Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Krisis di Myanmar

Sosok Jenderal Min Aung Hlaing, Pemimpin Junta Militer Myanmar, Kudeta di Masa Pensiun

Min Aung Hlaing menduduki kepemimpinan sebuah negara yang telah berada di bawah kekuasaan militer selama hampir setengah abad.

Editor: Alpen Martinus
AFP/YE AUNG THU
Panglima AD Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing. 

Peruntungannya mulai berbalik ketika dia bergabung dengan Divisi Infanteri Ringan ke-88 angkatan darat,

yang pada waktu itu dipimpin oleh seorang Kolonel Than Shwe .

Min Aung Hlaing menjadikan Than Shwe sebagai mentornya dan melanjutkan karirnya di bawah bayang-bayang pria yang pada 1992, naik menjadi kepala junta militer negara itu.

Pada 2011, Than Shwe menjadikan Min Aung Hlaing penggantinya dan panglima angkatan bersenjata pertama di era pasca-junta militer Myanmar.

Than Shwe mengira dia akan berada di posisi terbaik untuk mengabadikan visinya untuk tentara dan negara", jelas Kipgen.

Para diplomat di Yangon mengatakan bahwa pada awal masa jabatan pertama Aung San Suu Kyi pada 2016,

Jenderal Min Aung Hlaing telah mengubah dirinya dari tentara pendiam menjadi politisi dan tokoh masyarakat, seperti yang dilansir dari The Straits Times.

Sebagai pewaris Than Shwe dan setia pada visi militer yang sangat kuat,

Min Aung Hlaing bernegosiasi dengan Suu Kyi, memetakan arah transisi demokrasi Myanmar.

Namun, sang panglima militer ini bermain di kedua sisi.

Satu sisi dia "sangat berhati-hati dalam berurusan dengan kepala pemerintahan, sebisa mungkin menghindari konfrontasi terbuka", kata Kipgen.

Di sisi lainnya, dia juga melakukan segala kemungkinan untuk menunjukkan bahwa tentara tetap menjadi penguasa sebenarnya dari permainan politik.

"Dia sangat pandai menumbuhkan citra kenegarawanan, memperhatikan hingga detail terkecil," kata Min Zin,

direktur Institut Strategi dan Kebijakan Myanmar, sebuah wadah pemikir di Yangon, dalam sebuah wawancara dengan New York Times.

Untuk komunitas internasional, Min Aung Hlaing dianggap di atas segalanya,

sebagai orang di balik penganiayaan terhadap minoritas Muslim Rohingya di negara itu mulai 2016.

"Bahkan jika dia tidak terlibat langsung dan secara pribadi, secara militer,

sebagai panglima tentara, dia menyetujui kampanye ini," kata Kipgen.

Sementara beberapa negara telah mengadopsi istilah "genosida" untuk menggambarkan pelanggaran militer terhadap Rohingya,

Min Aung Hlaing secara terbuka membela tindakan militer tersebut di Facebook dan Twitter.

Panglima militer hanya menggunakan istilah "Bengali" untuk merujuk pada Rohingya,

yang menunjukkan bahwa mereka adalah orang asing yang tidak memiliki urusan di tanah Burma.

Dia juga membenarkan tindakan tentara dengan berulang kali menyatakan bahwa "daerah kita harus dikuasai oleh ras nasional".

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "[Biografi Tokoh Dunia] Min Aung Hlaing, Pewaris Junta di Balik Kudeta Berdarah Myanmar"

Sumber: Kompas.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved