Berita Bolmong
Dari Awal Januari Angka Penganiayaan Anak dan Perempuan di Bolmong Sulut Capai 15 Kasus
Penganiayaan terhadap anak dan perempuan di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, dinilai cukup tinggi berdasarkan data yang ada.
Penulis: Siti Nurjanah | Editor: Rizali Posumah
Manado TRIBUNMANADO.CO.ID - Angka kasus penganiayaan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), dalam sepekan terakhir dinilai cukup tinggi.
Pasalnya, baru sepekan sudah terdapat 5 kasus penganiayaan anak dan perempuan.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Farida Mooduto mengatakan, seminggu terakhir terdapat 5 kasus.
"Untuk kasus penganiayaan terhadap anak di Bolaang Mongondow lenih dari dua kasus, untuk yang melapor seminggu terakhir di bulan Februari ini saja ada 3 kasus dan di awal maret 2 kasus," jelasnya.
Sementara itu, untuk total kasus dari awal Januari hingga saat ini sudah terdapat 15 kasus di tahun 2021 yang melapor ke dinas PP dan PA.
Menurutnya, Covid-19 meruapakn faktor yang memberi dampak terhadap naiknya angka kekerasan terhadap anak.
"Hal itu mengingat banyak orang yang stress karena pekerjaan, Kondisi Ekonomi yang morat-marit, bosan dan sebagainya," jelasnya.
Lanjutnya, 15 kasus dari awal Januari hingga saat ini masih sementara berproses antara mediasi antar keluarga bersama P3A maupun Pihak Kepolisian.
Ia pun berharap kasus penganiayaan dan perempuan pada tahun 2021 menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
"Ini harus ada peran semua pihak termasuk keluarga agar kejadian seperti ini tidak terulang, apalagi yang lebih memprihatinkan adalah pelaku adalah orang dalam keluarga sendiri," tandasnya. (ana)
• Kunci Jawaban Soal SD Kelas 4 Tema 7 Halaman 129, Buku Tematik Subtema 3 Pembelajaran 5
• Darmizal Blak-lakan Nama Pengganti AHY di KLB Partai Damkorat, Sudah Diduga Ini Sosoknya
• Masih Ingat Robby Abbas? Mucikari Artis yang Dulu Untung Rp 70 Juta Sehari, Begini Kabarnya Sekarang
Kasus Bullyng di Kotamobagu, Farida Mooduto Harap Tak Akan Terjadi di Wilayah Bolmong
Beberapa hari yang lalu publik digegrkan dengan video bullyng di Kotamobagu.
Di mana dalam video yang beredar bullyng dilakukan beramai oleh tiga remaja kepada seorang lainnya.
Kasus tersebut membuat prihatin jagat maya, dan mendapat perhatian serius Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Di mana pada awal tahun 2020 terdapat kasus serupa dan terjadi di Bolmong.
Kepala Dinas PPPA Bolmong Farida Mooduto mengaku prihatin atas peristiwa bullyng yang terjadi di Kotamobagu.
Farida Mooduto kepada tribunmanado.co.id, Kamis (4/3/2021), menjelaskan, sebelumnya di Kabupaten Bolaang Mongondow juga pernah terjadi hal serupa pada awal tahun 2020 di SMK Bolaang, sehingga Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA) dalam hal ini deputi perlindungan anak turun langsung ke Bolaang Mongondow.
"Alhamdulillah, sejak kejadian itu, Dinas PP dan PA Kabupaten Bolaang Mongondow gencar memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, sehingga kejadian seperti itu tidak terjadi lagi dan semoga tidak akan pernah terjadi lagi di Bolaang Mongondow," jelasnya.
Ia menambahkan, saat dirinya mendapat pemberitahuan, terkait video buli yang viral, dirinya langsung mengecek karena dialek dan aksen dari anak tersebut berasal dari Bolaang Mongondow Raya (BMR).
"Dan pada malam hari saya memdapat informasi akurat bahwa itu dari wilayah Kota Kotamobagu. Kejadian di Kota Kotamobagu memang menyedihkan, mengingat kita satu wilayah BMR, saya prihatin karena terjadi lagi kasus yang sama seperti tahun 2020," ujarnya.
Lanjutnya, mengingat di kondisi pandemi yang dalam proses belajar kebanyakan daring, menurutnya peran orang tua sangat penting dan menjadi perhatian kita semua, untuk dapat mengontrol dan memberi edukasi kepada anak.
"Kami dari dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bolaang Mongondow, merasa prihatin dengan kejadian seperti ini terjadi lagi di wilayah Bolaang Mongondow Raya," jelasnya.
Menurutnya, untuk memberikan efek jera kepada anak-anak, saya berharap kejadian tersebut diproses.
"Harapannya ini tidak akan terjadi lagi, sehingga tidak merusak citra Sulawesi Utara, khususnya di wilayah Bolaang Mongondow Raya," ucapnya.
Terkait kasus seperti itu, Farida mengajak, keluarga pihak korban dan pihak pelaku, untuk proaktif sehingga proses dapat berjalan dengan baik.
"Apabila pada akhirnya ada proses damai dari kedua pihak, saya berharap tetap ada efek jera bagi pelaku, sehingga kejadian seperti buli tidak terjadi lagi dan tidak dicontoh oleh anak-anak yang lain," jelasnya.
Menurutnya, apabila ini dibiarkan, akan menjadi contoh yang buruk bagi anak-anak.
"Berharap Covid-19 segera berlalu, sehingga anak-anak memperoleh pendidikan langsung dan kontrol dari sekolah," harapnya. (ana)