Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Krisis di Myanmar

Perempuan Myanmar Lawan Junta Militer Pakai Sarung Digantung, Ini Penjelasannya

Ada kepercayaan yang dianut secara luas di Myanmar,yaitu jika seorang pria berjalan di bawah kain sarung perempuan (htamein, dalam bahasa Burma)

Editor: Alpen Martinus
Istimewa/Getty Images Via BBC Indonesia
Perempuan menggantungkan sarung mereka di tali jemuran. 

Militer telah menanggapi "kecurangan pemilu", dan menyerahkan kekuasaan pada panglima militer Jenderal Min Aung Hlaing. 

Militer juga memberlakukan keadaan darurat selama setahun.

Jenderal Min Aung Hlaing telah lama memiliki pengaruh terhadap politik,

dan berhasil mempertahankan kekuatan militer Myanmar yang disebut juga Tatmadaw,

bahkan ketika negara itu sedang bergerak menuju demokrasi.

Kepercayaan yang dianut secara luas

Untuk memulai "Revolusi Sarung", para perempuan mengandalkan takhayul yang dianut secara luas.

"Saya dibesarkan dengan takhayul bahwa Htamein (sarung) perempuan adalah kain najis yang akan menurunkan kekuatan saya,

jika diletakan di atas saya, dan banyak teman saya membagikan mitos ini," kata seorang mahasiswa, Htun Lynn Zaw.

Seorang penulis sekaligus podcaster Burma, MiMi Aye, yang saat ini tinggal di Inggris,

mengatakan aktivis perempuan menggunakan takhayul seksis ini demi keuntungan mereka.

Baca juga: Masih Ingat Umi Pipik? Tujuh Tahun Ditinggal Ustaz Uje, Masih Betah Menjanda, Ini Kabarnya Sekarang

" Takhayul ini aslinya bukanlah menghilangkan kekuatan pria karena perempuan kotor,

perempuan dipandang sebagai makhluk seksual atau penggoda yang dapat menghancurkan pria yang lemah," timbuh kata Aye.

Dia menjelaskan tradisi Htamein juga digunakan sebagai simbol keberuntungan.

"Pria yang pergi berperang akan menggulung potongan kecil dari sarung ibu mereka,

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved