Soekarno
Kisah Presiden Pertama Soekarno, Tidak Segan-segan Meminjam Uang, Sahabatnya Kaget
Tak malu Presiden pertama Republik Indonesia ini meminjam uang pada sahabatnya yang seorang pengusaha.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sejarah Indonesia, Soekarno adalah presiden pertama kali saat kemerdekaan tahun 1945.
Siapa tidak kenal sosok Soekarno.
Namun, ada kisah unik yang mungkin tidak diketahui rakyat Indonesia.
Dimana selevel Soekarno saat menjabat sebagai Presiden Indonesia ternyata sempat terlilit utang.
Tak banyak yang tahu jika sebenarnya mantan Presiden Indonesia, Soekarno pernah terlilit utang.
Bahkan demi melunasi utangnya, Soekarno sempat mengalami gali lubang tutup lubang.
Tak malu Presiden pertama Republik Indonesia ini meminjam uang pada sahabatnya yang seorang pengusaha.
Hal itu disampaikan oleh pengawal pribadi Presiden Soekarno, Maulwi Saelan, seperti tertulis dalam buku Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno.
Dia juga tak segan-segan meminta sesuatu yang “tak lazim” bagi seorang pemimpin sebuah negara, misalnya ketika harus meminjam uang.
“Kalau enggak ada uang dia bilang,” ujar Maulwi.
Pernah suatu kali Bung Karno menerima surat dan terkait surat itu ia harus segera mengeluarkan sejumlah uang.
Lantaran tak membawa uang, dia meminta kepada pengawal.
Maulwi kebetulan ada di dekat situ.

”Eh, mana uangnya? Kasih coba!” ujar Mauwli menirukan Soekarno.
Suatu hari terpaksa Soekarno menelpon tokoh PNI Jawa Timur, Doel Arnowo, karena butuh uang.
“Cak Doel, engkau mesti ke Jakarta.
Aku butuh duit,” ujar Soekarno sebagaimana dituturkan oleh orang kepercayaannya, Mangil kepada Maulwi .
Yang ditelepon pun bingung.
Di lain waktu, giliran pengusaha T.D. Pardede yang kebingungan dengan “ulah” Soekano.
Kisahnya terjadi di penghujung kekuasaan sang presiden.
Pardede dipanggil Soekarno untuk menghadap.
Di tempat, “Ternyata Bung Karno telah meminta duit sama aku,” ujarnya Maulwi megutip keterangan yang pernah disampaikan dan ditulis oleh Mangil.
“He, Pardede aku butuh duit untuk bayar utang dan beli cat,” kata Soekarno.
Pardede lalu memberi Soekarno 1000 dollar sembari menanyakan apakah jumlah tersebut masih kurang.
“Wah, banyak amat,” jawab Soekarno.
Kejadian itu membekas di hati Pardede.
Dia yakin bahwa tuduhan orang bahwa Soekarno koruptor sama sekali tidak benar.
Keseharian yang bersahaja itulah yang membuat Soekarno nyaman, dan kenyaman itu hanya mungkin Soekarno dapatkan di tengah orang-orang yang mau memahami keinginannya.
Soekarno tak suka kenyamanan itu terusik, termasuk okeh formalitas aturan protokoler.
“Dalam setiap kesempatan yang memungkinkan."
"Ia selalu senang tertawa dan mengajak orang-orang sekelilingnya untuk juga bergembira’’ papar Maulwi seperti yang tertulis dalam bukunya.

