Kudeta Partai Demokrat
Daftar 5 Ketua Umum Partai Demokrat dalam Sejarahnya, Hadi Utomo Ipar SBY hingga AHY Anak SBY
Mantan ketua umum Partai Demokrat didominasi dinasti SBY mulai Hadi Utomo Ipar SBY, Susilo Bambang Yudhoyono dan Agus Harimurti Yudhoyono
Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID - Daftar ketua umum Partai Demokrat dalam sejarah partai besutanSusilo Bambang Yudhoyono.
Diketahui, sejumlah kader dan mantan kader Partai Demokrat akan melakukan Kongres Luar Biasa ( KLB) di Sumatera Utara.
Eks Kader Partai Demokrat Darmizal mengungkapkan, KLB Partai Demokrat akan berlangsung pada Jumat (5/3/2021) ini.
Menurut Darmizal KLB akan dihadiri sekitar 1.200 orang yang terdiri dari peserta DPC dan DPD dan tamu undangan dari seluruh Tanah Air.
"KLB dilaksanakan pada Jumat siang (5 Maret 2021). Peserta yang sudah menyatakan siap hadir sebanyak 1.200 orang. Terdiri DPC, DPD, organisasi sayap dan semua tamu undangan," kata Darmizal melalui keterangannya, Kamis (4/3/2021) malam.
Dalam KLB tersebut rencana akan dipilih Ketua Umum Partai Demokrat untuk melengserkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY):
Daftar Nama Ketua Umum Demokrat
1. Subur Budhisantoso, Ketua Umum Periode 10 September 2001 hingga 23 Mei 2005

Prof Dr Subur Budhisantoso atau Subur Budhisantoso lahir di Garut pada 27 Agustus 1937.
Selain politikus, ia dikenal sebagai pakar antroplogi politik.
Mengutip dari laman DPD Partai Demokrat DIY, Subur Budhisantoso adalah satu di antara pendiri Partai Demokrat.
Ia resmi menjabat Ketua Umum Demokrat pada 9 September 2001, seiring dengan penandatanganan Akte Pendirian Partai Demokrat.
2. Hadi Utomo Ketua Umum Periode 23 Mei 2005 - 23 Mei 2010

Hadi Utomo lahir di Semarang, Jawa Tengah, 15 Agustus 1945 dan 15 Januari 2017
Hadi Utomo adalah Ketua Umum Partai Demokrat periode 2005-2010.
Ia merupakan lulusan Akabri angkatan 1970, dan pensiun dengan pangkat terakhir Kolonel.
Ia juga pernah dikaryakan sebagai Kepala Dinas Tramtib Provinsi DKI.
Hadi Utomo merupakan ipar dari Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.
Dia menikahi Mastuti Rahayu, putri dari Sarwo Edhi Wibowo.
Hadi Utomo pernah menjabat sebagai Wakil Sekjen Dewan Pimpinan Pusat (DPP) pada2001 hingga 2005.
3. Anas Urbaningrum 23 Mei 2010 - 23 Februari 2013 (diganti Susilo Bambang Yudhoyono)

Anas Urbaningrum yang lahir 15 Juli 1969 adalah anak Desa Ngaglik, Srengat, Blitar.
Anas Urbaningrum adalah Ketua umum Partai Demokrat Periode 23 Mei 2010 - 23 Februari 2015.
Namun, masa jabatannya tidak selesai karena tersandung kasus korupsi.
Anas Urbaningrum diganti Susilo Bambang Yudhoyono pada 2013.
Semasa kecil, Anas bekerja membuat batu bata di desanya.
Anas menempuh pendidikan dari SD hingga SMA di Kabupaten Blitar.
Anas Urbaningrum masuk ke Universitas Airlangga, Surabaya, melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) pada 1987.
Di kampus ini ia belajar di Jurusan Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, hingga lulus pada 1992.
Anas melanjutkan pendidikannya di Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan meraih gelar master bidang ilmu politik pada 2000.
Kiprah Anas di kancah politik dimulai di organisasi gerakan mahasiswa.
Ia bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) hingga menjadi Ketua Umum Pengurus Besar HMI pada kongres yang diadakan di Yogyakarta pada 1997.
Dalam perannya sebagai ketua organisasi mahasiswa terbesar itulah Anas berada di tengah pusaran perubahan politik pada Reformasi 1998.
Pada era itu pula ia menjadi anggota Tim Revisi Undang-Undang Politik, atau Tim Tujuh, yang menjadi salah satu tuntutan Reformasi.
Pada pemilihan umum demokratis pertama tahun 1999, Anas menjadi anggota Tim Seleksi Partai Politik, atau Tim Sebelas, yang bertugas memverifikasi kelayakan partai politik untuk ikut dalam pemilu.
Selanjutnya ia menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum periode 2001-2005 yang mengawal pelaksanaan pemilu 2004.
Setelah mengundurkan diri dari KPU, Anas bergabung dengan Partai Demokrat sejak 2005 sebagai Ketua Bidang Politik dan Otonomi Daerah.
Pada 1 Oktober 2009, Anas ditunjuk menjadi Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI.
4. Susilo Bambang Yudhoyono 30 Maret 2013 - 12 Mei 2015 dan 12 Mei 2015 - 15 Maret 2020

Susilo Bambang Yudhoyono merupakan presiden keenam Republik Indonesia selama 10 tahun.
SBY merupakan presiden pertama Indonesia yang dipilih melalui jalur pemilu sejak era reformasi bergulir.
Pendidikan SR adalah pijakan masa depan paling menentukan dalam diri SBY.
Ketika duduk di bangku kelas lima, SBY untuk pertamakali kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah.
Di kemudian hari AMN berubah nama menjadi Akabri.
SBY masuk SMP Negeri Pacitan, terletak di selatan alun-alun.
Ini adalah sekolah idola bagi anak-anak Kota Pacitan.
Maka SBY pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).
Namun kemudian, SBY justru memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur.
Sewaktu belajar di PGSLP Malang itu, SBY mempersiapkan diri untuk masuk Akabri.
Tahun 1970, akhirnya ia masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah setelah lulus ujian penerimaan akhir di Bandung.
5. Agus Harimurti Yudhoyono 15 Maret 2020 - -2025

Agus Harimurti Yudhoyono AHY lahir di Bandung, Jawa Barat pada 10 Agustus 1978.
Ia menikah dengan Annisa Pohan pada 8 Juli 2005.
Dari pernikahan keduanya, AHY dan Annisa dikaruniai seorang putri.
Kakak dari Eddy Baskoro Yudhoyono (EBY) ini dikenal berkarier sebagai militer profesional di TNI sebelum akhirnya terjun ke dunia politik.
Ia menempuh studi di Akademi Militer dalam kurun waktu 1997-2000 dan menjadi lulusan terbaik.
AHY tercatat pernah mendapat sejumlah penghargaan dari Presiden Indonesia sejak 2003.
Sejarah Partai Demokrat
Partai Demokrat didirikan atas inisiatif Susilo Bambang Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahan pada pemilihan Calon wakil Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001.
Dari perolehan suara dalam pemilihan cawapres dan hasil pooling public yang menunjukkan popularitas Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
beberapa orang terpanggil nuraninya untuk memikirkan bagaimana sosok SBY bisa dibawa menjadi Pemimpin Bangsa sebagai Presiden RI untuk masa mendatang.
Hasilnya adalah beberapa orang di antaranya Vence Rumangkang menyatakan dukungannya untuk mengusung SBY ke kursi Presiden.
Agar cita-cita tersebut bisa terlaksana, jalan satu-satunya adalah mendirikan partai politik.
Perumusan konsep dasar dan platform partai sebagaimana yang diinginkan SBY dilakukan oleh Tim Krisna Bambu Apus dan selanjutnya tehnis administrasi dirampungkan oleh Tim yang dipimpin oleh Ventje Rumangkang.
Juga terdapat diskusi-diskusi tentang perlunya berdiri sebuah partai untuk mempromosikan SBY menjadi Presiden, antara lain :
Pada tanggal 12 Agustus 2001 pukul 17.00 diadakan rapat yang dipimpin langsung oleh SBY di apartemen Hilton.
Rapat tersebut membentuk tim pelaksana yang mengadakan pertemuan secara marathon setiap hari.
Tim itu terdiri dari :
- Ventje Rumangkang,
- Drs. A. Yani Wahid (Alm),
- Achmad Kurnia,
- Adhiyaksa Dault, SH,
- Baharuddin Tonti,
- Shirato Syafei.
Di lingkungan kantor Menkopolkampun diadakan diskusi-diskusi untuk pendirian sebuah partai bagi kendaraan politik SBY dipimpin oleh Drs. A. Yani Wachid (Almarhum).
Pada tanggal 19 Agustus 2001, SBY memimpin langsung pertemuan yang merupakan cikal bakal pendirian dari Partai Demokrat.
Dalam pertemuan tersebut, saudara Ventje Rumangkang menyatakan bahwa rencana pendirian partai akan tetap dilaksanakan dan hasilnya akan dilaporkan kepada SBY.
Selanjutnya pada tanggal 20 Agustus 2001, Ventje Rumangkang yang dibantu oleh Drs. Sutan Bhatoegana berupaya mengumpulkan orang-orang untuk merealisasikan pembentukan sebuah partai politik.
Pada akhimya, terbentuklah Tim 9 yang beranggotakan 10 (sepuluh) orang yang bertugas untuk mematangkan konsep-konsep pendirian sebuah partai politik yakni:
- Ventje Rumangkang;
- Dr. Ahmad Mubarok, MA.
- Drs. A. Yani Wachid (almarhum)
- Prof. Dr. Subur Budhisantoso
- Prof. Dr. Irzan Tanjung
- RMH. Heroe Syswanto Ns.
- Prof. Dr. RF. Saragjh, SH., MH.
- Prof. Dardji Darmodihardjo
- Prof. Dr. Ir. Rizald Max Rompas
- Prof. Dr. T Rusli Ramli, MS.
Disamping nama-nama tersebut, ada juga beberapa orang yang sekali atau dua kali ikut berdiskusi.
Diskusi Finalisasi konsep partai dipimpin oleh SBY.
Untuk menjadi sebuah Partai yang disahkan oleh Undang- Undang Kepartaian dibutuhkan minimal 50 (limapuluh) orang sebagai pendirinya.
Tetapi muncul pemikiran agar jangan hanya 50 orang saja, tetapi dilengkapi saja menjadi 99 orang agar ada sambungan makna dengan SBY sebagai penggagas, yakni SBY lahir tanggal 9 bulan 9.
Pada 9 September 2001, bertempat di Gedung Graha Pratama Lantai XI, Jakarta Selatan di hadapan Notaris Aswendi Kamuli, SH., 46 dari 99 orang menyatakan bersedia menjadi Pendiri Partai Demokrat dan hadir menandatangani Akte Pendirian Partai Demokrat.
53 orang selebihnya tidak hadir tetapi memberikan surat kuasa kepada Ventje Rumangkang.
Kepengurusanpun disusun dan disepakati bahwa Kriteria Calon Ketua Umum adalah Putra Indonesia asli, kelahiran Jawa dan beragama Islam, sedangkan Calon Sekretaris Jenderal adalah dari luar pulau jawa dan beragama Kristen.
Setelah diadakan penelitian, maka Ventje Rumangkang meminta Prof. Dr. Subur Budhisantoso sebagai Pejabat Ketua Umum dan Prof. Dr. Irsan Tandjung sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal sementara Bendahara Umum dijabat oleh Vence Rumangkang.
Pada malam harinya pukul 20.30, Ventje Rumangkang melaporkan segala sesuatu mengenai pembentukan Partai kepada SBY di kediaman beliau yang saat itu sedang merayakan hari ulang tahun ke 52 selaku koordinator penggagas, pencetus dan Pendiri Partai Demokrat.
Dalam laporannya, Ventje Rumangkang melaporkan bahwa Partai Demokrat akan didaftarkan kepada Departemen Kehakiman dan HAM pada esok hari yakni pada tanggal 10 September 2001.
Pada 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh Ventje Rumangkang, Prof. Dr. Subur Budhisantoso, Prof. Dr. Irsan Tandjung, Drs. Sutan Bhatogana MBA, Prof. Dr. Rusli Ramli dan Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM.
Kemudian pada tanggal 25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh & HAM Nomor M.MU.06.08.-138 tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat.
Dengan Surat Keputusan tersebut Partai Demokrat telah resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia.
Pada tanggal 9 Oktober 2001 Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara Nomor : 81 Tahun 2001 Tentang Pengesahan Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat.
Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia yang dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia.
Sejalan dengan deklarasi berdirinya Partai Demokrat, sebagai perangkat organisasi dibuatlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
Sebagai langkah awal maka pada tahun 2001 diterbitkan AD/ART yang pertama sebagai peraturan sementara organisasi.
Pada tahun. 2003 diadakan koreksi dan revisi sekaligus didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI sebagai Persyaratan berdirinya Partai Demokrat.
Sejak pendaftaran tersebut, AD/ART Partai Demokrat sudah bersifat tetap dan mengikat hingga ada perubahan oleh forum Kongres ini.
Pemilu 2004
Cita-cita Demokrat untuk membawa SBY menjadi presiden tercapai dengan mulus.
Pada Pemilihan Legislatif 2004, Demokrat berhasil meraih 8.455.225 suara masyarakat atau 7,45 persen. Suara itu dikonversi menjadi 55 kursi DPR.
Modal itu lalu digunakan untuk mengusung SBY sebagai calon presiden berpasangan dengan Jusuf Kalla.
Demokrat mendapatkan tambahan kekuatan dari Partai Keadilan dan Persatuan Pembangunan dan Partai Bulan Bintang.
Pasangan SBY-JK saat itu harus bersaing dengan 4 pasangan calon lainnya. Pasangan ini lolos di putaran pertama bersama pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.
Pada putaran kedua, pasangan SBY-JK keluar sebagai pemenang dengan perolehan 69.266.350 suara rakyat 60,62 persen.
Pemilu 2009
Pada Pemilu 2009, Demokrat keluar sebagai parpol pemenang pemilu.
Perolehan suara partai berlambang mercy itu naik pesat dengan perolehan suara 21.703.137 (20,85) persen. Perolehan ini membuat Demokrat menempatkan 150 wakilnya di Senayan.
Pada Pilpres 2009, Demokrat kembali mengusung SBY menuju periode kedua. Kali ini, SBY menggandeng Boediono, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Perekonomian.
Sementara, Jusuf Kalla maju sebagai capres berpasangan dengan Wiranto.
Pesaing lainnya, Megawati Soekarnoputri yang maju berpasangan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Hasilnya, SBY kembali keluar menjadi pemenang dalam satu putaran dengan memperoleh 73.874.562 suara (60,80 persen).
Pemilu 2014
Pada Pemilu 2014, suara Demokrat menurun. Kasus korupsi yang menjerat sejumlah kader di partai ini membuat perolehan suaranya turun drastis yaitu 12.728.913 masyarakat (10,19 persen).
Dampaknya, Demokrat kehilangan 87 kursi di Senayan.
Dari partai pemenang pemilu, kini perolehan suara dan kursi Demokrat hanya berada di peringkat empat, di bawah PDI-P, Golkar, dan Gerindra.
Pada kompetisi pilpres, SBY yang sudah menjabat selama dua periode, tak bisa lagi mencalonkan diri.
Demokrat akhirnya memilih tak mengusung pasangan manapun pada Pilpres 2014.
Peran sebagai partai penyeimbang terus dilanjutkan oleh Partai Demorkat selama masa pemerintahan Jokowi-JK.
Pemilu 2019
Pada Pemilu 2019, Demokrat mulai mencari sosok penerus SBY. Putera SBY, Agus Harimurti Yudhoyono mulai terus dimunculkan.
Nama AHY muncul sejak Pilkada DKI 2017. Ia memilih pensiun dini dari karir militer untuk terjun ke politik praktis. Kini AHY menjabat sebagai ketua umum Partai Demokrat.
Pada Pileg 2019, Demokrat mendapatkan 10.876.507 suara atau sebesar 7,77 persen.
Suara Demokrat bisa dibilang anjlok jika dibandingkan dengan perolehannya pada 2014 yang mencapai 10,9 persen atau 12.728.913 suara.
Turunnya perolehan suara ini juga membuat Partai Demokrat terlempar dari posisi lima besar. (Aldi Ponge/Tribunmanado/Kompas.com)