Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Teknologi Membuat Keberadaan Tuhan, Tidak Lagi Menarik Diperbincangkan
Manusia seolah mempunyai kuasa mutlak untuk mengadakan kehidupan atau meniadakannya.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling mulia.
Sebagai manusia umat kristen diwajibkan untuk terus merenungkan firman Tuhan.
Firman Tuhan bagi umat Kristen sebagai pedoman untuk hidup yang kekal.
Dalam firman Tuhan, Mazmur 104:1 - "Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak"
Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Manusia mempunyai akal budi, lengkap dengan cipta-rasa-karsanya, berpotensi untuk memelihara kehidupan, ditempatkan sebagai patner oleh Allah untuk berkuasa atas ciptaan yang lain, dan implikasinya terjadi banyak kemajuan ilmu dan teknologi seperti yang kita dapat nikmati hasilnya hari ini.
Namun pada sisi lain, manusia juga berada pada posisi perusak ulung bagi alam semesta.
Jika secara alamiah perubahan muka bumi bisa terjadi dalam hitungan ratusan tahun atau ribuan tahun, kemajuan teknologi ternyata telah merusak alam dalam hitungan puluhan tahun saja.
Eksplorasi kekayaan alam telah mengeksploitasi bumi dengan cara yang tidak terbayangkan.
Peralatan canggih dalam skala besar dibuat dalam rangka memperoleh keuntungan semaksimal mungkin.
Tanpa disadari pada setiap jalur eksplorasi telah merusak bumi dengan cara yang dramatis.
Jika binatang membunuh hanya didorong oleh keinginan untuk menghilangkan lapar, sehingga frekuensinya tetap membuat alam seimbang, manusia membunuh didasarkan pada kebencian dan keserakahan.

Pembunuhan terjadi secara massal dalam bentuk peperangan.
Penghilangan nyawa terjadi secara sistematis, menjadi tragedi yang memilukan dalam sejarah peradaban manusia.
Manusia seolah mempunyai kuasa mutlak untuk mengadakan kehidupan atau meniadakannya.
Manusia berbangga dengan hasil jerih lelah dan temuanya.
Bumi dibedah sehingga dipahami isinya, dalamnya laut dijelajahi untuk menambah pengetahuan, ekspedisi luar angkasa dipersiapkan puluhan tahun untuk menemukan lebih banyak pengetahuan dari bintang berkelip yang hanya terlihat di malam hari.
Penguasaan segala hal, pengetahuan yang semakin banyak, menggoda banyak orang untuk mulai berpaling dari Tuhan, Sang Sumber kehidupan.
Tidak bisa dihindari, kemajuan teknologi telah membuat keberadaan Tuhan tidak lagi menarik untuk diperbincangkan.
Segala hal seolah dapat dipahami dengan metodologi penelitian dan dipecahkan dalam kalkulasi hitungan angka.
Jika harus memilih, matematika dan kimia yang tersulit terasa lebih menarik jika dibandingkan dengan tindakan 'masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi'.
Ketika segala cara gagal ditempuh, tubuh tidak berdaya karena semakin rapuh oleh waktu, penderitaan tidak terjelaskan hadir bertubi-tubi, seseorang baru berteriak, 'Tuhan, Tuhan... '. Padahal teriakan itu mungkin pernah dianggap sebagai sebuah kebodohan dan diabaikan ketika berada pada masa jaya.

Pemazmur memberikan pelajaran penting bagi kita pada masa kini.
Dia memberikan peringatan dengan mengingatkan kita, siapa sebenarnya yang menciptakan alam semesta ini.
Dia mengajak kita untuk bersikap kritis dengan mempertanyakan: siapa yang membentangkan langit seperti tenda, yang menjadikan awan-awan sebagai kendaraan, yang bergerak di atas sayap angin, yang membuat angin sebagai suruhan dan api yang menyala sebagai pelayan, yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya?
Jawabannya hanya satu, Dia adalah Tuhan. Manusia mengagumi ciptaannya sendiri, sementara yang menciptakan kehidupan sebenarnya adalah Tuhan.
Tanpa disadari, manusia mulai menggeser posisi, dengan menempatkan hasil pengetahuannya sebagai yang diper-Tuhan-kan dalam kehidupan. Bukankah ini sebuah tindakan yang bodoh?
Sehebat apapun kemampuan manusia, pemazmur mengajak manusia, dan kita hari ini, untuk kembali memposisikan Tuhan sebagai Yang Mahabesar.
Dia diatas segala-galanya, Penguasa mutlak atas kehidupan, Satu-satunya yang berkuasa, yang empunya alam semesta, pencipta langit dan bumi.
Pengembalian posisi ini akan membuat kita mawas diri dan mempergunakan pengetahuan dengan lebih bertanggungjawab.

Itu artinya, yang patut dipuji dalam kehidupan hanyalah Tuhan, yang Mahabesar.
Jangan hanya ingat Tuhan ketika menderita dan tidak berdaya. Jangan jadikan Tuhan sebagai 'ban serep', hanya disentuh ketika ban yang lain bocor.
Tuhan itu Mahabesar. Kuasanya mengatasi segalanya.
Melalui penderitaan, kita diingatkan untuk berserah dalam pengharapan kepada Tuhan.
Dan melalui kejayaan kita juga diingatkan bahwa semua hal ada dibawah otoritas Tuhan. Dia Mahabesar, pencipta segala-galanya. Amin.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Renungan Harian Kristen - Tuhan yang Mahabesar, https://jambi.tribunnews.com/2021/03/02/renungan-harian-kristen-Tuhan-yang-mahabesar?page=all