TERUSIR Dari Istana, Soekarno Tenteng Bungkusan Koran, Soeharto Tak Menyadari Isinya Amat Berharga
Terusir dari Istana Negara, Soekarno wajahnya sedih sekali, menenteng bungkusan koran, Soeharto tak menyadari isi bungkusan koran itu amat berharga!
Pergantian kekuasaan antara Soekarno dan Soeharto menjadi peristiwa bersejarah yang selalu dikenang.
Pada saat Soekarno akhirnya berakhir pemerintahan dan lengser, ada peristiwa tak terlupakan.
Melansir TribunJatim yang mengutip buku berjudul "Selangkah Lebih Dekat dengan Soekarno" tulisan Adji Nugroho yang diterbitkan tahun 2017, beredar kabar kalau Soekarno dipaksa Soeharto untuk meninggalkan Istana negara.
Saat meninggalkan Istana Negara, Soekarno meninggalkan sejumlah barang berharga.
Di antaranya berbagai kemeja favorit, hingga arloji Rolex, dan berbagai barang berharga lainnya.
Meski demikian, ada satu barang berharga yang justru dibawa oleh Soekarno tapi tak disadari Soeharto.
"Ketika meninggalkan Istana Kepresidenan, Bung Karno hanya membawa benda yang merupakan salah satu simbol dari 1001 kisah pengorbanannya untuk menyelamatkan bangsa Indonesia," tulis Ajdi Nugroho.
Benda yang dibawa, dan digenggam erat oleh Soekarno itu adalah bendera pusaka, Sang Saka Merah Putih.
"Bendera itu hanya dibungkus dengan kertas koran," tandas Adji Nugroho.
Di buku lain, Soekarno memang dikisahkan membawa bendera pusaka merah putih dan menyembunyikannya saat Soeharto berkuasa.
Dilansir dari buku 'Berkibarlah Benderaku-Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka' karya Bondan Winarno, Soekarno menyembunyikan bendera merah putih saat lengser sebagai Presiden RI pada Maret 1967 dan digantikan oleh Soeharto.
Wajar saja petugas istana negara saat itu gempar karena tak menemukan Bendera Pusaka tersebut.
Padahal rencananya Bendera merah putih itu akan dikibarkan pada upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1967.
Istana negara kemudian membentuk delegasi untuk menemui Soekarno di Istana Bogor.
"Kenyataan bahwa Bendera Pusaka itu dijahit oleh Ibu Fatmawati dan merupakan milik pribadi Bung Karno, membuat kepemilikan benda bersejarah ini sempat menjadi masalah kecil," tulis Bondan Winarno.
Soekarno awalnya ragu dan menolak memberi tahu keberadaan Bendera merah putih itu.
Namun, Soekarno kemudian menyadari bahwa Bendera Pusaka merah putih yang dijahit oleh Fatmawati itu bukanlah milik pribadi melainkan sudah menjadi milik bangsa Indonesia.
Soekarno lantas meminta delegasi untuk kembali menemuinya pada 16 Agustus 1967.
Namun saat kembali menemui Soekarno pada 16 Agustus 1967, delegasi itu justru diajak Soekarno kembali ke Jakarta dan mendatangi Monumen Nasional (Monas).
"Ternyata Bung Karno menyimpan Bendera Pustaka di sebuah ruangan bawah tanah di kaki Monumen Nasional," tulis Bondan.
Setelah Bendera Pusaka diserahkan ke Istana, Presiden Soeharto tak langsung percaya bendera tersebut merupakan Bendera Pusaka.
Soeharto lantas memanggil mantan ajudan Presiden Soekarno Husain Mutahar untuk mengecek keaslian bendera tersebut.
Husain Mutahar adalah ajudan Presiden Soekarno yang mengamankan Bendera Pusaka saat Bung Karno dan Bung Hatta ditawan Belanda pada Agresi Militer Belanda ke dua.
Saat itu, Mutahar diperintah oleh Soekarno menjaga Bendera Pusaka.
Agar tak disita Belanda, Mutahar sampai membuka jahitan bendara tersebut dan memisahkan warna merah dan putihnya.

Setelah Agresi Militer II Belanda selesai, Bendera Pusaka dijahit kembali dan diserahkan kepada Soekarno
Karena tahu betul Bendera Pusaka, Mutahar mengatakan bahwa bendera yang disimpan Soekarno di Monas adalah Bendera Pusaka.
Tanda-tanda berakhirnya kekuasaan Soekarno terlihat saat Soeharto memberikan tiga opsi kepada salah satu istri Bung Karno, Ratna Sari Dewi.
Soekarno, Soeharto dan misteri sejarah Gerakan 30 September 1965 (Arsip Negara)
Hal ini berawal saat Soekarno selaku presiden RI memerintahkan Mayjen Soeharto mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan setelah peristiwa G30S/PKI
Dilansir dari buku 'Jenderal Yoga : Loyalis di Balik Layar', Soeharto kemudian memerintahkan Brigjen TNI Yoga Sugomo dan Martono untuk merancang sebuah pertemuan rahasia dengan Ratna Sari Dewi.
Tujuan pertemuan itu untuk mengorek informasi, kebijakan, serta kegiatan Soekarno sebelum detik-detik G30S/PKI terjadi.
Soeharto menganggap semua orang yang dekat dengan Bung Karno harus diinterogasi perihal tragedi tersebut.
Soeharto dan Ratna Sari Dewi direncanakan bertemu pada 20 Maret 1966 di lapangan golf Rawamangun, Jakarta Timur.
"Tidak mudah mengatur pertemuan itu karena Dewi adalah istri presiden. Oleh karena itu, diusulkan agar pertemuan dilakukan secara tidak resmi. Rencananya, Soeharto akan bertemu dengan Dewi di lapangan golf," kata Yoga dalam buku biografinya yang berjudul 'Jenderal Yoga : Loyalis di Balik Layar'
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul 'Presiden Ngutang?' Kagetnya Sahabat Soekarno saat Dimintai Tolong: Aku Butuh Duit, Buat Bayar Utang, https://style.tribunnews.com/2021/03/02/presiden-ngutang-kagetnya-sahabat-soekarno-saat-dimintai-tolong-aku-butuh-duit-buat-bayar-utang?page=all