Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Supersemar

11 Maret 1966: Sejarah Supersemar, Pembuka Jalan Soeharto Menuju Kursi Presiden Gantikan Soekarno

Riwayat Supersemar diselimuti dugaan pemalsuan sejarah, diyakini sejarawan jadi pintu pembuka jalan kekuasaan Soeharto menduduki kursi Kepresidenan

Isitmewa
11 Maret 1966: Sejarah Supersemar, Pembuka Jalan Soeharto Menuju Kursi Presiden Gantikan Soekarno 

Soekarno yang telah lengser lalu ditetapkan menjadi tahanan rumah sampai kematiannya pada 21 Juni 1970.

Setelah berhasil melakukan kudeta, Soeharto langsung mengeluarkan kebijakan anyar bernama Orde Baru.

Soeharto kemudian memutuskan untuk mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia dan membawa Indonesia bergabung kembali dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Presiden RI ke I <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/soekarno' title='Soekarno'>Soekarno</a> dan Jenderal <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/soeharto' title='Soeharto'>Soeharto</a>

Kembali ke persoalan Supersemar. Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam mengatakan, Supersemar merupakan salah satu bagian dari rangkaian peristiwa panjang untuk melemahkan kekuasaan Soekarno.

Banyak pihak yang masih meragukan adanya pemberian mandat dari Soekarno kepada Soeharto.

Apalagi, hingga saat ini, naskah asli dari Supersemar tidak pernah ditemukan.

Dalam diskusi bulanan Penulis Buku Kompas di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah Selatan, Kamis (10/3/2016), Asvi mengatakan, keberadaan naskah otentik Supersemar hingga kini belum diketahui.

Kendati lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia menyimpan tiga versi naskah Supersemar, ketiganya tidak otentik.

"Ada tiga arsip naskah Supersemar, dari Sekretariat Negara, Puspen TNI AD, dan dari seorang kiai di Jawa Timur," ujar Asvi dikutip dari Intisari.

Kontroversi berikutnya, Supersemar diberikan bukan atas kemauan Soekarno, melainkan di bawah tekanan.

Menurut Asvi, sebelum 11 Maret 1966, Soekarno didatangi oleh dua pengusaha utusan Mayjen Alamsjah Ratu Prawiranegara.

Kedua pengusaha itu, Hasjim Ning dan Dasaad, datang untuk membujuk Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto.

Akan tetapi, Soekarno menolak, bahkan sempat marah dan melempar asbak.

"Dari situ terlihat ada usaha untuk membujuk dan menekan Soekarno telah dilakukan, kemudian diikuti dengan pengiriman tiga jenderal ke Istana Bogor," ungkap Asvi.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved