Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Profil Tokoh

Sosok Clara Zetkin, Pejuang Hak Perempuan, Tokoh di Balik Hari Perempuan Internasional

Clara Zetkin berpandangan bahwa feminisme adalah pelestarian kelas atas dan menengah.

Kolase Foto Tribunmanado/foto Wikimedia Commons
Sosok Clara Zetkin: Perempuan Hebat Dibalik Cikal Bakal Hari Perempuan Internasional 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sosok Clara Zetkin berperan penting dalam proses ditetapkannya 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia atau Hari Perempuan Internasional.

Momen perayaan Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day ( IWD ) diperingati setiap tahun di dunia.

IWD diperingati untuk mengampanyekan soal kesetaraan gender.

Selain itu, IWD juga bertujuan untuk memberikan apresiasi terhadap pencapaian perempuan di berbagai bidang.

Kelahiran perayaan Hari Perempuan Internasional bisa ditelusuri hingga ke tahun 1900-an, masa ketika dunia tengah menghadapi industrialisasi, ledakan populasi, dan kebangkitan ideologi radikal.

Bermula dari keresahan dan perdebatan kritis di kalangan perempuan.

Timbul suatu gerakan kolektif yang dimotori oleh perempuan di berbagai negara untuk mengampanyekan perubahan terutama menyangkut kesejahteraan mereka.

Pada tahun 1910, diadakan Konferensi Buruh Wanita Internasional jilid dua diadakan di Kopenhagen, Denmark.

Konferensi yang dihadiri lebih dari 100 perempuan dari 17 negara, mewakili serikat pekerja dan partai sosialis itu, menyepakati peringatan Hari Perempuan Internasional setiap tanggal 8 Maret.

Pencetus ide tersebut adalah seorang perempuan bernama Clara Zetkin, pemimpin 'Kantor Perempuan' untuk Partai Sosial Demokrat di Jerman.

Melansir The Guardian, 8 Maret 2012, Clara Zetkin telah terlibat dengan gerakan sosialisme di Jerman sejak tahun 1870-an.

Dia juga seorang juru kampanye yang gigih untuk hak-hak perempuan dan hak pilih universal.

Meski usulannya saat konferensi di Kopenhagen menjadi warisan besar bagi pergerakan kolektif perempuan di seluruh dunia, Zetkin justru berpandangan bahwa sosialisme adalah satu-satunya gerakan yang benar-benar dapat melayani kebutuhan perempuan kelas pekerja.

Berkebalikan dengan perayaan Hari Perempuan Internasional yang menjadi momen penting bagi kaum feminis.

Zetkin justru berpandangan bahwa feminisme adalah pelestarian kelas atas dan menengah.

Sumber: Tribun Bogor
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved