RHK Rabu 10 Maret 2021
RENUNGAN PAGI ALKITAB - Ampuni Pembunuh Karena Iman
Pernahkah kita dilempari batu? Bagaimana rasanya? Dengan batu kecil saja sakit, apalagi besar. Lebih parah lagi kalau dilempar
Kisah Para Rasul 7:59-8:1a)
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pernahkah kita dilempari batu? Bagaimana rasanya? Dengan batu kecil saja sakit, apalagi besar. Lebih parah lagi kalau dilempar berulang-ulang oleh banyak orang sampai mati! Tentu suatu penderitaan yang tak terlukiskan pedih dan sakitnya.
Inilah yang dialami Stefanus. Dia mati sebagai martir. Dia diseret keluar kota kemudian dilempari sampai mati. Penyebabnya hanya karena imannya dan pemberitaan firman atau Injil kepada semua orang. Karena iman dan demi Injil, Stefanus rela menerima siksaan hantaman lemparan orang banyak yang tiada berprikemanusiaan itu.
Marah dan bencikah Stefanus? Tentu tidak! Dendamkah ia? Pasti tidak! Buktinya, dalam keadaan tersiksa berat antara hidup dan mati itu, dengan iman didasarkan kasih yang dia ajarkan, Stefanus justeru berseru kepada Tuhan, agar para pembunuhnya itu diampuni.

Dia minta agar Tuhan Yesus tidak menanggungkan dosa itu kepada mereka. Stefanus pun meregang nyawa akibat lemparan dan penyiksaan para saksi dusta dan orang lain yang hadir saat itu. Saulus juga mengakui itu.
Demikian firman Tuhan hari ini.
_ Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."_
_ Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia. ( ay 59, 60)_
Stefanus tiada berbuat jahat sedikit pun. Justeru dia menyampaikan kebenaran firman Allah. Dia bermaksud menyelamatkan mereka. Dia ingin agar semua orang menerima dan mendapatkan keselamatan dari Allah. Maka dia memberitakan Injil Kebenaran Kristus kepada semua orang.
Stefanus memberitakan Injil dan siap menanggung penolakannya. Dia mempertaruhkan dan menyerahkan nyawanya, demi Injil. Karena imannya yang teguh kepada Tuhan, maka dia dengan yakin, menyampaikan Kabar Baik kepada semua orang.
Akhirnya banyak orang menjadi percaya. Termasuk para imam, mengikut Yesus. Tapi justeru inilah yang menjadi pangkal masalah. Stefanus pun dihukum rajam dan mati sahid.
Sahabat Kristus, Stefanus bukan hanya mengajarkan tentang Injil, iman dan kasih. Tapi juga menunjukkan teladannya kepada semua orang. Dia rela berkorban bahkan mati dirajam dengan batu karena iman. Demi firman Tuhan, dia dia rela menerima apapun risikonya.
Yang lebih dahsyat dan luar biasa lagi adalah, dalam penderitaan dan penyiksaan itu, dia tidak mendendam apalagi menghakimi. Dalam keadaan sekarat, dia masih mengajarkan semua orang tentang kasih yang tiada berbatas, yakni mengampuni para pembunuh itu.
Dia berseru kepada Kristus, agar tidak menanggungkan dosa itu kepada mereka. Dia bukan sayang pada dosa dan kejahatan mereka, tapi dia menyayangi pribadi dan kemanusiaan mereka sebagai sesama ciptaan Tuhan. Yah, dia mengasihi orang yang membenci bahkan mencabut nyawanya (pembunuh).
Ketika memberitakan firman Tuhan dalam dunia ini, kita pasti akan membayar harga. Kita akan memikul salib. Mengiring Yesus, bukan bebas dari penderitaan. Kita akan diperhadapkan dengan berbagai penolakan, pencobaan hingga ancaman. Semuanya akan kita alami untuk memperteguh iman dan kepercayaan kita kepada Kristus.
Percayalah bahwa sebagai hamba Kristus, kita tetapdalam lindungan-Nya. Jangan takut dengan apapun karena Dia beserta kita. Kita akan mendapatkan kemuliaan Allah yang sempurna, menurut cara, kasih dan waktu-Nya yang luar biasa. Yang penting kita tetap setia dan taat, meski harus menderita.
Apalagi saat ini kita sedang berada di minggu-minggu sengsara. Hayatilah penderitaan Tuhan Yesus untuk menebus dosa kita dan menyelamatkan serta memberkati kehidupan kita.
Tak sedetikpun Dia meninggalkan kita. Ketika kita menderita karena Injil, ketika itu kita berada dalam pembelaan dan perlindungan-Nya yang sempurna. Tak ada yang sanggup mengambil hidup kita dari tangan-Nya.
Percayalah kita tak akan mengalami penderitaan yang melampaui batas kemampuan kita. Selebihnya adalah urusan Tuhan. Dialah yang akan berperkara ganti kita. Asal kita terus setia dan taat kepada-Nya.