuan dari Amnesty International setelah menganalisis bukti video dan foto dari protes massal beberapa minggu terakhir.

55 Klip video menunjukkan bukti visual dari "pembunuhan sistematis dan terencana", kata Amnesty dalam sebuah laporan pada hari Kamis, saat meminta Dewan Keamanan PBB dan komunitas internasional untuk mengambil tindakan guna menghentikan kekerasan.
“Taktik militer Myanmar ini jauh dari baru, tetapi pembunuhan mereka belum pernah disiarkan langsung ke dunia untuk melihatnya,” kata Joanne Mariner, direktur Respon Krisis di Amnesty International.
Amnesty memverifikasi lebih dari 50 video dari tindakan keras yang sedang berlangsung dan mengonfirmasi bahwa pasukan keamanan "tampaknya menerapkan strategi sistematis yang terencana termasuk peningkatan penggunaan kekuatan mematikan".

“Banyak pembunuhan yang didokumentasikan merupakan eksekusi di luar hukum,” kata kelompok hak asasi manusia.
Rekaman itu dengan jelas menunjukkan bahwa pasukan militer Myanmar, yang juga dikenal sebagai Tatmadaw, "semakin dipersenjatai dengan senjata yang hanya sesuai untuk medan perang, bukan untuk tindakan kepolisian," tambah laporan itu.
Petugas ditangkap dalam video yang sering terlihat terlibat dalam "perilaku sembrono", termasuk penggunaan amunisi aktif secara sembarangan.

Temuan terbaru mendukung laporan Februari dari Amnesty yang menyimpulkan pasukan keamanan mengerahkan senapan mesin terhadap pengunjuk rasa damai dan menembak kepala seorang wanita selama demonstrasi anti-militer pemerintah.
Pada hari Rabu, petugas polisi yang melarikan diri ke India, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka diperintahkan oleh militer untuk memilih demonstran dan untuk "menembak" sampai mereka mati.
• Akhirnya Permintaan Kami Dikabulkan, Legislator Manado Apresiasi Pemkot soal Pelonggaran PPKM
• Peringatan Dini Besok Jumat 12 Maret 2021, BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem di 22 Wilayah Berikut Ini
• Moeldoko Tak Beri Tahu Jokowi Soal KLB Partai Demokrat, Reaksi Presiden Kaget dan Hanya Diam